Pages

Thursday, January 10, 2013

Budaye Betawi di Perkampungan Betawi

Nim    : 11140110035

Nama : Felicia

Kelas  : E1



Untuk tugas observasi kali ini, saya memilih Perkampungan Budaya Betawi karena saya merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai budaya Betawi. saya penasaran dengan kegiatan atau acara yang dilakukan baik dalam keseharian maupun pada hari-hari tertentu dan juga ingin mengetahui jenis-jenis makanan dan minuman khas Betawi, serta seperti apa cara mereka berkomunikasi. Perkampungan Budaya Betawi terletak di Kelurahan Srengsengsawah, Kecamatan Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kawasan ini merupakan tempat dimana orang-orang Betawi berkumpul.

Pintu masuk Perkampungan Budaya Betawi
 Mereka melakukan kegiatan khas Betawi, seperti latihan pukul atau pencak silat Betawi, injek tanah, ngarak penganten sunatan, ngederes, aqiqah, dan masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan. Mungkin sebagian dari kalian sudah mengetahui pencak silat Betawi itu seperti apa, tetapi sebagian belum. Jadi, pencak silat Betawi merupakan bela diri yang berasal dan digunakan oleh orang Betawi untuk melindungi diri dari bahaya kejahatan. Salah satu warga Kampung Betawi mengatakan bahwa, sekarang ini pencak silat tidak hanya digunakan oleh orang Betawi, melainkan oleh orang yang bukan Betawi juga, bahkan sampai ke luar negeri. Untuk bisa ahli dalam pencak silat Betawi diperlukan latihan.

salah satu tokoh Betawi yang sedang berbincang-bincang
Sedangkan ada juga upacara pernikahan yang lebih dikenal dengan prosesi buka palang pintu yang artinya jagoan laki-laki harus menjatuhkan pihak perempuan dengan pantun dan silat. Jika pihak laki-laki menang, maka mereka baru boleh masuk ke rumah pihak perempuan untuk melakukan upacara pernikahan. Dalam hal ini, pihak laki-lakinya tidak pernah kalah, dan akan selalu menang karena prosesi ini sebagai formalitas saja. Acara lain yang dimiliki budaya Betawi adalah tujuh bulanan. Acara ini dilakukan ketika seorang ibu sedang hamil tujuh bulan anak pertama. Acara hanya ketika sang ibu hamil anak pertama dengan tujuan sebagai rasa ucapan syukur karena mengandung anak pertama, untuk silaturahmi, serta untuk memberitahukan bahwa sang ibu sudah mengandung anak pertama di usia tujuh bulan.
 
Rumah Betawi dengan arsitektur Betawi tetapi bahannya modern
 Aqiqah atau upacara anak baru lahir yang biasanya diadakan pada hari ketujuh, empat belas, dua puluh satu, atau empat puluh hari. Biasanya orang tua memilih hari-hari tersebut untuk mengadakan upacara sebagai tanda ucapan syukur atas lahirnya anak mereka.. Yang dilakukan dalam upacara ini adalah akekah, dimana adanya pemotongan kambing sebanyak satu ekor kambing untuk anak perempuan, dan dua ekor kambing untuk anak laki-laki. Kemudian yang lainnya adalah injek tanah yang merupakan prosesi Betawi yang diadakan ketika anak sedang dalam tahap belajar jalan. Sayangnya ketika saya datang obersevasi, mereka sedang tidak melakukan kegiatan-kegiatan diatas. Tetapi ada pertunjukan rebang biang dan gambang kromong seperti di video.  Ohh iya, beberapa rumah warga disini masih mengikuti arsitektur Betawi loh, meskipun bahan pembuatannya sudah modern. Arsitektur rumah Betawi ternyata merupakan campuran dari Arab, Eropa dan Cina. Rumah Betawi asli seharusnya menggunakan bahan dasar berupa bambu atau kayu dengan lantai dalam rumah berupa tanah, tidak seperti sekarang sudah terbuat dari semen dan keramik. Dapat dilihat foto rumah Betawi yang terlihat asri dibawah ini.

Rumah Betawi tampak depan
Rumah Betawi tampak samping
 Dalam kawasan ini, terdapat  tempat wisata budaya Betawi yang dibangun pada tahun 2000 bulan Oktober dan diresmikan pada 20 Januari 2001 oleh Bapak Sutiyoso selaku Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Pembangunan tempat yang ramai dikunjungi pada Sabtu dan Minggu ini disarankan oleh para tokoh dan seniman Betawi yang ingin melestarikan budaya Betawi sampai ke anak cucu mereka. Ketika saya menanyakan secara spesifik siapa nama para tokoh dan seniman Betawi, Ibu Irma selaku Staff Pengelola Perkampungan Budaya Betawi tidak mau mengatakannya karena takut ada nama yang kelewat. Setiap ada yang menanyakan nama secara spesifik, beliau selalu hanya memberitahu para tokoh dan seniman Betawi tanpa menyebutkan nama. Kampung Betawi juga suka didatangin gubernur dan tokoh-tokoh penting lainnya dalam acara-acara tertentu.

foto Bapak Fauzi Bowo dan para tokoh Betawi


foto para tokoh dan seniman Betawi bersama Bapak Fauzi Bowo menggunakan baju Betawi untuk laki-laki
Seperti yang ada di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya dituliskan bahwa “. Jika suatu budaya ingin dipertahankan, harus dipastikan apakah pesan dan elemen penting budaya tersebut tidak hanya dibagikan tetapi juga diturunkan pada generasi yang akan datang. Seperti kata Brislin, jikalau ada niai-nilai yang dianggap penting oleh suatu masyarakat yang sudah ada selama beberapa tahun, hal ini harus diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lainnya. Charon mengembangkan pandangan dalam tulisannya bahwa budaya adalah pewarisan sosial yang mengandung pandangan yang sudah dikembangkan jauh sebelum kita lahir”.
Danau Setu Babakan

Hari Minggu dan terkadang di hari Sabtu juga pada sekitar pukul satu siang, tempat wisata yang memiliki keindahan alam berupa Danau Setu Babakan dan Danau Mangga Bolong ini  menampilkan minimal dua pertunjukan khas Betawi dari kesenian yang ada seperti rebana biang, rebana kosidah, gambang kromong, tanjidor, ondel-ondel, samrah atau musik melayu, lenong, topeng, dan lain-lain. Yang tampil dalam pertunjukan itu siapa sih? Nah, yang tampil dalam pertunjukan itu adalah orang-orang yang sudah mendaftar ke Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tidak harus orang Betawi loh, tetapi yang Betawi juga dapat mendaftar, jika memiliki keinginan untuk bergabung.

Seperti yang dituliskan di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya, “tidak ada orang yang disepelekan. Setiap dan masing-masing orang membutuhkan penghargaan, martabat, dan merasa dihargai. Walaupun Anda tidak memiliki tanggung jawab etis untuk menghormati seseorang, selama interaksi Anda harus menunjukkan rasa hormat atas martabat dan perasaan terhadap semua orang”. Oleh karena itu, tidak hanya orang Betawi saja yang dapat tampil dalam pertunjukan, tetapi orang yang bukan Betawi juga bisa.



Gambang Kromong
kembang goyang (gulali)
Dalam kawasan wisata ini, terdapat sebuah rumah Betawi milik Bapak Samin Jebul. Beliau merupakan toko masyarakat Betawi asli. Ketika saya kesana, beliau tidak sedang berada di rumahnya karena sedang sakit dan dirawat di rumah anaknya, sehingga saya tidak diizinkan untuk melihat dan masuk kedalam rumahnya. Budaya Betawi selain memiliki kesenian yang khas, terdapat juga kue khas Betawi seperti roti buaya, dodol, kembang goyang, wajik, cucur, jalabia, geplak, kue talam, tape uli. Beberapa nama kue tersebut belum pernah saya dengar sebelumnya, sehingga saya menanyakan kue-kue tersebut seperti apa. Kembang goyang semacam gulali dengan bentuk bunga. Wajik terbuat dari beras dan gula masak yang kemudian diaduk dan dicetak seperti donat. Jalabia terbuat dari ketan hitam yang ditumbuk. Geplak terbuat dari beras ketan putih yang ditambahkan gula putih atau merah dan dicampur kelapa.
bir pletok

Selain kue khas Betawi, yang tidak kalah enaknya adalah masakan khas Betawi yaitu sayur asem, sayur lodeh, nasi uduk, nasi ulam, gado-gado, soto betawi, dan kerak telor. Setelah memakan masakan ini, enaknya minum bir pletok, es selendang mayang, es cincau, dan es doger yang juga merupakan minuman khas Betawi. Bir pletok terbuat dari jahe, kayu secang, kapulaga, biji pala, cengkeh, cabe jawa, lada hitam, serai, daun jeruk purut, daun pandan, gula, garam, kayu manis, dan juga air. Meskipun namanya bir, tetapi minuman ini tidak membuat mabok, melainkan merupakan minuman kesehatan yang berkhasiat untuk badan yang pegal-pegal, masuk angin, dan juga batuk-pilek. 

Selanjutnya mengenai cara berkomunikasi orang Betawi, biasanya mereka memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan yang lain, mereka menggunakan kata e seperti kenapa menjadi kenape, dan panggilan tertentu seperti empok, abang, enyak, babeh, encang dan encing. Gaya bahasa ini hanya digunakan oleh beberapa orang Betawi di perkampungan ini, sebagian lagi sudah tidak menggunan logat Betawi. Ketika saya sedang mengantri di toilet umum sekitar kawasan tersebut, ada dua orang ibu yang logatnya terdengar Betawi. Salah satu dari mereka bertanya kepada saya, ‘sedang apa ke Kampung Betawi?’ Saya menjawab bahwa sedang melakukan observasi untuk tugas akhir di Kampus. Saya sempat bertanya ke si ibu, ‘Bu, ga semua orang di Kampung Betawi ngomong pake logat Betawi ya?’ Ibu itu menjawab ‘iya udah ga semuanya kalo disini. Kalo di daerah Mampang, Kuningan, dan Buncit baru banyak. Disana masih kental banget logat Betawinya’. Berdasarkan percakapan tersebut, saya merasa bahwa orang Betawi merupakan orang yang ramah dan suka menolong siapapun.
  
 Kemudian mengenai baju adat Betawi untuk kaum pria yaitu sadariah dan jas tutup ujung serong (resmi). Untuk kaum wanita memakai kebaya none (nong) dan kebaya encim. Baju adat tersebut biasanya digunakan pada acara-acara resmi. Sedangkan baju adat pengantin mengandung perpaduan antara Arab dan Cina, dimana kaum pria memakai gamis dan peci sesuai baju Arab, sedangkan kaum wanita memakai baju sesuai baju Cina. 
baju Betawi untuk perempuan

Banyak diantara kita mungkin tidak mengetahui bahwa ternyata budaya Betawi merupakan percampuran berbagai suku dari negara-negara, seperti Arab, Cina, dan Melayu. Oleh karena itu Betawi bersifat legalitas dan tidak pernah berselisih dengan budaya lain yang ada, mereka selalu hidup damai dengan siapapun. Bahkan dalam perkampungan Betawi tersebut juga ada orang non-Betawi yang tinggal. Selanjutnya mengenai pemakaman ketika ada yang meninggal, dalam budaya Betawi pemakaman dilakukan seperti biasanya, tidak ada ritual khusus.

Mata pencaharian warga Betawi adalah bercocok tanam, menjala dan memancing ikan, serta membudidayakan ikan air tawar. Aktifitas tersebut merupakan aktifitas masyarakat Betawi setempat yang sudah dilakukan secara turun-temurun. Selanjutkan karena mayoritas orang Betawi beragama Islam, maka hari besar mereka seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari besar ini mereka akan melakukan pemotongan kurban berupa kambing. Tidak dilihat jumlahnya berapa ekor, sesuai kemampuan saja yang terpenting adalah keikhlasannya.

Dari observasi yang telah saya lakukan, saya mendapatkan informasi dan pengalaman baru mengenai Budaya Betawi. Awalnya, saya sempat mengira bahwa orang Betawi itu galak-galak karena logatnya berbicaranya yang terkadang seperti membentak, dengan suara yang keras. Namun, ternyata itu salah karena orang Betawi merupakan orang-orang yang ramah. Di tempat ini, saya baru pertama kali dapat menyaksikan secara langsung kesenian Betawi, seperti rebana biang dan gambang kromong yang biasanya hanya saya nonton dari televisi. Meskipun tidak memiliki untuk melihat secara langsung baju Betawi, tetapi saya juga baru tau bahwa betawi merupakan percampuran antara Melayu, Arab, dan Cina seperti apa yang telah Ibu Irma ceritakan kepada saya. Semoga informasi ini dapat memberikan pengetahuan yang baru kepada yang telah membaca. Terimakasih.
saya berfoto di depan panggung pertunjukan yang terdapat patung ondel-ondel


No comments:

Post a Comment