NIM : 11140110141
Kelas: B-1
“Jakarta kota ku
indah dan megah
Di situlah aku di lahirkan
Rumahku di salah satu gang
Namanya gang kelinci
Entah apa sampai namanya kelinci
Mungkin dulu kerajaan kelinci
Karena manusia bertambah banyak
Kasihan kelinci terdesak
Sekarang rumahnya berjubel
Oh...padat penghuninya…”
Begitulah sepenggal lirik lagu ‘Gang Kelinci’ yang
dahulu dipopulerkan oleh Lilis suryani itu mencerminkan kondisi tanah Jakarta
saat ini. Ibukota Jakarta yang terkenal dengan keindahan dan kemegahannya itu kini
perlahan tertutup oleh budaya moderenisasi yang terus menerus berkembang.
Gedung-gedung bertingkat dan jalan-jalan besar telah rata mengelilingi
Jakarta. Rumah-rumah berjubel dan masyarakat
makin bertambah banyak. Bahkan masyarakat betawi yang notabene adalah penduduk asli
kota Jakarta pun kini mulai terpencar-pencar meninggalkan budayanya.
Akan tetapi, kekecewaan tersebut terobati
dengan masih adanya sebuah pojok budaya asli Jakarta tersebut. Ya,
perkampungan Budaya Betawi namanya. Suatu kawasan di wilayah Jakarta Selatan
yang berisikan sebuah komunitas yang melestarikan budaya Betawi dengan meliputi
seluruh hasil karya fisik maupun non-fisik seperti karya seni, adat istiadat,
folklore, pakaian, arsitektur dan tidak ketinggalan yaitu kulinernya… :9
Nah..
untuk melengkapi pengetahuan, pada 16 Desember lalu saya bersama Rima,
Intan dan Sherly berangkat menuju Kampung Betawi. Setelah sebelumnya membuat
janji dengan seorang narasumber/guide dari kampung Betawi dan Berbekal alamat serta
rute bis dari senior (ci epe dan kak andri), kami pun mulai menelusuri jalan.
Walaupun masih sedikit bingung dan bertanya-tanya “kapan sampenya, nih?”,
finally setelah sekitar dua jam berkelana dengan Bis umum sampailah kami di
kampung betawi dan disambut dengan gerbang besar bertuliskan “PINTU MASUK I
BANG PITUNG, PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN”. Beralamatkan di jalan
Mochammad Kahfi II sampai Jalan Desa Putra (Jl. H. Pangkat). Dengan luas
mencapai 289 hektar, kampung Betawi ini berada di perbatasan Provinsi DKI
Jakarta dan Kota Depok, luas sekali bukan? :O
Gerbang masuk kampung betawi |
Dari
situ kami mulai sedikit-sedikit mengambil foto dan video untuk didokumentasikan
sebagai tugas UAS Komunikasi Antar Budaya. Ketika lagi seru-serunya dan
seriusnya kami mengambil gambar, tiba-tiba muncul seorang bapak-bapak yang
entah siapa dan darimana menghampiri kami dan minta foto… ya, MINTA DI FOTO,
teman-teman! Karena kami pikir dia adalah seorang guide atau paling enggak bisa
memberi informasi kepada kami, jadi ya kami pasrah-pasrah saja foto-foto-in dia
yang sudah siap berpose keren diatas sebuah sepeda motor yang entah punya
siapa. Tapi karena saya malas meladeni jadi saya hanya foto dia dua atau tiga
kali saja ㅋㅋㅋㅋ
Ini dia nih si bapak-bapak "gaje", lihat kan gayanya ... |
Begitu
melewati gerbang, suasana betawi sudah mulai terasa. Saya melihat ke sekeliling
banyak rumah-rumah yang atapnya dikelilingi oleh ornament khas betawi berbentuk
segitiga berjajar yang biasa dinamakan “Gigi Balang” dan mendengar warga-warga
sekitar yang berbicara dengan logat betawinya. Memasuki sebuah gang yang lebih
sempit kami disambut oleh dua jajanan khas betawi yang kini sudah jarang sekali
kita temui. Yang pertama yaitu KLEPON, kue kenyal berwarna hijau yang terbuat
dari tepung beras ketan dan berisi gula merah serta kelapa dan satu lagi adalah
LEPET, kue yang sekilas mirip dengan lontong ini terbuat dari ketan yang
dicampur dengan kacang tolo. Kue-kue tersebut dijual dengan harga Rp 2000 saja,
murah dan sehat karena tanpa bahan pengawet.
(kanan) Klepon, (kiri) Lepet yang paling enak itu klepon karena pas digigit gulanya meleleh-meleleh gitu deh... |
Sebelum
melangkah lebih jauh, kami menghubungi narasumber yang telah membuat janji
dengan kami untuk memandu dan melakukan wawancara, Bang Indra namanya. Kami
menginformasikan kalau kami sudah sampai, tapi dia mengatakan akan sampai
setelah dzuhur nanti tapi karena kami tiba disana sebelum Dzuhur, akhirnya kami
memutuskan untuk menunggu Bang Indra sembari melihat-lihat sekitar kampung
Betawi dan kebetulan juga lokasi masih sepi dengan pengunjung jadi kami agak
lebih leluasa untuk mengambil gambar.
Nah!
Beruntungnya kami berempat datang di hari itu, karena pada jam 1 siangnya akan
diadakan pagelaran seni Betawi yaitu NASYID dan LENONG BETAWI. Di tempat
pagelaran tampak anak-anak kisaran 5-14 tahun sedang latihan menari tari Yapong
(mungkin untuk ditampilkan minggu berikutnya karena hari itu jadwalnya hanya
nasyid dan lenong).
anak-anak berlatih tari Yapong |
Anak-anak itu sangatlah lincah dan luwes saat menarikannya
apalagi di usia mereka yang masih kecil-kecil seperti itu sangatlah mengagumkan
dan ada seorang anak perempuan yang begitu menarik perhatian saya, selama
menari dia tidak berhenti menebarkan senyum ditambah parasnya yang hitam manis
membuat saya semakin gemes 8(>,<)8
si penari imut.. sayangnya saya lupa nanya siapa namanya :"( |
Didepan
mereka berlatih, berdiri sebuah panggung yang juga penuh dengan anak-anak kecil
yang tengah latihan atau mungkin gladi resik dan disampingnya terpampang dua
icon kebesaran budaya betawi, siapa lagi kalau bukan ONDEL-ONDEL. Untung saja
ondel-ondelnya hanya dipajang, kalau dia berkeliling mungkin saya sudah lari
kalang kabut :P
anak-anak berlatih tari diatas panggung dan sepasang Ondel-Ondel yang mejeng |
Bersebrangan
dari lokasi panggung, berdirilah rumah-rumah adat betawi yang dinamakan rumah
KEBAYA atau rumah BAPANG. Ciri-ciri dari rumah kebaya ini memiliki teras rumah
yang luas, tujuannya untuk menerima tamu dan menjadi bale atau tempat santai
bagi si pemilik rumah, konsepnya semi terbuka dan hanya dibatasi oleh pagar
kira-kira setinggi 80cm serta lantainya lebih tinggi dari permukaan tanah. Oleh
karena itulah didepan rumahnya terdapat paling tidak 3 buah anak tangga sbeelum
masuk ke teras. Bentuk rumah kebaya ini adalah persegi/kotak, cukup sederhana,
didominasi oleh kayu dengan ukiran khas betawi. Didalamnya biasanya terdiri
dari ruang tamu, ruang keluarga, ruang tidur, kamar mandi, dan halaman yang
super luas.
Rumah Kebaya/Rumah Bapang dengan terasnya yang luas |
FYI.. Setiap hari minggu terutama di bulan Desember Perkampungan
Betawi ini selalu mengadakan event-event kesenian Betawi yang biasanya diisi
dengan seni musik, seni Tari, teter tradisional (Lenong) dan atraksi lainnya.
Ada pula latihan Pencak silat yang biasa dilakukan setiap malam Jumat. Tidak
hanya mengadakan event sendiri, perkampungan Betawi ini terkadang juga
digunakan oleh masyarakat untuk untuk acara pernikahan, sunatan, akikahan,
nujuh bulan, dsb karena rumah-rumah adat yang ada di dalamnya dapat disewa
sebagai tempat serbaguna.
salah satu rumah kebaya yang saat itu disewa untuk acara keluarga |
Menjelang pukul 12 siang
perut kami sudah minta diisi alias lapar. Kami pun memutuskan untuk keluar dan
mencari jajanan. Didepan gerbang tempat event berlangsung abang-abang penjual
jajanan sudah berdiri berjejer cantik menanti pembeli. Satu makanan yang
menjadi incaran kami adalah KUE CUBIT. Kue imut yang lezatnya bikin nagih itu
sudah menanti kedatangan kami. Saya membeli beberapa biji kue cubit yang sudah
jadi sementara Intan me-request seporsi kue cubit setengah matang, yang katanya
Intan rasanya lebih enak karena masih ada bagian yang meleleh-meleleh karna
belum matang… penasaran? Nih dia cara pembuatannya….
yumm.. kue cubit yang bikin nagih :9 |
Sebelum itu, kami
menghubungi kembali bang Indra untuk mendapatkan kepastian dia datang. Karena
tidak ada jawaban baik melalui telepon maupun SMS, kami pun memberanikan diri
bertanya kedalam kantor marketing tempat dimana bang Indra biasa bertugas.
Menurut salah seorang staffnya, bang Indra akan datang pukul 2 nanti. Baiklah,
kami masih sabar menanti dan kami pun memutuskan untuk menunggu sampai jam dua
dengan berkeliling menelusuri tiap-tiap “ruang” kampung Betawi.
Jika di ruang pertama adalah tempat pagelaran seni
biasa dilakukan, lain lagi dengan ruang kedua yang sudah mulai dihiasi dengan
pedagang-pedagang makanan khas betawi. Ada SOTO MIE, GADO-GADO, KAREDOK,
ASINAN, ES CAMPUR, ES SELENDANG MAYANG, TOGE GORENG dan tentunya KERAK TELOR..
pembuatan kerak telor |
Semuanya betul-betul menggoda lidah kami, tapi karena kami masih penasaran
dengan bagian lain dari kampung betawi jadi kami melewati menikmati kuliner di
bagian ini.
Menelusuri lagi ke
bagian belakang, dan ternyata disinilah PUSATnya! Dari ruang kedua kami turun
dan menemukan lahan yang lebih luas dari sebelumnya. Di depan kami terpampang jalanan
yang panjang ke sebelah kanan maupun kiri dan di seberangnya ada sebuah SETU
yang luas dan indah. Di sepanjang jalan terlihat banyak orang-orang
berjalan-jalan baik berjalan kaki maupun bersepeda santai menikmati suasana
yang asri walaupun cukup terik itu.
pemandangan Setu/Danau plus sepeda air.. |
Tak jauh dari tempat saya berdiri, berjejer
delman-delman cantik dan kudanya yang gagah-gagah siap mengantarkan
pengunjung berkeliling setu. Didepan
saya juga sempat lewat beberapa delman yang tengah menarik penumpang, Kami pun tidak ketinggalan untuk turut
mencoba, (bukannya norak, tapi memang jarang-jarang hehehe -.-V)
delman yang siap mengantar kita berkeliling |
Kudanya gagah kan? B) |
Pose dulu bareng si Kuda dan babeh Ali sebelum naik ㅋㅋㅋ pic. taken by Intan Aprillia |
Dari dalam delman saya
bisa melihat pemandangan yang ada di kiri dan kanan saya. Di pinggir-pinggir
jalan ini ternyata penjual makanannya lebih banyak dan bervariasi dari ruang
kedua diatas. Di pinggir jalan dekat setu dijadikan tempat beristirahat para
pengunjung untuk duduk-duduk dibawah pepohonan yang ada sembari makanan jajanan
atau melihat-lihat pemandangan setu.
Kira-kira setelah 5 menit berkeliling dengan delman,
kami pun melanjutkan kegiatan dengan MAKAN.. yeaayyy \(ˆ▽ˆ)/…. Kami makan soto mie (Incaran Intan) di pinggir setu
sambil duduk beristirahat. Semangkuk soto tersebut dihargai Rp 10.000, harganya
sesuai dengan rasanya yang enak. Setelah kenyang dengan makan siang, kami pun
kembali keatas karena acara pagelaran akan segera dimulai sekaligus
berjaga-jaga kalau-kalau bang Indra datang.
Diujung tangga naik, mata kami tiba-tiba tertuju pada
satu jajanan masa kecil, GULALI. Gulali yang satu ini berbeda dengan gulali
yang ada di mall-mall, gulali ini terbuat dari gula yang dikeraskan jadi bisa
dibentuk bermacam-macam ada bentuk lollipop, bunga, hewan, atau kita bisa
me-request bentuk yang kita inginkan. saya, Rima dan Intan masing-masing
membeli satu dengan hanya Rp 20000, sementara sherly hannya mencicipi sedikit
milik kami karena dia tidak begitu suka.
gulali rasa sederhana denganbentuk yang lucu-lucu |
hehehe |
By The Way, abang penjualnya
lawak lho dan sempet ngomong gini “kalo mau poto, poto aja neng.. jarang-jarang
kan ketemu PEPPY..”
Tapi jujur, ini abang
gulali emang mirip peppy pelawak, dari posturnya sampai bentuk mukanya bahkan
dia juga punya jenggot yang diikat pakai karet..
mirip kan sama "peppy"? |
Sedang asik-asiknya kami
ngobrol sama si abang “peppy”, tiba-tiba turun hujan dan membuat kami buru-buru
pindah ke atas mencari tempat teduh, begitu juga si abang gulali.
Saking
asyiknya bercanda dengan pedagang gulali, kami kelupaan kalau acara pagelaran
sudah dimulai. Untungnya kami tidak ketinggalan banyak momen. Acara kesenian
tersebut diisi oleh performance NASYID oleh grup Nasyid Of Syiar (NOS). NOS ini
berisikan enam orang remaja laki-laki bergaya modern (kaos+blazer). Mereka
menyanyikan lagu-lagu bertemakan Islami secara acapella. Salah satu lagu yang
mereka nyanyikan adalah “JAGALAH HATI” lagu milik ustadz kondang, Aa Gym tapi
kali ini dengan versi yang berbeda karena ditambahkan sedikit alunan rap
didalamnya. Selain itu mereka menyanyikan lagu “Anak Betawi” yang pernah saya
dengar sebagai soundtrack film lawas khas Betawi “Si Doel”..
Nasyid Of Syiar (NOS) |
Selain
mereka, ada pula penyanyi-penyanyi lain yang menyanyikan lagu betawi seperti:
MALAM MINGGU dan JALI-JALI diiringi pemain gambang kromong khas Betawi.
Pemain Gambang Kromong |
penyanyi keroncong betawi |
meskipun saat itu hujan turun tapi antusiasme penonton cukup
tinggi. sebagian besar banyak yang tetap stay didepan panggung walaupun hujan
masih rintik-rintik. Pagelaran kemudian dilanjutkan dengan pertunjukan LENONG.
Namun saat lenong berlangsung, kami tidak menyaksikan di depannya tapi hanya
mendengarkan sembari beristirahat di sebuah rumah adat betawi.
Dari
apa yang saya dengarkan, ada ciri khas yang melekat di dalam lenong. Pertama,
cara bicara orang asli Betawi itu kencang menghentak dan kedua, konten isi
cerita lenong kebanyakan hanya boleh didengarkan oleh 19 tahun keatas karena
beberapa kali saya mendengar percakapan berbau “dewasa”disana.. ciri-ciri lain
yang saya temukan disana adalah pakaian laki-laki adat betawi yang khas dengan
peci dan sarungnya. Dari mulai penjaga, pemain gambang kromong, penyanyi, kusir,
semuanya berpakaian seperti itu.
Saat
beristirahat, Rima terus menerus mengkontak bang Indra tapi hasilnya nihil.
Kami pun mencoba meminta tolong kepada staff lain untuk diwawancarai, tapi
mereka tidak bersedia dengan alasan harus ada perintah dari bang Indra. Oke..
good..
Karena hari sudah semakin sore, kami lalu memilih untuk berkelana kebawah mencari jajanan-jajanan lain. Ceritanya sih wisata kuliner :D sekaligus mengobati kekecewaan kami. Makanan yang kami temui ada dodol, kembang goyang, tape uli, geplak, akar kelapa, es goyang, es selendang mayang, tahu gejrot, laksa dan masih banyak lagi.
Karena hari sudah semakin sore, kami lalu memilih untuk berkelana kebawah mencari jajanan-jajanan lain. Ceritanya sih wisata kuliner :D sekaligus mengobati kekecewaan kami. Makanan yang kami temui ada dodol, kembang goyang, tape uli, geplak, akar kelapa, es goyang, es selendang mayang, tahu gejrot, laksa dan masih banyak lagi.
Es goyang, es yang dibuat dengan cara menggoyang-goyangkan gerobaknya sebelum disajikan. |
Selain
makanan, disana dijual juga pernak pernik khas betawi dan saya menemukan
pedagang KELOMANG. Tahu kan keong kecil yang kalau mau dia keluar dari cangkang
harus di kasih napas dulu? Ya, kelomang-kelomang itu dilukis, diwarnai
cangkangnya sehingga menarik dan juga tersedia rumahnya yang terbuat dari gabus
dengan bentuk serta warna yang bermacam-macam.
Diujung
perjalanan terdapat sebuah wahana “SEPEDA AIR”. Bentuknya bukan seperti sepeda
biasa yang bisa berjalan diatas air, sepeda yang satu ini berupa perahu kecil
dengan bentuk hewan-hewan dan cara menggunakannya adalah dengan mengayuh pedal
yang ada di dalamnya supaya sepedanya dapat beroperasi dan penumpangnya bebas
berkeliling didalam setu sampai waktu yang dibatasinya habis. Harga tiket
sepeda air ini juga terjangkau, hanya RP 5.000. tapi kali ini kami tidak
menaikinya karena waktu sudah sore, kami harus segera pulang dan lagi-lagi
mengejar waktu bis..
Info
lain yang saya dapatkan adalah adanya tiga Simbol Jakarta Selatan yang
dilestarikan di dalam kampung betawi tersebut:
1. Rambutan
2. Melinjo
3. Burung
Gelatik
ketiganya melambangkan persatuan, kekuatan dan ketenangan serta kebersamaan.
sepasang burung gelatik |
Perjalanan
saya dan tiga teman saya kali ini sangat menyenangkan. Ini pertama kalinya kami
mengunjungi kampung betawi, menemukan berbagai hal baru terutama dari segi
kebudayaan.
Kekecewaan
saya hari itu hanya ada dua.. pertama, Bang Indra ternyata hari itu LIBUR
sehingga dia tidak datang-datang dan kedua, saya kecewa karena ternyata rumah
SI PITUNG tidak berlokasi disana, padahal dari awal tiba saya penasaran dengan
rumah itu (T.T)
Tapi
overall saya cukup puas dengan hasil observasi yang saya dapatkan hari itu..
terimakasih KAMPUNG BETAWI… RIMA, INTAN, SHERLY J
sampai jumpaaaaa |
Semoga
lain waktu saya bisa kembali kesana dalam event yang berbeda ;)
No comments:
Post a Comment