Nama : Brigita Vanesha Manu
NIM : 11140110078
Kelas : Ilkom E
Halo, nama saya Brigita
Vanesha Manu, dari nama belakang saya mungkin kalian sudah bisa mengira kalau
saya berasal dari timur Indonesia, dan Ya, memang benar, papa saya berasal dari
Kupang, Nusa Tenggara Timur dan mama saya berasal dari Manado, Sulawesi Utara.
Jadi kalau ditanya saya ini orang apa? Saya selalu jawab saya orang
Indonesia.haha
Oke saya rasa cukup
perkenalannya,haha. Nah sekarang saya mau membagikan pengalaman saya dalam
menghadiri pesta pernikahan yang kebetulan dilakukan oleh kerabat saya dari
kota Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT). Di NTT sendiri ada banyak macam suku,
dan saya serta kerabat saya ini berasal dari suku Sabu, dan calon suaminya
berasal dari suku Alor. Pernikahan mereka sendiri dilaksanakan dikota Kupang
yang adalah ibukota dari Nusa Tenggara Timur, jadi ya sudah tidak terlalu
tradisional tapi tetap masih memegang adat-adat yang ada dalam suku tersebut.
Seperti layaknya
pernikahan yang biasa kita lihat atau yang biasanya dilakukan oleh orang-orang
adalah adanya acara Pinangan atau lamaran.
Pinangan yang dilakukan
disini itu menurut saya lumayan unik. Kenapa? Karena masing-masing calon
pengantin membawa seserahannya sendiri. Jadi gini, dari pihak laki-laki nya
membawa Uang yang akan diberikan kepada pihak wanitanya. Siapa yang menerima
uang itu ? mungkin kita berpikir kalau uang itu akan diberikan kepada si
wanitanya atau kedua orang tua dari wanitanya. Tapi menurut adat disana, uang
itu diberikan kepada 3 orang penting mewakili pihak wanita. Yang
pertamadiberikan kepada Paman atau To’o dari calong pengantin wanitanya, lalu
yang kedua diberikan untuk Kakek atau Ba’i dari calon pengantin wanitanya, lalu
yang ketiga baru diberikan kepada orang tua calon pengantin wanitanya atau yang
biasa disebut Uang kasih sayang / Uang Air Susu Ibu. Besaran atau jumlah uang
yang akan diberikan itu sebelumnya telah disepakati bersama dan disesuaikan
dengan kemampuan dari pihak laki-lakinya. Selain itu pihak laki-laki juga membawa
uang yang digunakan untuk membiayai pesta pernikahan mereka, dan juga uang yang
diberikan kepada pemerintah setempat, atau desa dimana mereka melakukan
pernikahan. Dan juga selain uang , pihak laki-laki ini membawa buah pinang dan
juga sirih pinang!. Memakan sirih pinang merupakan tradisi dari suku Alor, yang
kemudian dibagi juga kepada suku Sabu. Jadi makan pinang dan sirih pinang itu
merupakan tradisi yang melambangkan sifat dari kekeluargaan dan kebersamaan. Oh
iya selain itu pihak laki-laki juga membawa segala keperluan sang calong istri.
Misalnya baju, celana, tas, sepatu bahkan pakaian dalam juga dibelikan oleh
pihak laki-lakinya.
Nah sekarang dari pihak
wanitanya, pihak wanita juga membawa seserahan yang berupa barang-barang
keperluan rumah tangga yang akan mereka gunakan dikehidupan pernikahan mereka
nantinya. jadi barang-barang itu akan dipakai sendiri oleh kedua mempelai
tersebut. Contoh barang yang dibawa itu piring, panci, kompor televisi, lemari,
tempat tidur, bahkan bisa motor atau mobil. Ya lagi-lagi itu disesuaikan dengan
kemampuan serta keinginan dari kedua belah pihak.
Well, itu adalah
antaran atau seserahan yang akan diberikan pada acara pinangan, sekarang saya
mau ceritain bagaimana proses pinangan itu berlangsung.
Jadi begini sodara-sodara,
acara pinangan itu diadakan dirumah si calon pengantin laki-lakinya. Jadi
rombongan dari pihak wanita berbondong-bondong kerumah calon pengantin
laki-laki itu sambil membawa antaran yang bisa dibawa saat itu (yang kaya
piring, gelas,teko,dll) kalo yang berat-berat tidak perlu dibawa saat itu.
Lalu setelah rombongan
dari pihak wanita itu sampai dan masuk dirumah laki-lakinya. Mulailah semacam
kata sambutan yang diberikan oleh Juru Bicara. Jadi masing-masing pihak
memiliki juru biacaranya masing-masing. Jadi ya mereka itu bicara menggunakan
bahasa Indonesia gaya lama seperti pantun atau bahasa yang puitis atau biasa
orang sana menyebutnya bahasa bunga. Nah saat para juru bicara tersebut bicara
mewakili pihaknya masing-masing, juru bicara pihak laki-lakinya tampak ditemani
oleh seorang anak lakil-laki yang membawa lilin disebelah sang jubir dengan
mengenakan pakaian adat suku alor
Contoh gambar
(ini gambar juru bicara
dari pihak laki-laki ditemani oleh anak laki-laki yang membawa lilin)
Nah, setelah sang jubir
memberi tahukan alasan sang pihak laki-laki datang untuk meminang sang wanita.
Hal itu disimbolkan dengan diterimanya barang-barang seserahan yang dibawa oleh
pihak laki-laki oleh wakil dari pihak perempuan. Yang mewakili itu biasanya
anak-anak kecil dan bisa jadi keponakan dari kedua calon pengantin. Oh iya,
pada saat anak-anak yang mewakili kedua belah pihak menyerahkan dan menerima
seserahan, mereka juga melakukan cium hidung ,yang memang merupakan adat orang
Kupang.
Wedding day
Keesokan harinya itu
adalah hari yang ditunggu-tunggunya yaitu hari pernikahan, nah disini karena
kedua mempelainya beragama kristen dan mayoritas penduduk disana adalah umat
kristiani maka pernikahan mereka dilangsungkan digereja berdasarkan tata cara
pernikahan kristen. Ya ada pendeta yang memberkati dan juga dilaksanakan dengan
suasana yang khidmat dan kudus.
Pakaian yang digunakan
oleh kedua pengantin ini pun dibilang sudah modern, yaitu menggunakan jas dan
gaun pengantin, hal ini disebabkan oleh sudah berlangsungnya modernisasi di
kota Kupang, sehingga acara pernikahan pun dilakukan dengan gaya modern atau
western. Sebenarnya untuk pakaian adat yang dipakai dalam pernikahan itu ada
,tetapi pengantinnya memilih untuk memakai pakaian yang internasional dan tidak
menggunakan pakaian adat, tetapi dalam hal acara mereka masih menuruti
adat-adat dari suku mereka berasal.
Nah biasanya kalo abis
pemberkatan nikah ,acara selanjutnya kan resepsi. Pada pernikahan kali ini juga
dilangsungkan resepsi , dan uniknya pada pernikahan ini resepsi dilangsungkan dua kali, yaitu digedung dan dirumah pengantin
perempuan. Kenapa begitu? Karena jaman dulu sebelum ada gedung , pesta resepsi
hanya dilakukan satu kali saja yaitu dirumah pengantin wanita, tapi seiring
dengan perkembangan jaman yang lebih modern dan efisien, maka banyak juga
pasangan pengantin disana yang merayakan resepsi pernikahan mereka di gedung.
Trus kenapa harus ada resepsi dirumah pengantin perempuan lagi? Ya karena kata
orang sana, belum pesta kalau belum dirumah perempuan, jadi ya karena itulah
sang mepunya hajatan harus mengeluarkan budget untuk dua kali pesta resepsi.
Dan jangan heran kalau dipesta resepsi kedua lebih banyak yang datang karena
mereka belum terbiasa untuk menghadiri pesta digedung , jadi menurut mereka itu
kalau pesta digedung itu hanya untuk orang-orang penting saja.
Lalu didalam acara
resepsi yang diselerenggarakan di gedung, ada serangkaian acara adat yang
dilakukan, yaitu seperti tarian penyambutan, yang berasal dari suku Alor.
(gambar
tarian penyambutan)
Selain itu tarian ini juga diiringin musik gong. Orang sana
biasanya menyebutnya dengan Gong dan dimainkan setiap upacara-upacara penting
seperti pernikahan, kematian, atau ulang tahun. Pokoknya hal-hal yang berupa
upacara penting.
(iringan musik gong)
Nah
abis itu mulai deh acara resepsi , ya standar sih seperti menyalami pengantin
lalu potong kue dan lain-lain, lalu seperti menjadi kebiasaan baru disana ada
tarian yang namanya tarian Ikimea, tarian ini berasal dari Bajawa, tapi
ibaratnya itu lagi ngetren atau booming sehingga kalau ada acara-acara tarian
ini sering dibawakan, padahal sebenarnya tarian ini dilakukan pada saat ingin
memulai panen, supaya yang ditanam, atau hasil panennya bisa baik. Hal itu bisa
dilihat dari gerakan tarian yang seperti menanam padi.
(tarian ikimea)
Selama
acara resepsi pernikahan di gedung ini kurang terlalu menggunakan adat karena
yang sudah saya bilang sebelumnya, sudah mulai modern. Dari pakaiannya saja
kita sudah bisa lihat, para undangan yang datang sudah memakai pakaian pesta
bukan baju adat. Begitu juga dengan pakaian pengantinnya yang sudah mengenakan
pakaian modern.
Setelah
resepsi digedung selesai, kira-kira pukul 10 malam, barulah kedua pengantin
beserta seluruh keluarga besar dan kerabatnya pulang kerumah pengantin wanita.
Sesampainya di rumah pengantin wanita itu juga disambut dengan iringan gong,
bedanya iringan gong yang dimainkan dirumah pengantin wanita lebih ramai dan
dimainkan oleh para tua-tua disana. Karena tua-tua ini tidak mau mengikuti
acara resepsi digedung jadi mereka memainkan gong saat resepsi dirumah
pengantin wanita. Dan tamu undangan yang hadir pun tidak kalah ramai dengan yag
hadir di gedung, itu karena para tetangga dan kerabat merasa segan dan tidak enak
untuk menghadiri resepsi digedung karena kesannya terlalu formil, dan menurut mereka
karena mereka sudah lumayan dekat jadi hadir dipesta yang dibuat dirumah
pengantin wanita saja.
(pemain gong dirumah
pengantin wanita)
Lalu
biasanya kalau gong sudah berbunyi maka ada orang-orang akan terpancing untuk
menari dan biasanya juga tarian yang dilakukan itu adalah tarian foti. Yaitu tarian
yang lazim dilakukan pada perayaan-perayaan seperti pernikahan dan kematian
atau upacara lainnya. Tarian ini menandakan kecepatan dan kelincahan dari
seorang laki-laki, karena itu tarian ini dilakukan oleh kaum laki-laki saja.
Pesta yang dilakukan dirumah pengantin wanita pun sama
dengan yang dilakukan digedung yaitu para undangan atau tamu yang hadir
memberikan ucapan selamat kepada kedua pengantin dan memberikan ciuman di hidung
yang memang merupakan adat dari orang Kupang. Acara ini berlangsung sampai
larut malam, sampai pada waktu yang ditentukan untuk acara yang bernama lari
broit.
Lari broit itu sendiri adalah pengantin wanita yang dibawa
oleh pengantin laki-laki untuk tinggal bersamanya, atau proses diterimanya
pengantin wanita dikeluarga pengantin laki-laki.
Biasanya saat terjadi proses ini keadaan akan berubah
menjadi haru biru dan penuh kesedihan. Dan biasanya juga itu terjadi dikeluarga
wanita, karena merasa pengantin wanita ini akan meninggalkan mereka dan memulai
hidup baru bersama suaminya.
Kedua pengantin pun berjalan bersama berpamitan dengan
seluruh sanak keluarga, mulai dari orang tua, kakek, to’o dan ti’i hingga para
sepupu dan keponakan. Saat bepamitan ini biasanya keluarga ada yang terlalu
bersifat emosional sehingga menciptakan sedikit suasana ricuh atau kacau tapi
tentu saja hal itu tidak menghalangi berjalannya upacara lari broit ini, karena
memang sudah menjadi aturan adatnya kalau pengantin wanita langsung dibawa ke
kediaman pengantin laki-laki.
Pada saat pengantin wanita pergi kerumah pengantin
laki-laki, seluruh sanak keluarga dan para sahabat turut mengantar pengantin
wanita ini sampai kerumah laki-laki. Jadi semacam iring-iringan dan itu sangat
ramai sekali, padahal hal kejadian ini berlangsung sudah larut malam.
Lalu saat pengantin wanita sampai dirumah pengantin
laki-laki pengantin wanita akan
digendong oleh adik atau kakak perempuan dari pengantin laki-laki. Itu sebagai
tanda kalau pengantin wanita diterima dengan baik oleh keluarga laki-laki.
Pengantin wanita akan digendong sampai masuk ke dalam kamar pengantin yang
sudah disediakan.
Oh iya ,saat ingin mengantar dan pengantin wanita ingin
memasuki rumah pengantin laki-laki itu juga ada juru bicaranya loh, yaitu orang
yang mewakili keluarga untuk memberikan sepatah dua patah kata, dan itu
dilakukan berbalasan juga mewakili kedua keluarga pengantin yang berbahagia.
Dengan masuknya dan tinggalnya pengantin wanita dirumah
pengantin laki-laki dan malam yang semakin larut, maka berakhirlah acara
pernikahan menurut adat suku Alor dan Rote. Terima kasih
Kalau boleh tanya informasi tentang sejarang pengantin Kota Kupang sendiri diceritakan. pliss buat ujian Tugas Akhir, cuman dikasi waktu 2 minggu nih
ReplyDeleteMenikah adalah tujuan dan impian Semua orang, Melalui HIS Graha Elnusa Wedding Package , anda bisa mendapatkan paket lengkap mulai dari fasilitas gedung full ac, full carpet, dan lampu chandeliar yg cantik, catering dengan vendor yang berpengalaman, dekorasi, rias busana, musik entertainment, dan photoghraphy serta videography.
ReplyDeleteKenyaman dan kemewahan yang anda dapat adalah tujuan utama kami.
Hubungi : 0822 – 9914 – 4728 (Rizky)