Nama
`: Muhammad Reza Satrio
NIM
`:
11140110007
Kelas
:
F1
Negara Kesatuan Republik Indonesia atau yang disingkat
dengan nama NKRI adalah Negara yang terdapat di belahan benua asia tepatnya
yaitu Asia Tenggara bersama Thailand , Vietnam , Singapore. Dilalui oleh garis khatulistiwa
yang pusat terdapat di pulau Kalimantan. Negara Indonesia diapit oleh 2 benua
yaitu benua Asia dan benua Australia , dan 2 samudra yaitu samudra Hindia dan
samudra Pasifik. Tercatat dalam statistik , negara Indonesia disebut sebagai
Nusantara , mengapa? Karena Indonesia adalah negara yang memiliki pulau
terbanyak yaitu lebih dari 13.000 pulau dikelilingi oleh lautan yang begitu
luas.
Di negara Indonesia ini populasi masyarakatnya juga
terhitung cukup padat terdata lebih dari 210 juta jiwa pada pertengahan tahun
2010. Padatnya penduduk Indonesia , dilihat dari mata dunia , Indonesia
menempati posisi ke empat jumlah populasi terbesar. Penduduk Indonesia menganut
berbagai macam agama , mulai dari Islam , Kristen , Hindu , Budha , dll. Agama
Islam yang dominan terdapat di Indonesia , dan Indonesia sendiri bukan disebut
negara Islam. Namun , bentuk pemerintahan atau bentuk negara dari Indonesia
adalah Republik yang sebelumnya telah disebutkan pada paragraf pertama.
Indonesia yang terbentang luas dari Sabang sampai
Merauke , memiliki berbagai macam suku , ras , etnik , budaya , bahasa dan
agama. Bangsa dari Suku Jawa adalah Suku atau etnis yang terbesar yang terdapat
di Indonesia. Lebih dari 40% populasi suku Jawa keseluruhan dari penduduk
Indonesia. Kita juga mengetahui semboyan
yang dimiliki oleh negara Indonesia , yaitu semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang
memiliki bermakna berbeda-beda tapi tetap satu yang memiliki arti meskipun
memiliki perbedaan keberagaman dari perbedaan itulah yang mencerminkan kesatuan
yang mencerminkan identitas negara Indonesia.
Seperti yang dikutip dari
buku “Komunikasi Lintas Budaya” Larry A.
Samovar. Seorang pakar bernama Sowell berpendapat tentang budaya yaitu “Budaya ada untuk melayani kebutuhan vital
dan praktis manusia untuk membentuk masyarakat juga untuk memelihara spesies ,
menurunkan pengetahuan , dan pengalaman berharga ke generasi berikutnya, untuk
menghemat biaya dan bahaya dari proses pembelajaran semuanya mulai dari
kesalahan kecil selama proses coba sampai kesalahan fatal.”
Indonesia memiliki suku dan etnis yang terhitung amat
banyak ada 300 kelompok dari suku , etnis dan ras. Tiap dari masing-masing suku
tersebut memiliki warisan yang berbentuk peninggalan , sejarah , dan budaya
yang berkembang secara turun-temurun dari leluhurnya. Adapun dari kebudayaan
mereka tersebut memiliki pengaruh yang begitu kuat dari kebudayaan lain
diantaranya oleh kebudayaan asing , yaitu kebudayaan Cina , kebudayaan Arab ,
maupun kebudayaan Eropa termasuk kebudayaan mayoritas yang ada di Indonesia
yaitu kebudayaan Melayu.
Nah! Maka dari itu dalam penjelasan ini saya akan
membahas dan mengupas tentang suatu suku budaya adat yang masih ada dan
terdapat di pulau Jawa tidak lain dan tidak bukan adalah perkampungan adat yang
telah saya lakukan observasi dan pengamatan dengan beberapa teman-teman dari
satu fakultas dengan saya pada tanggal 21 hingga 23 Desember 2012, perkampungan
ini terletak di desa Neglasari , kabupaten Tasikmalaya , provinsi Jawa Barat.
Yaitu perkampungan Kampung Naga. Keberangkatan perjalanan menuju ke
perkampungan Kampung Naga ditempuh dalam waktu kurang lebih 7 jam menggunakan
kendaraan mobil sewaan.
Ketika sampai pada tempat tujuan , saya terkejut
tiba-tiba seseorang dengan logat Bahasa Sunda nya berbicara dan menggunakan
kain diatas kepalanya menyapa rombongan kami yang baru datang di Kampung Naga.
Tidak hanya itu saja ketika sampai tempat tujuan , saya melihat sebuah tugu
tinggi yang berwarna hitam dan diatasnya ada bentuk pisau. Sepeti gambar
dibawah ini
Tugu Kujang Pusaka , simbol dari Perkampungan Kampung Naga
Dan disebelah kanan tidak jauh dari tugu kujang pusaka
berwarna hitam berdiri ini ada papan berwarna hijau dan lingkaran lonjong
berwarna putih bertuliskan “wilujeung sumping” yang memiliki arti yaitu selamat
datang. Benar-benar perkampungan yang begitu ramah kepada para pendatang yang
datang berkunjung atau studi wisata ke Kampung Naga.
Sesaat setelah sampai di Kampung Naga , saya bernafas
lega karena benar-benar sudah sampai , informasi yang saya dapatkan dari
teman-teman dan tour guide kami yang bernama mas eno atau mang eno , jika ingin
sampai ke perkampungan Kampung Naga , harus menuruni anak tangga yang terbuat
dari batu-batu besar dengan jumlah 439 anak tangga , terlihat begitu curam tapi
dengan menuruni anak tangga tersebut telah cukup membuat kaki gemetar.
Penggunaan kain diatas kepala yang termasuk identitas adat kampung naga
Saat sampai dibawah saya melihat rumah-rumah warga ,
terbenak dalam pikiran saya, mengapa rumah-rumah yang terdapat di perkampungan
Kampung Naga ini bentuk , luas , bahan material bahkan hingga dilihat dari
dekatpun semuanya sama. Perjalanan menuju pusat desa , saya menanyakan hal
tersebut kepada tour guide , lalu saya mendapat informasi dari tour guide
tentang perkampungan Kampung Naga , di perkampungan ini tidak mengenal kelas
orang kaya ataupun kelas orang miskin disini semua derajat kelasnya sama ,
tidak ada yang membedakan , dan tidak terlihat perbedaan signifikan dari mereka
para penduduk di Perkampungan Kampung Naga ini bahkan penduduk yang kaya harus
mengikuti penduduk yang miskin. Para masyarakat di sini di dalam rumahnya tidak
menggunakan tenaga listrik, jadi jika saat malam hari mereka menggunakan lampu
tempel , yang diisi oleh minyak. Saat malam hari pun jarang masyarakat yang
keluar rumah. Karena ada banyak satwa liar yang berada di lingkungan mereka.
Dalam hal tempat tinggal pun , semua masyarakat
Perkampungan Kampung Naga harus sama , ga ada yang bertingkat , ga ada yang
mewah seperti di kota-kota besar. Saat membangun rumah penduduk masyarakat
Perkampungan Kampung Naga , masyarakat disini tidak menggunakan arsitek
melainkan sesama warga Kampung Naga membantu untuk membangun rumah yang ingin
dibangun dengan bayaran sama seperti “kuli bangunan” pada umumnya dibayar
dengan makanan dan rokok.
Yang unik dari rumah-rumah Perkampungan Kampung Naga diantaranya dimana
setiap dari masing-masing rumah memiliki bentuk , ukuran dan luas yang sama.
Rumah yang beratap seperti ijuk dan dindingnya terbuat dari bahan rotan yang
menyerupai anyaman tikar yang biasa tiap rumah tangga miliki. Dan dipintu dartiap masing-masing rumah terdapat suatu bentuk anyaman yang disebut sebagai
tolak bala atau bisa juga disebut tanda angin. Dan uniknya lagi cat yang yang
digunakan untuk setiap bangunan yang ada diperkampungan dan rumah-rumah yang
telah dibangun tidak menggunakan cat kaleng melainkan cat yang hanya terbuat
dari kapur sirih. Tidak hanya itu saja , saat kegiatan masak-memasak yang
dilakukan oleh kaum perempuan di dapur pun masih tidak menggunakan gas elpiji
seperti di kota-kota melainkan menggunakan kayu bakar atau menggunakan kompor
minyak tanah. Benar-benar suasana pedesaan yang terasa begitu kental di
sekelilingnya jauh berbeda dengan suasana rumah-rumah yang berada di kota-kota.
Perumahan Perkampungan Kampung Naga
Perkampungan Kampung Naga terletak di daerah
perbukitan dengan produktivitas masyarakat yang rajin bekerja dan memiliki
tanah yang cukup bisa dibilang subur dengan memiliki luas kurang lebih 1,5 ha.
Yang terdiri dari pemukiman penduduk masyarakat Perkampungan Kampung Naga dan
sejumlah hektar sawah yang luas. Mayoritas penduduk Perkampungan Kampung Naga
memiliki mata pencaharian yaitu sebagai petani sawah, sama dengan para penduduk
Indonesia yang sebagian besar bermata pencahariannya sebagai petani.
Para masyarakat Perkampungan Kampung Naga ini setiap
hari para bapak-bapak atau laki-laki pergi bekerja ke lading sawah milik salah
seorang dari warga. Ketika hasil panen melimpah , para warga Perkampungan
Kampung Naga menyimpan hasil-hasil pertanian mereka di suatu tempat. Para
petani ini bekerja untuk berlangsung kehidupan seluruh masyarakat Perkampungan
Kampung Naga sehingga mereka semua tidak perlu membeli beras ke luar dari
Kampung Naga.
Penggunaan alat
tradisional dalam mengolah padi hingga menjadi ke beras , para petani
Perkampungan Kampung Naga tidak menggunakan peralatan pertanian yang modern.
Tidak satupun saya melihat traktor untuk membajak sawah, para petani ini
menggunakan tenaga manusia atau tenaga mereka sendiri untuk mengolah sawah ,
karena mereka yakin dengan tenaga mereka sendiri hasil yang diinginkan akan
lebih bagus dan baik. Kalau istilah lain nya itu hasil jerih payah sendiri
dengan keringat sendiri hasilnya sangat memuaskan. Salut deh sama petani petani
yang ada di Perkampungan Kampung Naga.
Peralatan tradisional
digunakan para petani di Perkampungan Kampung Naga
Para laki-laki
Perkampungan Kampung Naga selain bermata pencaharian sebagai petani sawah , ada
juga yang bermata pencaharian sebagai pembuat sekaligus pedagang hasil
kerajinan tangan mereka sendiri, untuk hasil kreasi dari masyarakat
Perkampungan Kampung Naga tidak begitu jelek dan tidak begitu buruk. Mengapa?
Karena saya bisa nilai dari kreatifan masyarakat lokal akan penggunaan dari
batang kayu , kain batik , kayu bambu, dll untuk diolah menjadi sebuah
kerajinan tangan dan memiliki nilai jual yang begitu tinggi. Mereka orang-orang
yang sangat begitu kreatif dan mempunyai imajinasi yang tinggi.
Hasil kerajinan tangan
dari masyarakat Kampung Naga
Khas adat istiadat dari
masyarakat Pekampungan Kampung Naga yaitu jumlah rumah yang berada di wilayah
tersebut tidak lebih dari 113 bangunan berbentuk rumah dengan jumlah penduduk
yang tinggal disana sekitar 312 jiwa atau sekitar kurang lebih 108 KK. Selain
bangunan untuk rumah terdapat pula bentuk bangunan yang lain bedanya lebih luas
dan panjang dari rumah-rumah biasa disekitarnya yaitu Bale Patemon (gedung
pertemuan) , Masjid , dan Bumi Ageung (rumah adat).
Selanjutnya saya akan
membahas tentang sistem-sistem pemerintahan yang terdapat di Perkampungan
Kampung Naga ini, Sistem Pemerintahan Kepemimpinan desa Perkampungan Kampung
Naga ada dua macam yaitu sistem kepemimpinan formal dan ada pula yaitu
sistem kepemimpinan non formal.
Kepemimpinan yang bersifat formal itu di luar Perkampungan Kampung Naga yaitu
ada kepala dusun , RH , RT , RW ,
kelurahan , kecamatan , dll. Sifat dari Kepemimpinan yang bersifat formal ini
bersifat demokrasi , tidak jauh berbeda jabatannya dengan yang terdapat dikota
.
Tugas dari kepemimpinan
yang bersifat formal ini adalah menyampaikan baik itu berupa pesan atau
informasi dari sebuah institusi pemerintahan ke Perkampungan Kampung Naga agar
pesan atau informasi-informasi yang disampaikan oleh institusi pemerintahan
tidak terjadi ketidakjelasan , kurang pahaman , atau kesalahpahaman kepada
masyarakat-masyarakat Perkampungan Kampung Naga.
Sedangkan Kepemimpinan
yang bersifat non formal yaitu ada empat macam , yang pertama ada jabatan yang
bernama Kuncen atau kepala adat
yaitu bertugas sebagai pemimpin atau penanggung jawab atas adat dari
Perkampungan Kampung Naga , memimpin seluruh acara-acara adat yang terdapat di
desa , Kuncen dipilih oleh masyarakat berdasarkan keturunan silsilah jika sudah
sesepuh bisa diangkat menjadi Kuncen. Yang kedua ada jabatan yang bernama Lebe , tugas dari peran ini adalah
mengurusi orang-orang yang akan dan telah meninggal yang terdapat di
Perkampungan Kampung Naga.
Yang ketiga ada jabatan
yang bernama Punduh adat yang
berperan dan mempunyai tugas yaitu untuk mengawasi , mengurus , dan memperhatikan
masyarakatnya baik yang dilakukan ataupun tidak. Punduh adat bisa menjadi
penasehat bagi Kuncen dan masyarakat Perkampungan Kampung Naga. Yang terakhir
ada jabatan yang bernama Jajaran sesepuh
bisa disebut sebagai korps atau perkumpulan sesepuh Perkampungan Kampung Naga
peran dan tugasnya ini sama , mereka termasuk dari Lebeh dan Punduh adat.
Punduh adat Kampung Naga
Selanjutnya saya akan
bahas tentang satu bahasan yaitu agama. Seluruh masyarakat Perkampungan Kampung
Naga mayoritas menganut hanya satu agama yaitu agama Islam. Sebenarnya semua
agama diperbolehkan kok untuk berwisata atau hanya sekedar mencari tahu seluruh
kebudayaan yang mereka miliki meskipun itu pembedahan isi Perkampungan Kampung
Naga , akan tetapi nih ada akan tetapinya itu hanya dikhususkan bukan untuk
warga atau masyarakat yang tinggal di Perkampungan Kampung Naga itu sendiri,
diwajibkan dan diharuskan semua masyarakat Kampung Naga menganut agama Islam
dan mengikuti ajaran-ajaran dan juga peraturan yang terdapat dalam agama Islam
maupun adat budaya Perkampungan Kampung Naga itu sendiri. Mulai dari pernikahan
yang diharuskan berpasangan dengan yang satu agama yaitu agama Islam tidak
diperbolehkan dengan yang beda agama, kelahiran seorang anak dan anak itu
diharuskan sudah menganut agama Islam, maupun dengan permasalahan akan kematian
atau pemakaman harus digunakan atau harus mempergunakan sesuai ketentuan dan
cara dari agama Islam. Masyarakat Perkampungan Kampung Naga ini terhadap agama
Islam mereka begitu sangat mencintai agama mereka, semua ini terbukti dari apa
yang mereka ketahui tentang apa yang diajarkan agama Islam , mereka terapkan
hingga sampai saat ini. Ada satu peraturan dimana ketika kita tidur kedua
telapak kaki tidak boleh menghadap ke kiblat (barat) sholat. Karena, arah
kiblat dimana orang Islam bersujud kepada Tuhannya dan menghadapNya. Jadi tidak
boleh memberikan kedua telapak kaki menghadap kea rah kiblat. Penganut agama
Islam yang sangat kuat diterapkan di Perkampungan ini.
Seperti yang dikutip dari
buku “Komunikasi Lintas Budaya” Larry A.
Samovar. Seorang pakar bernama menulis synopsis tentang kepercayaan Islam
yaitu “Islam berarti ‘tunduk’ pada tuhan
dan kehendakNya. Qur’an menekankan keagungan tuhan berulang kali, kemurahan
hati yang ditunjukkan pada manusia secara khusus, ketaatan serta rasa syukur
dan upah yang diterima hingga akhir waktu”
Dalam hal kerukunan atau
mengatasi suatu konflik yang terjadi, karena Perkampungan Kampung Naga itu
menganut budaya sunda agar tercipta kerukunan , saling mempercayai dan
perdamaian, masyarakat Perkampungan Kampung Naga berpegang pada empat konsep
masing-masing memiliki arti tersendiri. Yang pertama yaitu sili asah yang
memiliki arti menyayangi atau mengasihi, yang kedua yaitu sili asih yang memliki arti memberi, yang
ketiga yaitu sili asuh yang memiliki arti saling menghargai, dan yang terakhir
adalah sili payungan yang memiliki arti merangkul sesama manusia. Adapun tiga
konsep lain yang masyarakat Perkampungan Kampung Naga pegang selain ke empat
tadi ada pula yaitu amanat, wasiat, dan akibat. Jika ke tiga-tiganya bahkan
empat dari pertama yang disebutkan tidak bisa dipegang dan dijalani, maka orang
tersebut akan menanggung resiko apa yang telah orang tersebut perbuat, istilah
lainnya itu karma.
Selain itu ada tiga hal
yang tidak boleh kita lakukan dan tidak diperbolehkan di dalam Perkampungan
Kampung Naga. Pertama yaitu ada istilah ngadu
yang memiliki arti dan makna yaitu mengadu antar makhluk hidup, kedua yaitu ada
istilah nyawadon yang memiliki arti
dan makna yaitu bermain wanita (ini dikhususkan bagi para laki-laki) dan
istilah yang terakhir yaitu nyamadat
yang memiliki arti dan makna yaitu berjudi.
Perkampungan Kampung Naga merupakan kampung yang
memberikan kita sebuah pelajaran, layaknya seperti kehidupan mereka yang
benar-benar dikatakan mandiri, mempunyai kreatifitas yang tinggi, mampu dan
bisa berjuang tanpa bantuan dari luar, penganut agama yang taat, menghormati
agamanya dengan cara menerapkannya di kehidupan sehari-hari, bisa dikatakan
jarang bahkan hampir tidak pernah ada terjadi yang namanya konflik. Jika kita
bisa seprti mereka kenapa tidak? dengan keuletan dan kegigihan yang mereka
lakukan, tentu yakin kita pasti akan bisa meraih apa yang kita inginkan,
seharusnya kita malu karena kita masih ingin menerima yang segalanya serba
instant dan suka melanggar peraturan. Semoga apa yang diperoleh dari Kampung
Naga tersebut kita bisa ambil sebuah pelajaran kebudayaan yang berharga.
No comments:
Post a Comment