NIM : 11140110224
Kelas : G1
Indonesia merupakan
Negara yang memiliki banyak kekayaan. Mulai dari suku, budaya, agama, pulau dan
banyak hal lainnya. Bila melihat dari segi suku, Indonesia memiliki suku yang
sangat unik yang berasal dari Tapanuli, di Sumatera Utara yaitu Suku Batak. Suku Batak memiliki
banyak kategori yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing. Suku ini mempunyai hal yang paling unik,
yang paling membedakan dengan suku-suku lain di Indonesia ialah marga. Setiap
masyarakat yang merupakan suku Batak pasti memiliki marga yang berada di nama
belakangnya. Setiap anak akan mendapatkan marga dari Ayahnya dan marga itu pun
akan diteruskan kembali kepada anak laki-laki. Itulah yang menyebabkan di suku
Batak, anak laki-laki sangatlah berharga karena dia akan meneruskan marga
keluarga.
Kenapa
aku memilih untuk membahas suku Batak dari sekian banyak suku di Indonesia?
Karena aku sendiri merupakan suku Batak dengan kategori Suku Batak Toba.
Seperti yang sudah aku jelaskan masyarakat suku batak mempunyai marga yang
terletak di nama belakangnya. Dan namaku adalah Wendy Anastasya Sitorus.
Sitorus merupakan salah satu marga dari suku Batak Toba. Kampung aku terletak
di Siborong-borong Tapanuli, Sumatra Utara. Siborong-borong merupakan tempat
yang berada di dekat gunung dan menempuh waktu 6 jam dari Medan.
Pada
tanggal 24 Desember 2012 aku dan keluarga besar pergi untuk liburan ke
Siborong-borong. Kami akan merayakan natal dan tahun baru bersama opung boru
(opung boru merupakan bahasa batak yang artinya nenek) dan juga bersama tulang
dan nantulang aku disana (tulang dan nantulang merupakan bahasa batak yang
artinya om dan tante). Kami menyewa mobil untuk bisa sampai ke Siborong-borong
yang menempuh waktu 6 jam dari Medan. Perjalanan yang sangat melelahkan
ditambah jalan Sumatra yang sangat berkelok-kelok. Namun semua itu terbayar
karena jika kita sudah sampai di Siborong-borong maka kita akan mendapatkan
pemandangan yang sangat indah dan udara yang sejuk dingin karena letaknya yang
berada di dekat gunung.
Setibanya
disana saya langsung ke rumah opung boru dan selama disana saya akan tinggal di
rumah tersebut.
Foto di atas
merupakan rumah opung saya. Rumah tersebut memiliki 2 lantai dan bisa dilihat
terdapat sebuah warung di lantai bawah. Opung saya memang mempunyai warung yang
sudah berdiri sejak 50 tahun yang lalu. Warung itu sudah berdiri sangat lama
dan tidak pernah mengalami kebangkrutan.
Di dalam rumah
opungku terdapat opung boru, nantulang, tulang dan 5 lima anak mereka. Rumah
opung selalu ramai karena adanya warung dan juga letak rumahnya yang berada di
pinggir jalan. Namun hal itu membuat rumah tersebut menjadi berisik karena
begitu banyak mobil, motor atau pun truk yang lewat depan rumah. Dan sekarang
ini yang menjaga warung ialah nantulangku.
Di ruangan itulah aku berkumpul
dengan sanak saudaraku. Selain tempat menonton dan berkumpul bersama, disitu
juga aku tidur selama tinggal di rumah opungku. Bila dilihat dari gambar memang
terlihat berantakan dan sempit. Tapi saya dan keluarga tetap merasa senang
karena dengan bentuk ruangan yang seperti itu membuat kami lebih menyatu satu
sama lain.
Itulah
foto dapur sekaligus ruang makan rumah opungku. Sangat sederhana dan berbeda
jauh dengan rumah yang ada di perkotaan. Bila membicarakan soal makanan, disana
hampir setiap hari memakan daging babi. Ada berbagai cara dalam memasak babi
yaitu di saksang, di panggang, di sate dan di goreng. Dan uniknya juga disana
jarang sekali makan dengan nasi putih melainkan dengan nasi merah. Mereka pun
tidak pernah takut akan penyakit kolesterol bila memakan daging babi setiap
hari karena memang sudah begitu budaya dari nenek moyang.
Apakah
kalian tahu danau apa yang terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara? Iya, jawabannya adalah Danau Toba. Danau
tersebut berada di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia tempat dimana kampungku
berada. Aku sangat bangga karena kampungku tercinta memiliki danau yang
mendapat predikat danau terbesar di Indonedia bahkan di Asia Tenggara yang
memiliki panjang 100 kilometer dan lebar 30 kilometer.
Keesokan harinya saat saya tiba di Siborong-borong, saya
dan keluarga pergi ke Danau Toba. Dari rumah opungku membutuhkan waktu 2 jam
untuk sampai ke Danau Toba. Memang cukup jauh jaraknya, namun aku tidak akan
melewatkan untuk pergi kesana dan melihat keindahan Danau Toba.
Hari kedua, aku bersama opung
pergi maronan. Maronan adalah kegiatan berbelanja ke pasar yang dilaksanakan
sekali seminggu atau sering dinamakan Hari Pekan. Saat itu pasar sangat ramai
dan banyak makanan khas Tapanuli yang di jual disana. Contoh makanan khasnya
ialah andaliman yang merupakan bumbu masak yang wajib digunakan, buah terong
belanda, dan lain-lain.
Selain
makanan khas yang ada di pasar, ada juga selendang yang paling khas dan
terkenal di suku Batak yaitu Ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak berbentuk
selendang, yang melambangkan ikatan kasih sayang antara orang tua dan
anak-anaknya atau antara seseorang dan orang lain. Fungsi Ulos ialah sebagai
simbolik untuk hal-hal dalam segala aspek kehidupan orang Batak. Ulos tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan orang Batak. Ulos pun mempunyai berbagai macam
motif dan warna. Ada 3 kategori Ulos yang paling terkenal antara lain Ulos
Ragidup, Ulos Ragihotang dan Ulos Sibolang. Dalam menggunakan Ulos pun ada
berbagai cara misalnya di letakkan dibahu, dijadikan sarung, ada juga yang dililitkan
di kepala dan ada pula yang mengikatnya di pinggang. Berikut adalah contoh foto
Ulos yang dijual di pasar.
Keesokan
harinya yang merupakan hari ketiga aku berada di Siborong-borong, Tapanuli. Aku
serta keluarga besarku diundang ke acara pernikahan tetangga kami. Tempat
acaranya tidak terlalu jauh dari rumah opungku. Aku sangat senang dan semangat
menghadiri pernikahan tersebut karena disana aku dapat melihat prosesi dan
adat-adat yang ada dalam sebuah acara pernikahan suku Batak.
Ketika
aku tiba, sudah ada beberapa tenda dan para tamu undangan yang duduk lesehan di
bawah tenda. Semua tamu wanita atau ibu-ibu menggunakan kebaya yang bawahnya
menggunakan sarung panjang yang sudah menjadi ciri khas suku Batak dalam
menghadiri suatu acara. Mereka semua sudah berkumpul dan saya datang tepat saat
pembagian makanan. Daging babi tidak pernah lupa sebagai hidangan utama dalam
acara Batak. Saat pesta kemarin daging babi dimasak saksang dan dibagikan
kepada semua tamu dalam sebuah piring yang sudah berisi nasi dan saksang.
Dilihat
dari foto diatas maka kita akan berpikir bahwa ukuran piring yang diberikan
sangatlah besar. Ya memang seperti itulah adat batak bila memberikan makanan
saat pesta. Bila makanan yang dipiring itu tidak habis dimakan maka biasanya
para tamu minta di bungkus untuk dibawa pulang.
Ketika
acara makan telah selesai maka saatnya makanan penutup diberikan. Disana
diberikan makanan khas batak yaitu Lapet atau sering disebut dalam bahasa batak
ombus-ombus yang artinya masih tetap hangat. Dari artinya maka sudah bisa kita
ketahui bahwa lapet disajikan selalu dalam keadaan hangat. Bahan dasar lapet
adalah itak yang merupakan beras yang dihaluskan. Setelah itak sudah
benar-benar halus, itak tersebut diadon dengan kelapa muda, gula pasir, dan
terkadang gula aren. Adonan tersebut kemudian dibungkus dengan daun pisang
sebelum akhirnya dikukus.
Selanjutnya
ada persembahan lagu dari anggota koor gereja. Mereka menyanyikan lagu batak
dan lagu rohani yang dipimpin oleh seorang wanita sebagai dirihen. Anggota koor
tersebut bukan terdiri dari pemuda atau pemudi melainkan ibu-ibu sampai lansia.
Namun suara yang mereka bawakan sangatlah bagus dan sangat menghibur. Selama
pesta berlangsung selalu diiringi lagu dan musik Batak. Ada beberapa alat music
yang digunakan seperti keyboard, gendang, seruling. Gabungan alat-alat music
saat pesta dinamakan Gondang. Kenapa disebut Gondang, karena saat pesta
berlangsung alat musik yang paling dominan adalah gendang. Ada satu alat musik
juga yang hampir selalu digunakan dalam lagu Batak ialah seruling. Bila kita
mendengar lagu Batak pasti kita selalu mendengar suara musik seruling yang
menjadi ciri khas.
Kita lanjut ke
proses adat acara pernikahan. Setelah persembahan lagu dari koor gereja, maka
dilanjutkan dengan acara Mangulosi. Mangulosi ini merupakan adat batak yang menggunakan
Ulos. Dalam acara Mangulosi, Ulos diartikan sebagai sebuah sarana pelindung yang
mampu memberikan perlindungan, kasih sayang oleh si pemberi kepada si penerima
ulos. Jadi, salah satu orangtua si pengantin akan memegang Ulos yang berukuran
besar sambil berdiri di depan orangtua pengantin yang satunya dan si pengantin.
Pertama-tama orangtua si pengantin yang memegang Ulos itu akan menyelimuti
besannya tepat di bahu mereka dan tak lupa sambil diiringi musik. Kemudian
orangtua si pengantin pun akan menyelimuti si pengantin di bahu mereka dengan
Ulos yang berukuran sama. Namun perbedaannya selain di selimuti, Ulos pun akan
diikat sebagai tanda bahwa pengantin tidak dapat dipisahkan kecuali karena
maut. Berikut foto pengantin saat di mangulosi oleh orangtua salah satu
pengantin:
Foto
diatas pun terlihat bahwa ada beberapa butiran beras di kepala kedua pengantin.
Jadi, saat orangtua memberikan Ulos / Mangulosi mereka pun menaburkan beras ke
kepala kedua mempelai yang disebut dengan adat Boras Sipir ni Tondi. Maksud dari menaburkan beras tersebut ialah
supaya kedua mempelai mempunyai iman yang kuat, jiwanya bisa menyatu dan
memiliki kekuatan dalam menjalani kehidupan yang baru. Itulah letak keunikan
adat Batak yang tidak dimiliki oleh adat-adat lain. Acara berlangsung sangat
lama, maka tak heran kenapa banyak orang yang mengatakan bahwa adat Batak
sangat ribet dan lama sekali karena memang begitu banyak adat/tradisi yang
dipercayai oleh masyarakat Batak.
Tak
terasa sudah tiga hari aku tinggal di kampung Batak yaitu Siborong-borong,
Tapanuli Sumatera Utara. Ini adalah hari terakhir aku yaitu hari keempat.
Sebelum aku meninggalkan Siborong-borong, aku serta keluarga besarku
mengunjungi pemakaman opung doli (bahasa batak dari kakek) yang sudah meninggal
6 tahun yang lalu. Kuburan disana ada keunikan tersendiri yaitu kuburan harus
dibuat sebagus mungkin karena semakin bagus kuburan yang dibuat itu menandakan
bahwa anak-anaknya adalah orang-orang
yang sudah mapan dan sukses. Selain itu, hal unik lainnya ialah banyak kuburan
yang dibangun di dekat rumah bahkan di samping rumah mereka. Kita pasti
berpikir, apa mereka tidak takut atau seram jika membangun kuburan di samping
rumah. Namun berbeda dengan pemikiran masyarakat Tapanuli, Sumatera Utara. Hampir
semua masyarakat Siborong-borong membangun kuburan dengan dilapisi tembok
bahkan ada yang dibentuk seperti rumah.
Bisa
dilihat di foto tersebut bahwa kuburan opung doliku benar-benar seperti rumah
dan cukup mewah untuk sebuah kuburan. Opung doliku tidak memakai peti saat
dimasukan ke dalam kuburan. Jadi, dia dimasukkan ke dalam rumah kuburan itu
hanya badannya saja. Aku dan sauda-saudaraku ziarah ke pemakaman dengan
menaburkan bunga di atas bangunan itu. Kami pun terpaksa harus memanjat
bangunannya. Selain itu, aku memotong rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar
kuburan. Di dalam kuburan tersebut sudah disediakan tempat juga untuk opung
boruku. Beliau ingin bersebelahan saat di dalam kuburan nanti. Memang terdengar
seram dan aneh namun itulah kebiasaan orangtua disana. Biasanya mereka sudah
membangun kuburan untuk diri mereka atau
untuk suami/istrinya sebelum mereka meninggal.
Lalu
ketika aku dan keluarga sudah ziarah ke pemakaman opung doli, maka aku segera
membereskan barang-barangku dan pulang ke Jakarta. Dari Siborong-borong menuju
Medan aku harus mencari mobil sewa atau bus yang lewat di depan rumah opung.
Memang sedikit sulit dan lama menunggunya karena disana tidak ada terminal
khusus tempat pangkalan bus atau mobil sewa.
Tak
lama kemudian mobil sewa pun lewat di depan rumah opungku dan aku segera
menyewanya. Ingin rasanya aku lebih lama tinggal disitu dan mengetahui lebih
dalam mengenao adat suku Batak. Namun selama 4 hari disana aku sudah banyak
mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sangat menambah wawasanku. Aku
sangat mencintai suku Batak dan bangga menjadi orang Batak.
-Sekian dan Terima Kasih
horas to,,jd bangga jg sy nih
ReplyDeleteGbu n me deh
menarik, suatu saat nnt saya mau ke sana
ReplyDeletelike salam dari indonesia Timur
bagus sekl ceritanya, seakan aku ikut dalam perjalanan kamu. meski aku seorang muslim aku ingin berkunjung kesana. semg TUHAN MEMBERI KESEMPTN ITU. AMIN
ReplyDelete