Sejarah dan Berbagai variasi Budaya Suku Anak Dalam Jambi (Suku Batin IX)
Nama mahasiswa : Grace Ignacia
NIM : 11140110220
Kelas : B 1
Untuk tugas UAS mata kuliah Komunikasi
Antar Budaya (KAB), saya mendapatkan tugas untuk mengunjungi salah satu suku di
Indonesia yang budayanya masih kental. Untuk tugas KAB ini, saya memilih suku
yang akan saya datangi yaitu suku dari tempat tinggal saya sendiri di provinsi
jambi, yaitu suku anak dalam.
Saya memutuskan untuk mengunjungi
mereka ketika libur natal tiba, karena kampus akan mendapatkan libur yang
durasinya kira-kira seminggu lebih. Ketika saya pulang ke jambi, saya mulai
mengumpulkan informasi tentang keberadaan suku anak dalam di jambi. Karena setelah
mencari-cari tahu, suku anak dalam banyak tersebar di beberapa kabupaten di
jambi, mulai dari yang paling dekat sampai yang paling jauh. Lokasi keberadaan
suku anak dalam yang paling dekat adalah di kabupaten muara bulian yang hanya
membutuhkan waktu perjalanan selama satu jam lebih untuk sampai, sedangkan
lokasi keberadaan suku anak dalam yang paling jauh yaitu di kabupaten
Sarolangun, yang membutuhkan waktu perjalanan selama lima jam untuk sampai
kesana.
Karena saya tidak tahan dengan
perjalanan yang terlalu lama menggunakan mobil (saya gampang mabuk darat dan itu
sangat mengesalkan), saya jadi mengambil keputusan untuk mengunjungi suku anak
dalam yang berada di kabupaten muara bulian saja.
Saya meminta izin kepada orang tua
saya untuk diizinkan pergi ke muara bulian dan kebetulan sekali, papa saya juga
akan pergi kesana besoknya, jadi dia bilang saya bisa ikut sama dia. Dan juga
dia punya kenalan yang mengenal suku anak dalam di kabupaten muara bulian.
Jadi, besoknya saya dan ayah saya
berangkat menuju muara bulian pada pukul 9 pagi. Soalnya kalau tidak pergi dari
pagi, pulangnya mungkin bisa sampai malam, dikarenakan jalan menuju ke muara
bulian itu kurang dirawat sama pemerintah, banyak lubang dimana-mana, jadi bawa
mobil harus pelan-pelan tidak bisa cepat-cepat.
Setelah beberapa jam akhirnya saya dan
ayah saya sampai di kabupaten Muara Bulian. Sesampainya disana, kami makan
siang terlebih dahulu. Setelah kami selesai makan siang, saya dan ayah saya
ketemuan dengan teman ayah saya yang berada disana. Setelah berbincang-bincang
sebentar, kami pun berangkat bersama-sama menuju ke tempat suku anak dalam.
Ternyata kami harus berjalan agak jauh
lagi, dengan menggunakan mobil pun kami memakan waktu selama satu jam lebih
untuk sampai ke tempat suku anak dalam tersebut, dan jalan nya pun
hancur-hancuran.
Suku anak dalam yang saya ingin
datangi adalah suku anak dalam yang sudah tergolong modern, bukan yang
tradisional lagi. Kenapa saya tidak memilih untuk mengunjungi Suku Anak Dalam
yang masih tradisional?
Karena pada saat saya sedang mengumpulkan informasi
tentang Suku Anak Dalam, untuk bertemu dengan suku Anak Dalam yang masih
tradisional itu sudah susah, dikarenakan mereka tidak mau keluar dari dalam
hutan lagi, dan untuk membuat janjinya bisa memakan waktu berminggu-minggu,
kalau pada jaman dulu untuk bikin janji dengan para Suku Anak Dalam hanya perlu
beberapa hari.
Dengan semakin berkembangnya jaman,
Suku Anak Dalam juga mengikuti zaman, beberapa dari mereka mulai mengikuti
perkembangan zaman. Suku Anak Dalam yang benar-benar tradisional itu tidak
memakai baju, mereka hanya menggunakan cawat. Makanan nya pun sudah berbeda
jauh dengan suku Anak Dalam yang saya temui ini.
(beberapa foto Suku Anak Dalam yang masih tradisional) |
(anak-anak Suku Anak Dalam) |
Kenapa Suku yang saya temui ini menyebut diri mereka Suku Batin? Padahal kan mereka itu adalah suku Anak Dalam juga, walaupun sudah bersifat modern? Karena, dari waktu ke waktu, generasi ke generasi, orang-orang Batin ini mengalami perubahan pola pikir. Mereka ternyata malu mengakui keberadaan mereka. Kenapa bisa terjadi perubahan pola pikir ini?
Perubahan ini terjadi dikarenakan adanya penyeragaman penyebutan Suku Anak
Dalam oleh pemerintah, yakni orang Batin dan orang kubu / orang Rimba. Mereka
tidak mau disamakan begitu.
RANGKUMAN
SEJARAH
Sarompak
merupakan keturunan anak Raja dari Pagaruyung, sedangkan Siceren keturunan dari
Gunung Kembang, keturunan yang memiliki darah putih (di Batin IX disebut Putri
Mayang Mangurai, diluar Batin IX disebut Putri Pinang Masak). Perkawinan sarompak dan siceren dianugerahi 3 (tiga) orang anak. Keturunan ini membawa benih
padi sebesar kelapa. Sementara itu ada 3 (tiga) orang laki-laki bergelar Selamat (pembantu raja) yang kehidupannya
disepanjang sungai Semak, dan seorang perempuan bergelar Sikembang
(pelayan/penyaji masakan raja).
Ketika sedang mencari pangan, mereka menemukan bara (bekas bakaran kayu)
dan satu helai rambut yang tidak bisa diukur (jika diukur dengan siku maka
panjangnya sesiku, jika diukur dengan tinggi badan maka panjangnya bisa
setinggi badan). Karena keanehannya ini,
maka disebutlah rambut sepanjang diri. Rasa penasaran mulai menghinggapi
pikiran mereka. Maka dicarilah asal muasal bara dan rambut sepanjang diri tadi.
Sekian lama mencari, mereka tak kunjung memperoleh tanda sedikitpun yang
mengarah kepada pembuat bara dan pemilik rambut sepanjang diri.
Karena pencarian tak kunjung ketemu, maka mereka meminta bantuan kepada
orang pintar. Setelah bertemu dan
menyampaikan maksudnya, barulah mereka diberitahu bahwa si pemilik rambut dapat
ditemui disuatu tempat yang terdapat bangunan tinggi (Karang Enau), si pemilik
rambut adalah seorang perempuan cantik.
Setelah memperoleh jawaban dari orang pintar tadi, mereka kembali kepada
raja dan menceritakan semua peristiwa yang terjadi. Raja pun memerintahkan
kepada mereka untuk menemui si pemilik rambut. Berangkatlah mereka menuju
tempat yang ciri-cirinya sesuai dengan penjelasan orang pintar saat mereka
temui sebelumnya.
Sampai ditempat yang dituju, mereka langsung menyampaikan pesan sang raja,
yaitu agar si perempuan pemilik rambut sepanjang diri menemui raja di Muara
Batang (sungai Semak). Si perempuan mau menemui raja, tapi memberikan
peryaratan-persyaratan yang harus dipenuhi, antara lain tidak ada yang boleh
menyentuh tubuhnya (rambut sepanjang diri) dan raja harus membuatkan bangunan
tempat tinggal yang tinggi seperti tempat tinggalnya. Utusan raja menyepakati
persyaratan yang diberikan rambut sepanjang diri. Mereka pun berangkat menemui
sang raja ke Muara Batang (sungai Semak). Sampai di sungai Semak, dia disambut
oleh raja dengan hidangan makanan . Pada saat
itu dia menyampaikan satu permintaan kepada raja bahwa dia mau makan
hanya dengan alas daun pisang utan. Raja pun mengiyakan permintaan rambut
sepanjang diri dan segera memerintahkan pelayannya untuk menyiapkan daun pisang
utan untuk alas/tempat hidangan makanan.......?
Sementara itu orang tua si perempuan (rambut sepanjang diri) merasa
kehilangan anaknya. Sehingga mau tidak mau berusaha untuk mencari dimana
keberadaannya. Disepanjang jalan pencarian anaknya, siorang tua ini menebas apa
saja yang dijumpainya, hingga bertemu dengan utusan sang raja (Selamat). Dari
penjelasan utusan ini maka diketahuilah bahwa anaknya berada di wilayah raja
Semak (sungai Bulian). Setelah sekian lama perjalanan sampailah orang tua
rambut sepanjang diri di wilayah raja Semak dan bertemu dengan anaknya (rambut
sepanjang diri).
Menurut sejarah, raja semak mengutarakan niatnya kepada orang tua rambut
sepanjang diri bahwa dirinya akan meminang anaknya untuk dijadikan isteri. Sang
raja menjelaskan bahwa mereka berdua sama-sama mencintai. Keinginan raja dan
rambut sepanjang diri tidak memperoleh restu dari orang tua rambut sepanjang diri.........?
Mereka tetap menikah tanpa restu/kawin lari di Muaro Koto Aur Beduri.......?
(Tradisi kawin lari yang dilakukan pasangan muda-mudi yang tidak memperoleh
restu dari kedua orang tuanya).......?
Singkat cerita, pasangan ini dikaruniai seorang anak laki-laki yang tidak
diberi nama. Ketika menginjak usia 4 tahun......? si anak bertanya kepada
ibunya, siapa nama aku mak? Siapa nama ayahku mak? Si Ibu tak mau mengatakan siapa nama dirinya
dan nama ayahnya. Tapi si ibu mengatakan bahwa akan menjelaskan ketika si anak
sudah dewasa nanti.
Karena tak kunjung memperoleh jawaban , maka si anak akhirnya pergi dari
rumah untuk mencari tau siapa nama dia dan ayahnya. Sebelum pergi ibunya
berpesan, jika ingin mencari tahu siapa ayahnya, carilah didaerah sekitar
batang sungai semak. Dan, ibunya pun memberikan sebutir telur ayam dan sebilah
keris. Dengan restu ibunya, mulailah pencarian dilakukan. Hingga akhirnya telur
ayam yang dibawanya menetas tepat diantara sungai karang enau dan batang sungai
semak.......?
Adat Istiadat
Setiap orang dibebani adat mulai dari yang baru lahir sampai ia mati.
Diawali dengan Nuak (mengikat hubungan antara calon si ibu dengan dukun
kampung/bidan) yang nantinya pada saat si anak lahir maka waris dibebankan
untuk memberikan semacam ucapan terima kasih kepada (dukun kampung/bidan)
berupa sejumlah uang, makanan yang sudah siap saji (hasil kesepakatan
keluarga).
Setelah anak lahir, keluarga tadi masih ada tugas lain yaitu basuh tangan
(keluarga yang ditolong memberikan pakaian dan ternak). Jika keluarga yang
ditolong tidak mau menjalankan basuh tangan, maka orang sekampung akan menganggap keluarga ini tidak akan membutuhkan
pertolongan lagi dari orang lain.
Lamaran
Melamar pengantin dalam adat Batin IX adalah, keluarga laki-laki yang
datang untuk meminang si perempuan. Hanya perempuan yang belum di lamar yang
dibolehkan untuk dilamar. Jika sudah ada yang melamar, maka tidak dibolehkan
untuk dilamar. Tanda lamaran adalah berupa keris (jika ada permintaan dari
pihak perempuan dan jika pihak waris laki-laki menyanggupinya, jika tidak
menyanggupi maka tidak perlu diadakan) atau sebidang tanah. Dan, saat ini sudah
bertambah (isi kamar kosong dan satu set pakaian si perempuan). Kebiasaan dalam
proses lamaran ini biasanya dibarengi dengan beberapa perlengkapan alat lamaran
yang di bawa oleh pihak laki-laki saat akan kerumah si perempuan, yaitu kapur,
gambir, sirih, pinang, pemaku atau rokok, uang (batu pinangan). Setelah semua
tersedia maka proses lamaran dimulai.
Pernikahan
Setelah lamaran
diterima barulah membahas pernikahan dengan prosesi adat digandengkan dengan
hukum islam. Karena adanya penggabungan prosesi ini, maka dalam tradisi
pernikahan masih ada ditemukan yang namanya pembakaran kemenyan. Peragaan pencak silat pun selalu menjadi
bagian dalam prosesi pernikahan.
Duduk sanding
dalam Batin IX adalah si mempelai pria berdampingan dengan orang tua perempuan
dari mempelai wanita, dan mempelai wanita berdampingan dengan orang tua
perempuan mempelai pria. Dan, didalam proses pernikahan, sesudah ijab qabul ada
istilah suap senasih (mempelai pria dan
wanita saling menyuapi nasi ketan kuning).
Waris dari
mempelai pria menyediakan benang tujuh warna yang terbuat dari benang pisang.
Benang ini dipasang dipintu kamar pengantin. Waris mempelai wanita memotong
benang sebagai tanda kedua mempelai sudah dibolehkan melakukan hubungan badan.
Selain itu, pemotongan benang ini sekaligus sebagai tanda semua prosesi
kebutuhan adat sudah terpenuhi.
Bagaimana jika seorang adik melangsungkan pernikahan lebih dahulu dari
kakaknya? Maka si adik yang akan menikah tadi harus membayar denda adat kepada
kakaknya yang belum menikah, baik sang kakak itu laki-laki ataupun perempuan.
Denda adat yang dimaksud adalah memberikan benang tujuh warna, sebilah keris
dan satu set pakaian. Jika kakaknya
tidak mau menerima, maka tidak menjadi halangan bagi si adik untuk
melangsungkan pernikahan.
Bagaimana jika ternyata kedua calon pengantin telah melanggar hukum yang
ada, seperti melakukan hubungan badan sebelum menikah? Jika terjadi demikian,
maka dikenakan sanksi adat (bersih namo) berupa penyembelihan kambing.
Menurut adat Batin IX, proses perceraian harus dilakukan didepan penghulu
dan disaksikan masyarakat sekampung. Hal ini didasarkan pada proses pernikahan
yang dilakukan sebelumnya.
Canang
Canang adalah sejenis Gong yang berfungsi untuk mengumpulkan orang-orang
yang ada di kampung sebagai tanda undangan pernikahan.....?
Pengaturan Sumber Daya
Alam
Orang Batin IX memiliki aturan dalam pemanfaatan sumber daya alam, yaitu:
Jika musim panas/kemarau orang Batin IX mencari penghidupan ke sungai (mancing
atau nuba dengan akar kayu), jika datang musim penghujan orang Batin IX mencari
penghidupan ke rimba untuk memasang jerat. Demikian pula kegiatan musim tahunan
adalah mengambil hasil hutan seperti sialang dan buah-buahan serta melakukan
pembukaan lahan pangan perkebunan (huma).
Pengaturan batas lahan dilakukan dengan mengaitkan kayu yang memiliki
cabang dahan ke celah kayu di batas lahan. Sedangkan jumlah kaitan sama dengan
jumlah orang yang ikut dalam membuka lahan.
Pengambilan getah kayu hutan yang mengakibatkan kayu rusak dikenakan sanksi
adat berupa penolakan dari pengurus adat atas segala proses pinangan pengantin,
kecuali sudah ada pengakuan terlebih dahulu bahwa yang bersangkutan telah
menyebabkan matinya kayu tadi.
Bagi penyerobot lahan atau dalam istilah Batin IX cencan ragas (mengambil
lahan milik orang tanpa izin) cukup diselesaikan secara musyawarah (permohonan
maaf dan pengembalian lahan).
Perkelahian
Jika terjadi perkelahian yang menyebabkan kematian, maka si pembunuh harus
dibalas dengan hukum pelepasan nyawa. Namun jika kejadiannya disebabkan oleh
proses yang tidak disenga, maka dikenakan denda dengan istilah pemampas darah,
berupa uang, belacu sekabung dan sirih sepenampan. Dan, sanksi adat ini sudah
tidak berlaku lagi dizaman sekarang.
Adat Batin IX lebih banyak yang tersirat dari pada tersurat. Hal ini tidak
terlepas dari 3 (tiga) syarak, yaitu agama, adat dan sloko.
Apakah saat ini orang Batin IX tetap
menjalankan adat?
Orang Batin IX
masih menjalankan adat, tapi tidak utuh lagi (bercampur dengan kebiasaan
perkembangan zaman).
Apakah orang Batin IX masih bermukim dalam satu wilayah
yang sama?
Orang Batin IX tidak lagi
bermukim dalam satu wilayah yang sama. Mereka sudah berpencar. Keadaan ini
disebabkan mendesaknya kebutuhan ekenomi sehingga mencari penghidupan ditempat
lain, pernikahan dengan orang luar (percampuran suku) dan tergusur akibat
pembangunan (perkebunan).
Bersama Kepala Suku Batin IX ( yang baju kuning)
(kiri ke kanan : Pak Zidin, Pak Siin, Pak Baga)
|
salam, kalau boleh tau. aslinya darimana,,,,?
ReplyDeletesoalnya saya sedang cari teman untuk kegiatan seperti ini.
kapan bang, dalam waktu dekat saya akan kembali kerimba
Delete