NIM : 10120110273
KELAS: B1
Nyok
Kite ke Perkampung Betawi Setu Babakan? Nyooooooook......
Dari
judulnya saja, bagi yang belum tahu tentang Perkampungan Betawi pasti akan
mengira ini hanya perkampung biasa yang penduduknya mayoritas orang Betawi saja
dan berada di dekat Setu Babakan. Di antara saya dan teman-teman saya
juga berpendapat yang sama. Saya adalah anak daerah Kalimantan yang kuliah di
UMN, setiap teman-teman di daerah tanya tentang gimana sih Jakarta, saya selalu
menjawab kalau Jakarta itu macet, panas, gersang, banyak gedung-gedung tinggi,
berbicara menggunakan bahasa gue dan lo, lebih modern dan mulai masuk ke
kebudayaan barat dengan banyaknya club-club malam, tempat hiburan lain di
Jakarta, dan sangat berbeda jauh dari orang-orang daerah yang masih menggunakan
kebudayaannya misalnya bahasa daerah yang masih di pakai, pulang sebelum
maghrib, dan suasana daerah yang masih rindang karena banyak pohon.
Pemikiran tadi telah
berubah sejak saya berkunjung ke Perkampungan Betawi Setu Babakan. Saya sangat
senang bisa berkunjung ke sana. Sebelum saya bercerita bagaimana perjalanan
saya, dan apa hal-hal yang membuat saya senang, saya akan menjelaskan dulu
sejarah dari Perkampungan Setu Babakan ini.
Jadwal Pergelaran |
Pintu Masuk Utama Perkampungan Betawi |
Sejarah
Perkampungan Betawi Setu Babakan.
Nama
perkampungan Betawi Setu Babakan ini di ambil karena panjang perkampungannya sampai
daerah yang dinamakan Babakan. Lokasi perkampungan mengelilingi dua buah setu
alias danau yaitu Setu babakan dan Setu Mangga Bolong. Biasanya orang Betawi
menamakan suatu tempat atau nama anaknya dengan hal yang berhubungan dengan
kelahirannya, misalnya lahir di bulan Februari, anaknya di kasih nama Febri.
Selain sudah dengan
sendirinya perkampungan Betawi ini ada, namun belum banyak di kenal masyarakat,
dan semakin berkurangnya kebudayaan Betawi karena Jakarta sudah mulai mengikuti
kebudayaan modern yaitu budaya barat. Para budayawan, artis-artis asli betawi
dan lembaga kebudayaan Betawi ini mengembangkan perkampungan ini agar
kebudayaan Betawi di kenal masyarakat, dan ingin melestarikan kebudayaan
Betawi.
Memang ada beberapa perkampungan Betawi yang sudah ada seperti Kampung Rawa Belong di Jakarta Barat,
Rumah Si Doel di Condet Jakarta Timur dan Kampung Si Pitung di Marunda Jakarta
Utara. Namun karena lingkungan yang mendukung penuh pohon, masih asri dan
rindang, Pemerintah daerah ada lahan, dan masyarakat Betawi nya masih banyak,
akhirnya pada 20 Januari 2001 perkampungan Setu Babakan yang terletak di jalan
Muhammad Kahfi II di Srengseng Sawah Jakarta Selatan ini secara resmi di pilih
oleh pemerintah Jakarta sebagai Perkampungan Budaya Betawi.
Sekarang saya akan menepati janji saya
untuk bercerita tentang bagaimana
perjalanan saya dan apa yang membuat saya sangat senang sekali berkunjung ke
Perkampungan Betawi Setu Babakan ini.
Berawal dari
tugas Komunikasi Antar Budaya , dan ada banyak pilihan tentang contoh tempat-tempat yang bisa di kunjungi, saya tertarik dengan
Kampung Betawi, yang membuat saya tertarik adalah saya tinggal di Jakarta
sekarang, anggapan saya tentang Jakarta yang sudah saya ceritakan tadi di atas,
dan buat apa saya jauh-jauh ke kota lain (karena ada beberapa teman yang
memilih ke Cirebon, Jogja dll) sedangkan tempat yang saya tinggali sekarang
ternyata belum saya kenal dengan baik. Saya mencari di internet tentang sekilas
Kampung Betawi itu seperti apa, dimana letaknya, akhirnya saya memutuskan untuk
pergi ke sana pada hari Minggu.
Alarm bunyi jam 4 pagi, saya sangat
bersemangat, saya bangun, bersiap-siap namun sayang ternyata di luar hujan
deras, padahal saya ingin melihat masyarakat disana yang katanya setiap Minggu
mengadakan senam pagi.
Pukul 11 hujan sudah tidak deras, namun
masih gerimis, saya memutuskan untuk tetap pergi, saya pergi bersama 1 orang
teman saya dan kita menggunakan sepeda motor, perjalanan saya dari arah BSD melewati
Pamulang, Cinere, dan Ciganjur, karena teman saya tahu jalan pintas, akhirnya
hanya dengan waktu 1 jam kami sampai di Perkampungan Betawi Setu Babakan.
Baru masuk ke pintu utama Perkampungan
Betawi, saya sudah terkagum-kagum, ternyata di depan dekat pintu utama ada
jadwal hiburan kesenian disini, saat mulai masuk saya juga terkejut melihat
bangunan rumah yang masih Betawi banget, dari bentuknya saja kita dapat tahu
kalau orang yang tinggal di rumah itu pasti orang Betawi asli, atapnya yang
berbeda seperti ada ukiran-ukiran, di bangun dengan campuran bahan kayu, terdapat
empat kursi serta meja bundar di terasnya, dan di terasnya di pagari dengan
kayu, kata orang betawi, teras biasanya digunakan untuk bersantai bersama
keluarga dan menjamu tamu.
Saya merasa seperti masuk ke mesin waktu
dan sampai di jaman dulu. Namun ada juga perumahan yang bentuknya sudah mulai
modern, menurut saya mungkin mereka bukan orang Betawi asli, atau orang Betawi
yang sudah merenovasi rumahnya ke bentuk modern.
Rumah Adat Betawi |
Teras Rumah Adat Betawi |
Setelah melewati rumah-rumah, saya juga
di sambut dengan danau Setu babakan yang lumayan luas, dan ternyata para
penjaga karcis masuk yang menggunakan baju luaran hitam, celana hitam, dan topi
hitam yang di sebut kopiah. Hanya dengan dua ribu rupiah saya sudah bisa
menikmati pemandangan yang menurut saya ini surga Jakarta yang sebenarnya,
lingkungannya begitu asri, adem karena banyak pohon-pohon besar yang rindang,
belum lagi cuaca saat itu yang mendukung karena tidak panas.
Memasuki lingkungan kampung Betawi, di
pinggir Setu Babakan banyak sekali pedagang makanan-makanan khas daerah Betawi,
ada juga suara musik lagu-lagu Betawi, topeng monyet yang menggunakan alat
musik tradisional untuk mengiringi pertunjukkan monyetnya, bangunan warung yang
terbuat dari anyaman bambu, pedagang baju adat betawi, pedagang miniatur
ondel-ondel, kereta kuda yang lewat, sampai akhirnya saya berhenti di tempat
parkir panggung kesenian Betawi, ternyata tempat parkirnya di jaga oleh tukang
parkir yang berbusana adat betawi dengan baju hitam, baju dalem berwarna putih,
selendang bermotif kotak-kotak seperti sarung dan kopiah hitam persis dengan si
pitung.
Berbicara tentang miniatur ondel-ondel
yang di jual, siapa sih yang tidak tahu maskot Betawi? Boneka yang sering ada
untuk hiasan dalam pesta orang Betawi ini disebut Ondel-ondel. Berawal dari
boneka orang-orangan sawah yang digunakan untuk mengusir burung pemakan gabah.
Selain itu ondel-ondel juga dipercaya mempunyai kekuatan untuk mengusir roh
jahat yang menganggu kehidupan masyarakat sekitar.
Miniatur Betawi |
Miniatur Ondel-Ondel |
Dengan menaiki
tangga serta masih selalu di sambut pedagang makanan khas betawi, saya menuju panggung
kesenian Betawi, dari jauh saja saya sudah mendengar bunyi musik tarian tradisionalnya. Ternyata ada para remaja
wanita yang sedang menari tarian Betawi di panggung, dan banyak pengunjung yang
menikmati dan menyaksikan tarian mereka. Saya sangat kagum dengan para remaja
yang masih mau belajar tarian daerah daripada mengikuti budaya barat dengan
tarian/dance modern.
Tari Betawi |
Tari Betawi |
Kantor Pengelola di Dekat Panggung Kesenian |
Saya mulai mengobrol dengan para warga
disana, dan dari cara berbicaranya saja saya tahu dia orang Betawi asli, mereka
berbicara low contact (ceplas-ceplos) dengan suara yang lantang, dengan akhiran
vokal huruf “e” seperti ente, ane, kenape. Menurut hasil wawancara saya dengan
ibu Irma nada bicara seperti itu digunakan oleh masyarakat Betawi Tengah, namun
di perkampungan Betawi Setu Babakan, karena termasuk orang Betawi pinggiran
bahasa Indonesia lebih dipakai masyarakat Betawi Setu Babakan sebagai bahasa sehari-hari
Dari hasil bincang-bincang, kesimpulan
yang saya dapat ternyata orang Betawi itu walaupun bicaranya terdengar agak
kasar, tapi ternyata mereka terbuka untuk siapapun , bisa di buktikan dari
masyarakat kampung betawi yang ternyata tidak 100 persen semua asli orang
Betawi, ada dari Padang, Aceh, Jawa, Papua dll (mungkin ini alasan mengapa
perkampungan betawi juga menggunakan bahasa sehari-hari bahasa Indonesia)
mereka semua berbeda suku dan etnis namun tinggal di perkampungan yang
mayoritas Betawi, namun masyarakat kampung Betawi welcome dan merasa tidak terganggu dengan orang-orang yang berbeda
suku tersebut. “Selama orang itu baik, kita akan lebih baik” ujar ibu Irma. Kita
harus meniru budaya kampung Betawi yang memiliki rasa toleransi yang besar.
Kalaupun ada masalah yang terjadi, orang
kampung betawi tidak langsung main hakim sendiri namun menyelesaikan masalah
dengan musyawarah dan apabila masalah belum selesai akan di bicarakan ke orang
yang lebih tua atau pak lurah, pak RT, dan pihak yang berwajib.
Saya juga bertanya apa masyarakat
kampung betawi tidak terganggu dengan banyaknya pengunjung, suara musik hiburan
kesenian betawi, ternyata mereka justru senang, bahkan ada beberapa pengunjung
yang di persilahkan duduk dan istirahat di depan teras rumah mereka.
Orang Betawi juga mayoritas beragama
Islam. Biasanya jika ada perayaan seperti sunatan dan nikahan, orang betawi
suka mengadakan acara besar-besaran, saat sunatan saja biasanya ada petasan,
ondel-ondel, dalam acara pernikahan banyak syarat-syarat yang harus di bawa, biasanya
buah-buahan, roti buaya dan barang yang bisa di pakai pengantin wanita dan
pengantin pria apabila sudah berumah tangga nanti, terus dalam acara pernikahan
ada acara saut-sautan pantun antara pengantin laki-laki dan wanita.
Di perkampungan
Betawi ini ada tiga potensi budaya yang di kembangkan seperti seni bela diri,
seni tari, rumah adat Betawi dan makanan khas Betawi dan wisata tanaman yang
terdapat tanaman khas Betawi yang di lestarikan. Hal yang paling saya sesali,
saya hanya mendapatkan satu jenis pertunjukan saja, yaitu seni tari Betawi. Saya juga tidak
dapat menyaksikan kesenian khas budaya
betawi yang paling terkenal, Gambang Kromong. Kesenian ini merupakan alkuturasi
dari budaya Betawi dan Cina, karena Gambang Kromong dapat di padukan dengan
musik modern. Ada lagi kesenian budaya alkuturasi Betawi yaitu Tanjidor, ini
merupakan hasil dari pencampuran budaya Betawi dan Eropa. Tetapi Tanjidor
adalah salah satu kesenian yang langka dan terkesan kuno bagi masyarakat
modern.
Ibu Irma menyatakan Acara silat, seni
menyanyi dan pergelaran yang bisanya rutin di pentaskan setiap hari Sabtu dan Minggu
tidak ada karena belum ada anggaran baru yang di buat oleh pemerintah, sehingga
pagelaran rutin yang diadakan setiap Sabtu dan Minggu tidak dipentaskan. Rencananya
bulan maret atau april 2013 jadwal pagelaran baru keluar.
Perkampungan Betawi juga punya waktu
berkunjung, setelah pukul enam sore pengunjung sudah tidak boleh di berkunjung
ke perkampungan Betawi, ini untuk menghindari hal-hal negatif yang tidak di
inginkan.
Saat saya melihat pedagang baju adat
Betawi, saya bertanya-tanya mengapa baju adat Betawi selalu bercorak terang, ngejreng, dan selalu di padukan dengan
warna yang ngejreng juga, misalnya
kuning dan merah. Ternyata menurut pedagang yang juga asli orang Betawi ini
warna-warna berani yang di pakai orang Betawi memiliki arti tersendiri, seperti
warna kuning yang identik dengan budaya Betawi yang ceria, warna hijau yang
identik dengan budaya Betawi yang membawa kesejukan dll.
Makanan Khas Betawi
Setelah berbincang-bincang dengan warga dan ibu Irma (Humas perkampungan betawi), sambil mulai kuliner mencicipi beberapa makanan khas betawi , saya juga berbincang-bincang dengan pedagang kerak telor. Ternyata pedagang kerak telornya asli orang betawi, dia menggunakan baju adat betawi wana hitam juga, sambil membuat kerak telor dengan suaranya yang lantang dan memanggil saya dengan sebutan “mpok” dia bercerita bahwa bahan dan cara pembuatan kerak telor dari jaman dahulu sampai sekarang tidak ada yang berubah, dia belajar membuat kerak telor dari ayahnya, resep ini sudah turun temurun tanpa ada perubahan sedikitpun. Rasanya di jamin enak teman-teman!
Bang Udin Penjual Kerak Telor |
Ada lagi makanan unik seperti roti buaya
yang biasanya bentuknya besar dan hanya ada di acara pernikahan, namun di jual
di kampung betawi dengan ukuran kecil seperti ukuran roti pada umumnya, namun
saya tidak membelinya.
Kuliner ke dua yang saya coba adalah toge goreng. Dari namanya saya membayangkan toge di goreng, ternyata saya salah, toge mentah di masukan ke dalam air panas, di campur sedikit oncom, mie kuning, ketupat, kerupuk dan di bumbui dengan kuah kacang, pastinya maknyus.
Makanan Khas Betawi |
Saya, Pengunjung :p |
Kuliner ke tiga saya penasaran, apa benar
permen yang terbuat dari gula yang diberikan pewarna makanan hijau dan merah, yang
bertekstur lengket sehingga harus selalu dipanaskan agar tidak menyebabkan
adonan permen gulali menjadi keras dan bisa di bentuk-bentuk binatang dan
mainan itu adalah asli dari Betawi? ternyata benar. Hasil dari ngobrol-ngobrol
saya dengan penjual permen, dia bilang bahwa permen itu asli dari Betawi, namun
orang betawi justru tidak meneruskan resep yang sudah turun temurun ini, malah
banyak orang yang bukan asli betawi, contohnya saja orang Tasik Jawa Barat
belajar membuat permen dan menjualnya, sehingga banyak yang mengira kalau permen
ini berasal dari kota Tasik. Sayang sekali apabila makanan khas budaya Betawi
atau budaya-budaya lain tidak di patenkan dan di akui oleh budaya lain.
Makanan Khas Betawi |
Kuliner ke empat “bir pletok” , jangan
mengira kalau ini minuman yang mengandung alkohol ya, minuman ini justru
berasal dari banyak macam rempah-rempah yang berkhasiat bagi tubuh kita,
rasanya yang manis n pedas seperti air jahe, membuat badan saya bugar setelah
seharian berjalan, di namakan bir pletok karena waktu pembuatannya dia berbunyi
pletok-pletok.
Masih banyak kuliner betawi lainnya
seperti soto betawi, laksa betawi, onde-onde, es selendang mayang, dll tapi
saya rasa perut saya sudah tidak muat menampung. Saya kemudian mencoba wahana
air di Setu Babakan, hanya dengan 5 ribu rupiah saya bisa menaiki kapal dayung
untuk 1 putaran danau Setu Babakan. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan
banyak hal yang dapat saya pelajari disini, tentang worldview, steriotip saya
terhadap orang betawi, toleransi, dll.
No comments:
Post a Comment