Nama : Marganingsih
NIM : 11140110131
Kelas : G1
Ini adalah sepenggal pengalaman.
Pengalaman merasakan indahnya keberagaman Indonesia.
Pengalaman merasakan indahnya keberagaman Indonesia.
Inilah
sepenggal kisah perjalanan budaya.
Salah
satu budaya yang tetap ada dan bertahan hingga kini, budaya Sunda.
Tempat
bukti pelestarian budaya.
Di
sini, budaya Sunda berusaha terus digali
lagi nilai-nilai budayanya dan
mereka berusaha tetap mempertahankan budayanya.
mereka berusaha tetap mempertahankan budayanya.
Inilah
perwujudannya.
Tak
hanya wacana, tak hanya bicara.
Inilah
Kampung Budaya Sunda, Sindangbarang.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Apa Kampung Budaya itu?
Ada
perbedaan tentang apa yang disebut “kampung budaya” dan “kampung adat”.
Kampung
budaya merupakan tempat yang sengaja
dibentuk sebagai representasi dari budaya yang dimiliki oleh sekelompok
masyarakat setempat.
Nilai-nilai
budaya yang sudah terinternalisasi dan diajarkan turun temurun, coba dituangkan
dan dihadirkan di kampung budaya tersebut.
Secara
keseluruhan apa yang ada di kampung budaya merupakan cerminan masyarakat
setempat. Apa yang dihadirkan adalah juga ide-ide dan gagasan hasil pemikiran
masyarakat. Mereka berusaha bersama-sama menggali sendiri apa yang penting dan
bernilai pada budaya mereka dan bisa diturunkan serta diajarkan kepada generasi
selanjutnya.
Lain
halnya dengan kampung adat. Kampung adat merupakan tempat di mana masyarakat
budaya tinggal dan hidup dengan ritual-ritual budaya mereka masing-masing.
Cara
hidup mereka dapat dilihat bukan sebagai suatu representasi untuk
dipertunjukkan kepada orang lain, tetapi cara hidup itulah keseharian mereka.
Inilah
masyarakat budaya yang sesungguhnya.
Namun, keduanya pun memiliki persamaan.
Baik kampung budaya maupun kampung adat di suatu daerah yang sama, keduanya memiliki kebudayaan yang sama.
Baik kampung budaya maupun kampung adat di suatu daerah yang sama, keduanya memiliki kebudayaan yang sama.
Kebudayaan tersebut sama-sama dianut dan terinternalisasi.
Keduanya pun memiliki tujuan yang sama yaitu berusaha melestarikan budaya yang ada dengan terus menerus melakukan ritual kebudayaan dan menjalankannya sebagai bagian dari kehidupan.
Apabila
suatu etnis/suku tertentu memiliki kampung budaya, maka itu adalah perwujudan
dari ide-ide masyarakat kampung adat yang telah tergali.
Jadi,
keduanya pastilah memiliki esensi kebudayaan yang sama.
Bagaimana cara menuju ke sana?
Kampung
budaya ini letaknya agak jauh dari pusat kota.
Di mana tepatnya kampung budaya ini terletak?
Di mana tepatnya kampung budaya ini terletak?
Sindangbarang
ada di desa Pasir Eurih, Bogor, Jawa Barat.
Untuk
bisa sampai di sana ternyata kita bisa mengikuti peta yang disediakan oleh
pihak penyelenggara kampung budaya ini.
Kampung
Budaya Sunda ini berada di kaki gunung Salak.
Bayangkan saja bila ingin ke puncak, kita harus melalui jalanan sempit,
menanjak, dan berliku.
Bayangkan saja bila ingin ke puncak, kita harus melalui jalanan sempit,
menanjak, dan berliku.
Namun,
walaupun sempit tetap bisa dilalui oleh kendaraan bermotor.
Banyak
angkutan umum berseliweran.
Ketika sudah sampai, di situlah nanti akan ada papan bertuliskan:
Ketika sudah sampai, di situlah nanti akan ada papan bertuliskan:
“Marketing Office Kampung Budaya Sindangbarang”.
Ikuti tanda panah dan berjalan sedikit menanjak di jalanan berbatu-batu.
Ikuti tanda panah dan berjalan sedikit menanjak di jalanan berbatu-batu.
Ketika
memasuki kampung budaya ini, saya disambut dengan indahnya alam,
hijaunya pohon dan segarnya udara yang menyapa.
hijaunya pohon dan segarnya udara yang menyapa.
Ketika
sampai, kebetulan saat itu sedang ada pengunjung lain yang sedang mencoba
belajar bermain Angklung Gubrag.
Apa
itu Angklung Gubrag akan dijelaskan lebih lanjut.
Saya
terus berjalan naik undakan. Di kanan kiri, segarnya pepohonan tetap terasa.
Ketika akhirnya tiba.. ya, sebuah halaman luas yang ditumbuhi rerumputan
terhampar.
Mengenali Suku Sunda di Sindangbarang
melalui Identitas Budaya Mereka
Bagaimana
cara kita bisa mengenali seseorang?
Dari
fisiknya yang memiliki ciri-ciri tertentu, dan tentu saja kita bisa menanyakan
namanya.
Ketika
kita mengenal seseorang untuk pertama kali, namanya dan ciri fisiknya menjadi
hal yang penting dan perlu diingat. Identitas merekalah yang ingin kita
ketahui. Begitu pula dengan cara kita mengenali budaya suku/etnis/ras/kelompok
tertentu, kita perlu mengetahui identitas. Istilah yang tepat adalah identitas
budaya.
Menurut
Klyukanov, identitas budaya dapat dilihat sebagai keanggotaan dalam suatu
kelompok di mana semua orang menggunakan sistem simbol yang sama.
Ketika
memasuki kampung budaya ini, identitas budaya secara fisik yang bisa saya lihat selain adanya papan nama identitas, adalah bentuk bangunannya.
Salah satu bangunan adat yang langsung terlihat ketika masuk adalah Leuit.
Leuit terbuat dari anyaman bambu.
Itulah identitas awal yang coba mereka perlihatkan.
Salah satu bangunan adat yang langsung terlihat ketika masuk adalah Leuit.
Leuit terbuat dari anyaman bambu.
Itulah identitas awal yang coba mereka perlihatkan.
Fungsinya
untuk menyimpan padi.
Leuit
memiliki desain khusus dengan ornamen-ornamen seperti sulur pada dindingnya.
Di
depan Leuit pun ada tiang dengan daun bubuai di depannya.
Rumah-rumah
tinggal lainnya juga didekorasi, terlebih Imah Gede tempat Pupuhu (pimpinan/bapak
kepala adat) tinggal.
Berkenalan dengan Identitas Etnis
Selain
secara fisik, identitas budaya pada Sindangbarang bisa lebih diarahkan kepada
identitas etnis.
Menurut
Samovar dkk., identitas etnis berasal
dari warisan, sejarah, tradisi, nilai, kesamaan perilaku, asal daerah, dan
bahasa yang sama. Penting untuk mengenal identitas etnis tersebut, khususnya
identitas etnis. Sebab identitas etnis bisa memberikan petunjuk dalam
komunikasi dengan yang lain.
Dengan
memahami identitas etnis, kita bisa mengetahui latar belalakang, alasan
perilaku dan segala aktivitas budaya mereka.
Dekati, kenali terlebih dahulu, hargai perbedaan, sehingga kita bisa terbuka terhadap keberagaman.
Dekati, kenali terlebih dahulu, hargai perbedaan, sehingga kita bisa terbuka terhadap keberagaman.
Jadi, mari berkenalan dengan
mereka...
Sejarah adalah Bagian dari Kebudayaan
Ada
hubungan yang kuat antara pembelajaran komunikasi antar budaya
dengan ilmu sejarah.
Menurut Yu, “Kita perlu untuk mengetahui sejarah setiap masyarakat atau setiap orang untuk dipelajari tidak hanya sebagai bagian dari sejarah, namun juga karena nilai instrinsiknya. Jadi, budaya dan sejarah itu saling terkait.
dengan ilmu sejarah.
Menurut Yu, “Kita perlu untuk mengetahui sejarah setiap masyarakat atau setiap orang untuk dipelajari tidak hanya sebagai bagian dari sejarah, namun juga karena nilai instrinsiknya. Jadi, budaya dan sejarah itu saling terkait.
Menurut
Samovar, dkk. Peristiwa historis membantu dalam menjelaskan karakter dan
tindakan suatu budaya dan apa yang perlu diingat dan disampaikan oleh budaya
kepada generasi berikutnya menunjukkan karakter suatu budaya.
Simak cerita sejarah singkat dari Bapak Ukad, seorang pengelola adat
Sindangbarang.
Sindangbarang asalnya dari Kerajaan Padjajaran.
|
Sindangbarang asalnya dari Kerajaan Padjajaran.
Pada
abad ke-16, Raja Padjajaran, Prabu Silihwangi memiliki istri dan anak yang
banyak. Jadi antara keturunan raja yang banyak tersebut sering ada perebutan
kekuasaan.
Padjajaran
mau dipimpin oleh siapa? Jadi timbul
perpecahan.
Padjajaran di Timur akhirnya perang dengan Sindangbarang, rumah-rumah dibakar.
Padjajaran di Timur akhirnya perang dengan Sindangbarang, rumah-rumah dibakar.
Orang
Sindangbarang yang rumahnya terbakar,
yang menyebut diri dengan
“barisan sakit hati”, menamakan kampungnya yang hancur itu
Pasir Eurih, pasir artinya tinggi, eurih artinya sakit.
Jadi artinya sakit yang paling dalam, sakit yang paling tinggi.
“barisan sakit hati”, menamakan kampungnya yang hancur itu
Pasir Eurih, pasir artinya tinggi, eurih artinya sakit.
Jadi artinya sakit yang paling dalam, sakit yang paling tinggi.
Ketika
Raja Padjajaran keturunan Prabu Silihwangi pergi ke ingin pergi ke Gunung Halimun
mau menyebrang ke Pulau Christmas, mereka diterjang badai.
Itulah
akhir Padjajaran. Padjajaran kemudian nantinya dibagi menjadi empat wilayah,
yang salah satunya adalah Sindangbarang.
Dari
pihak Sunda Wiwitan dan Islam, Ki Muwur Alih, akhirnya sepakat mau bekerja sama
dan mau mencari kampung Sindangbarang yang terbakar itu.
Apakah Kamu Tahu?
Kampung
budaya Sindangbarang berdiri berkat adanya bantuan dana dari pemerintah Jawa
Barat, adanya dana hibah.
Bapak
Gubernur berpesan untuk membangun menyesuaikan dengan kondisi
pada zaman Padjajaran.
pada zaman Padjajaran.
Kondisi
kampung budaya disesuaikan dengan situasi kampung adat zaman dulu.
Di
Sindangbarang ada kepercayaan tidak boleh memulai usaha dengan meminjam uang
bank. Rumahnya selalu saja disita bank dan akhirnya dihancurkan.
Inilah Nama Bangunan-Bangunannya
Imah
Gede, imah kepala adat (rumah kepala adat),
Girang
Serat (rumah penasihat raja, Ki Lengser).
Supaya
mempermudah memberikan informasi kalau ada masalah warga, letak
Girang Serat
tidak jauh dari Imah Gede.
Ada juga
Saung Taluh (menampilkan kesenian, tempat hiburan, dulu letaknya dekat dengan
keraton),
Saung
Lisung (tempat menumbuk padi),
Leuit
(tempat penyimpanan padi),
Pasanggrahan
(tempat istrirahat),
Bale
Riungan (tempat musyawarah),
Ada
rumah Panengen dan Pangiwa rumah-rumah yang didirikan untuk tamu di
Sindangbarang berasal dari nama –nama Sunan, dan
Bale
Tajuk Agung (tempat ibadah).
Berikut ini beberapa fotonya:
Berikut ini beberapa fotonya:
Girang Serat |
Leuit |
Kalau
tidak memakai istilah zaman dahulu malah tidak terlihat identitasnya.
Menurut
Samovar dkk., identitas etnis itu juga
sebagian besar berasal dari bahasa.
Maka, penting untuk tetap memertahankan istilah-istilah itu supaya identitas etnis Sunda bisa tetap terjaga.
Maka, penting untuk tetap memertahankan istilah-istilah itu supaya identitas etnis Sunda bisa tetap terjaga.
Apa Tujuan Berdirinya?
Untuk menggali lagi potensi kebudayaan Sunda di Sindangbarang zaman dulu dan
melestarikannya.
Untuk memperkenalkan budaya Sunda Sindangbarang ke generasi berikutnya khususnya anak sekolah. Itulah petunjuk dari Bapak Gubernur Jawa Barat ketika itu.
Untuk memperkenalkan budaya Sunda Sindangbarang ke generasi berikutnya khususnya anak sekolah. Itulah petunjuk dari Bapak Gubernur Jawa Barat ketika itu.
Karyawan Pengelola vs Pihak Adat
Di
kampung budaya ini ada pengelola adatnya, namanya Bapak Ukad. Perlu dibedakan antara
karyawan pengelola yang bisa orang dari luar Sindangbarang dengan pihak adat dari
masyarakat adat asli yang tugasnya
mengawasi karyawan dan mendampingi kalau ada observasi dari siswa.
Ritual sebagai Bagian dari Tradisi
Keagamaan
Seperti
yang dikutip dalam buku Komunikasi Lintas Budaya oleh Larry A. Samovar, dkk,
ritual terdiri dari tindakan simbolis yang religius.
Menurut
Malefijt, peranan ritual bagi agama dan budaya yaitu: “Ritual mengingatkan masa
lalu, memelihara, dan menyampaikan dasar suatu masyarakat” . Dengan terlibat
dalam ritual setiap anggota tidak hanya mengingat dan menegaskan kepercayaan
penting, mereka juga merasa terhubung secara spiritual dengan agama mereka,
mengembangkan rasa identitas dengan meningkatkan ikatan sosial dengan siapa
mereka berbagi pandangan dan kenyataan bahwa hidup mereka memiliki arti dan
struktur.
Salah satu ritual pada kampung adat
Sindangbarang adalah ritual menanam padi atau meminjam istilah warga setempat,
“nandur”. Ritual ini ternyata memiliki makna lebih dari sekedar menanam padi
yang nanti hasilnya bisa dijadikan bahan pangan dan dijual. Padi yang digunakan
bukanlah padi seperti zaman sekarang yang bisa panen hingga tiga kali setahun.
Padinya adalah padi yang besar disebut dengan padi gede, zaman nenek moyang
mereka dulu, yang panennnya hanya satu kali setahun saja. Kalau mau menanam
padi juga ada hari-hari tertentu sesuai arah mata angin.
Proses
pengolahan dan peyimpanan padi pun memiliki keistimewaan tersendiri. Cara
memetiknya bukan memakai arit dan dipapah satu rumput, melainkan
menggunakan etem, di ani-ani satu
persatu. Setelah dipanen, padi tidak dijemur di atas terpal, tetapi langsung di
lapangan dan memiliki tempat penyimpanan khusus yang disebut leuit. Jadi hasil
padi yang sudah ditumbuk tidak disimpan di rumah.
Hal
yang istimewa adalah nasi yang berasal dari padi tersebut, memakannya sekepal
tangan saja sudah kenyang. Berbeda dengan nasi dari padi yang sekarang, sekepal
saja belum tentu cukup meski sudah ditambah dengan lauk pauk.
Semua
proses dari menanam sampai memetik padi memakai ritual. Mereka akan memohon dan
meminta izin kepada Yang Maha Kuasa untuk bisa diberkahi dan dilancarkan
prosesnya. Alasan diperlukannya ritual tersebut ialah karena manusia
semata-mata hanya menanam padi saja tetapi yang memberi kenikmatan dan apapun
hanyalah Yang Maha Kuasa.
Jadi,
melalui semua proses menanam hingga menghasilkan bahan pangan tersebut
merupakan ritual mereka. Dengan terlibat dalam ritual, mereka akan semakin
dekat satu sama lain dalam kebersamaan, satu rasa sebagai satu suku, dan juga
semakin mendekatkan mereka kepada Sang Pencipta. Buktinya, mereka memaknai
ritual tanam padi tersebut sebagai ungkapan syukur kepada Yang Maha Kuasa.
Upacara Seren Tahun Guru Bumi
Upacara
Seren tahun tetap ada hingga kini. Upacara tersebut diadakan sebagai bentuk rasa syukur akan hasil panen tiap tahun.
Istilah Seren Tahun Sedekah Bumi itu artinya upacara tersebut berlangsung di lingkup masyarakat Sindangbarang, sedangkan Seren Tahun Sedekah Guru Bumi hanya berlangsung di wilayah keraton saja.
Istilah Seren Tahun Sedekah Bumi itu artinya upacara tersebut berlangsung di lingkup masyarakat Sindangbarang, sedangkan Seren Tahun Sedekah Guru Bumi hanya berlangsung di wilayah keraton saja.
Angklung Gubrag, Tak Sekedar Merdu
Angklung
Gubrag merupakan seni orangtua zaman dulu. Alat musik tradisional ini berukuran
besar dan terbuat dari bambu. Fungsi angklung gubrag ternyata selain untuk
menyambut tamu, dipakai pada pawai, dan yang terpenting adalah untuk mengiringi
yang menanam padi yang disebut nandur.
Penggunaan Angklung Gubrag untuk mengiringi prosesi tanam padi itu termasuk salah satu ritual. Bukan semata-mata menghibur yang menanam padi tetapi dipercaya untuk menyuburkan tanaman.
Cerita Soal Nenek Nana, "Nenek Peyot"
Salah satu pemain Angklung Gubrag adalah Nenek Nana, tapi lebih sering dipanggil "nenek peyot". Nenek ini cukup terkenal sebagai pemain Angklung Gubrag, apalagi di kalangan turis dan wartawan.
Pembawaanya ceria dan menghibur. Ia datang sudah lama sejak suaminya pensiun.
Awal menetap di Sindangbarang ia bingung, yang lain berbahasa Sunda sedangkan dia berbahasa Melayu.
Tetapi ia bisa berbaur dengan masyarakat Sindangbarang, ikut mengisi waktu luang dengan belajar kesenian angklung gubrag.
Ia mengalami akulturasi.
Menurut Samovar, dkk. Proses penyesuaian ini (akulturasi) merupakan proses panjang yang membutuhkan banyak pengetahuan mengenai budaya baru.
Nenek berhasil beradaptasi dengan baik. Ia bahkan sudah melakukan dengan tepat apa yang disarankan oleh Samovar dkk. yaitu membangun hubungan pribadi dengan tuan rumah. Nenek Nana ini sangat mudah bergaul dengan masyarakat setempat. Kedua, ia mau mempelajari budaya tuan rumah, dan ketiga ia mau berpartisipasi dalam kegiatan budaya yaitu ikut memperkenalkan kesenian tradisional Sunda di Kampung Budaya Sindangbarang.
Penggunaan Angklung Gubrag untuk mengiringi prosesi tanam padi itu termasuk salah satu ritual. Bukan semata-mata menghibur yang menanam padi tetapi dipercaya untuk menyuburkan tanaman.
Cerita Soal Nenek Nana, "Nenek Peyot"
Salah satu pemain Angklung Gubrag adalah Nenek Nana, tapi lebih sering dipanggil "nenek peyot". Nenek ini cukup terkenal sebagai pemain Angklung Gubrag, apalagi di kalangan turis dan wartawan.
Pembawaanya ceria dan menghibur. Ia datang sudah lama sejak suaminya pensiun.
Awal menetap di Sindangbarang ia bingung, yang lain berbahasa Sunda sedangkan dia berbahasa Melayu.
Tetapi ia bisa berbaur dengan masyarakat Sindangbarang, ikut mengisi waktu luang dengan belajar kesenian angklung gubrag.
Ia mengalami akulturasi.
Menurut Samovar, dkk. Proses penyesuaian ini (akulturasi) merupakan proses panjang yang membutuhkan banyak pengetahuan mengenai budaya baru.
Nenek berhasil beradaptasi dengan baik. Ia bahkan sudah melakukan dengan tepat apa yang disarankan oleh Samovar dkk. yaitu membangun hubungan pribadi dengan tuan rumah. Nenek Nana ini sangat mudah bergaul dengan masyarakat setempat. Kedua, ia mau mempelajari budaya tuan rumah, dan ketiga ia mau berpartisipasi dalam kegiatan budaya yaitu ikut memperkenalkan kesenian tradisional Sunda di Kampung Budaya Sindangbarang.
Nenek Nana "Nenek Peyot" (paling kiri) bercanda tawa bersama teman-temannya sesama pemain Angklung Gubrag |
Reog pun Dibawa Berperang
Kesenian
lain adalah Reog. Reog sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Reog pernah dibawa ke Irian, dibawa berjuang. Lawan yang melihat ada kesenian Reog
di bawah bukit akan bergegas turun karena penasaran sedangkan tentara kita bersembunyi untuk bersiap
menyerang.
Tradisi Perjuangan Masa lalu untuk
Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia
Ternyata
masyarakat Sunda di Sindangbarang juga memiliki tradisi untuk ikut mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Cerita-cerita perjuangan mereka diturunkan hingga ke
anak cucu. Ternyata mereka para pejuang perang itu membantu mengalahkan musuh
dengan menyumpit lawan dengan menggunakaan senjata bernama sumpit dari bambu.
Permainan yang Lahir dari Sebuah
Perjuangan
Kisah
perjuangan begitu nyata dalam benak masyarakat hingga akhirnya terbitlah ide
untuk tetap melestarikan tradisi perjuangan masa lalu itu. Jadilah sebuah
permainan bernama sumpit. Permainan ini ada di kampung budaya Sindangbarang.
Cara memainkannya seolah-olah ingin menggambarkan kisah para pejuang. Nanti akan disediakan sumpit, kita tinggal melemparkannya ke sasaran. Sasaran ini menggambarkan ‘musuh’ yang harus diberantas. Nah, pada permainan ini, sasarannya adalah buah pepaya yang digantung.
Cara memainkannya seolah-olah ingin menggambarkan kisah para pejuang. Nanti akan disediakan sumpit, kita tinggal melemparkannya ke sasaran. Sasaran ini menggambarkan ‘musuh’ yang harus diberantas. Nah, pada permainan ini, sasarannya adalah buah pepaya yang digantung.
Tak
hanya sumpit, masih banyak jenis permainan lain yang coba diperkenalkan.
Permainan tradisional tersebut antara lain: bakiak, egrang, galah asin (saling
berlomba menuju garis akhir bolak-balik, tetapi tim lawan akan
menghalang-halangi), dan pletokan (permainan bedil-bedilan menggunakan bambu).
Nilai
suatu budaya ternyata bisa didapat dari kegiatan bermain.
Contohnya dari permainan egrang dan bakiak.
Ada nilai dan filosofi yang tersimpan.
Contohnya dari permainan egrang dan bakiak.
Ada nilai dan filosofi yang tersimpan.
Pertama,
bakiak. Permainan bakiak adalah permainan rakyat. Bakiak itu semacam sandal panjang terbuat
dari kayu. Cara bermainnya yaitu bisa 3-4 orang pada sepasang bakiak. Nantinya
bersama-sama melangkah ke titik tertentu. Permainan ini akan sulit ketika tidak
ada kekompakan dalam tim. Yang satu bisa mulai melangkah, yang lainnya bisa
belum melangkah. Kalau tidak kompak, nantinya akan terjatuh.
--Nilai
yang terkandung dalam permainan ini ialah mencontohkan rakyat itu untuk kompak
supaya bisa bersama-sama sampai ke tujuan dan tidak terpisah. Kalau terjatuh,
bisa bangkit lagi dan bersama-sama melangkah ke tujuan.
Kedua,
egrang. Egrang terbuat dari bambu yang panjang dengan pijakan kaki. Untuk
bermainnya, tinggal naik ke pijakannya. Egrangnya diberdirikan dulu. Setelah
bisa naik, berusahalah untuk tetap seimbang dan cobalah berjalan terus
menggunakan egrang.
Letak
kesulitan permainan ini pertama ketika mau naik, kedua ketika sudah naik dan
harus berjalan. Kalau tidak seimbang dan stabil maka akan terjatuh.
--Pada
permainan ini kita bisa mengandaikan sosok seorang pemimpin. Seseorang yang
bisa naik ke atas, ketika menjadi pemimpin, harus melihat ke bawah dan ke depan.
Melihat ke bawah untuk melihat rakyat yang dipimpinnya. Ketika di atas, pemimpin tidak boleh melupakan rakyatnya karena pemimpin membawa amanah rakyat. Melihat ke depan untuk bisa membawa rakyatnya ke masa depan yang baik.
Jadilah pemimpin yang memikirkan masa depan rakyatnya.
Melihat ke bawah untuk melihat rakyat yang dipimpinnya. Ketika di atas, pemimpin tidak boleh melupakan rakyatnya karena pemimpin membawa amanah rakyat. Melihat ke depan untuk bisa membawa rakyatnya ke masa depan yang baik.
Jadilah pemimpin yang memikirkan masa depan rakyatnya.
Jadi,
permainan sumpit merupakan salah satu cara untuk mengajarkan budaya berupa
sejarah masyarakat setempat. Permainan seperti egrang dan bakiak merupakan cara
untuk mengajarkan nilai-nilai penting yang dianut etnis Sunda.
Budaya itu dibagikan dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Dengan mengajarkan nilai-nilai tersebut akan menolong untuk mempersiapkan masa yang akan datang.
Budaya itu dibagikan dan diturunkan dari generasi ke generasi.
Dengan mengajarkan nilai-nilai tersebut akan menolong untuk mempersiapkan masa yang akan datang.
Seperti
kata Brislin: “Jikalau ada nilai-nilai yang dianggap penting oleh suatu
masyarakat yang sudah ada selama beberapa tahun, hal tersebut harus diturunkan
dari suatu generasi ke generasi lainnya.”
Budaya Bisa Dipelajari dari Mitos. Kita
Boleh Percaya pada Mitos, Boleh Tidak!
Etnis Sunda di Sindangbarang juga memiliki mitos.
Menurut
Samovar dkk., mitos mengandung kebijaksanaan, pengalaman, dan nilai budaya. Mitos
menceritakan cerita yang mengandung pesan moral yang sudah menjadi metode
pengajaran selama ribuan tahun.
Jadi,
melalui mitos kita bisa belajar budaya tertentu melaluinya.
Cerita-cerita tersebut yang diturunkan dari generasi ke generasi menekankan pesan moral yang dianggap penting oleh suatu budaya.
Cerita-cerita tersebut yang diturunkan dari generasi ke generasi menekankan pesan moral yang dianggap penting oleh suatu budaya.
Legenda dan mitos juga berhubungan dengan
tindakan dan perbuatan yang merefleksikan kekuatan supranatural.
Menurut
Campbell, mitos adalah cerita dalam pencarian kita akan kebenaran, akan arti,
akan signifikansi. Kita semua perlu untuk memberitahukan dan mengerti cerita
kita.
Mitos
memberikan petunjuk dari suatu budaya.
Kutipan
dari Campbell yang penting adalah:
"Ketika Anda belajar tentang mitos dari suatu budaya,
Anda sedang mempelajari budaya tersebut."
"Ketika Anda belajar tentang mitos dari suatu budaya,
Anda sedang mempelajari budaya tersebut."
Jadi,
untuk bisa mempelajari budaya di Sindangbarang ini, saya pun belajar juga
mengenai salah satu mitosnya yang terkenal. Mitos ini berkaitan dengan cara
pencarian seseorang yang hilang.
Peralatan Memasak yang Tak Hanya untuk
Memasak
Berikut
ini adalah peralatan masak tradisional.
Selain digunakan untuk memasak, ternyata digunakan untuk ritual perkawinan adat
Sunda serta ada mitos yang terkandung.
Terlebih
dahulu saya akan paparkan mengenai
alat-alat memasak dan cara memasaknya.
Pertama
ada alu terbuat dari tanah liat. Alu memiliki lubang besar tempat menaruh
seeng. Seeng tempat menaruh air yang digunakan untuk memasak nasi. Seeng itu terbuat
dari tembaga. Seeng ada yang kuning dan putih, seeng kejayaan laki-laki,
sejelek-jeleknya seeng terbuat dari tembaga, sebodoh-bodohnya laki-laki punya
harga diri. Seeng menjadi jadi jati diri bagi istri Jika ada akad nikah kalau
laki-laki mau mempersunting perempuan harus membawa seeng, kalau tidak bawa
seeng tidak menghargai jati diri istri, menghina seorang perempuan.
Nasi supaya matang ditaruh di asepan anyaman bambu kerajinan zaman dulu dan
kemudian di taruh di atas seeng, pasangannya yaitu berupa penutup bernama
boboko. Setelah itu, nasi ditaruh di dalam dulang yang terbuat dari kayu dan
diaduk (diaduk) nasinya menggunakan pengari dan kemudian dikipasi menggunakan
hihit.
Tujuannya diaduk supaya nasinya pulen dan dikipasi supaya asap nasi terbuang sehingga tidak cepat basi. Memasak memakai semua peralatan masak tersebut pun ada larangannya, yaitu tidak boleh memasak sambil mengobrol atau menyanyi.
Tujuannya diaduk supaya nasinya pulen dan dikipasi supaya asap nasi terbuang sehingga tidak cepat basi. Memasak memakai semua peralatan masak tersebut pun ada larangannya, yaitu tidak boleh memasak sambil mengobrol atau menyanyi.
Air
bekas memasak nasi yang ada di seeng bisa diambil menggunakan gayung kecil
bertangkai panjang yang terbuat dari kayu. Air tersebut bisa diminum dan bahkan
sering dipakai untuk membuat teh.
Keajaiban Seeng
Seeng
punya keajaiban tersendiri, yaitu bisa memanggil orang yang hilang. Ketika air
sedang dimasak di dalam seeng, seseorang yang sedang mencari kerabatnya yang
hilang tersebut bisa membacakan mantra dari syahadat Sunan dan memanggil nama
dan alamat orang yang hilang tersebut.
Walaupun
nama orang tersebut dipanggil melalui seeng, bukan berarti orang yang hilang
itu bisa mendengar suara panggilan yang nyata, melainkan dapat menembus
perasaan yang paling dalam. Orang yang hilang itu akan merasa kangen pada
kerabatnya dan pasti akan pulang.
Tapi,
sayangnya, kini masyarakat Sunda di Sindangbarang sudah banyak yang tidak hapal
lagi mantranya.
Nah,
itu ternyata mitos zaman dulu yang masih diturunkan dari generasi ke generasi.
Kita boleh percaya atau tidak.
Namun, pesan moral yang bisa didapat dari mitos tersebut ialah niat, rasa percaya, dan berserah kepada Yang Maha Kuasa ketika sedang dilanda masalah seperti kehilangan anggota keluarga. Melalui penceritaan mitos ini, konsep budaya itu dibagikan dan nilai-nilainya yang dirasa penting diturunkan dari generasi ke genarasi juga berlaku.
Namun, pesan moral yang bisa didapat dari mitos tersebut ialah niat, rasa percaya, dan berserah kepada Yang Maha Kuasa ketika sedang dilanda masalah seperti kehilangan anggota keluarga. Melalui penceritaan mitos ini, konsep budaya itu dibagikan dan nilai-nilainya yang dirasa penting diturunkan dari generasi ke genarasi juga berlaku.
------------------------------
Kedatangan
saya ke Kampung Budaya Sunda Sindangbarang adalah bentuk adanya Komunikasi antar budaya. Mengapa?
Seperti kata Larry A. Samovar, dkk di buku Komunikasi Lintas Budaya:
“Komunikasi antar budaya terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain."
Lebih tepatnya, Komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi.
Disebutkan oleh Samovar, dkk. bahwa komunikasi antar budaya yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda, hal ini membuat perbedaan itu sebagai kondisi yang normatif. Jadi, reaksi dan kemampuan kita untuk mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut adalah kunci sukses suatu interaksi antar budaya.
Seperti kata Larry A. Samovar, dkk di buku Komunikasi Lintas Budaya:
“Komunikasi antar budaya terjadi ketika anggota dari satu budaya tertentu memberikan pesan kepada anggota dari budaya yang lain."
Lebih tepatnya, Komunikasi antar budaya melibatkan interaksi antara orang-orang yang persepsi budaya dan sistem simbolnya cukup berbeda dalam suatu komunikasi.
Disebutkan oleh Samovar, dkk. bahwa komunikasi antar budaya yang melibatkan orang-orang dari budaya yang berbeda, hal ini membuat perbedaan itu sebagai kondisi yang normatif. Jadi, reaksi dan kemampuan kita untuk mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut adalah kunci sukses suatu interaksi antar budaya.
Melalui tugas akhir ini berupa observasi ini, saya bisa berinteraksi dengan mereka, masyarakat Sindangbarang yang berasal dari budaya yang berbeda. Tentunya hasil interaksi tersebut membuahkan pengetahuan baru bagi saya.
Dengan interaksi dan pemahaman baru tersebut, saya lebih bisa mengenal budaya Sunda ini dan menghindarkan diri dari sisi gelap identitas seperti stereotip, prasangka, rasisme, dan etnosentrisme.
Dengan interaksi dan pemahaman baru tersebut, saya lebih bisa mengenal budaya Sunda ini dan menghindarkan diri dari sisi gelap identitas seperti stereotip, prasangka, rasisme, dan etnosentrisme.
Saya
belajar hal-hal baru terkait pesan-pesan moral dan nilai budaya yang ada di
Sindangbarang melalui elemen-elemen budayanya.
Melalui tugas akhir ini saya juga mencoba menyampaikan apa yang saya dapatkan sebagai hasil interaksi antar budaya, dengan budaya di Sindangbarang.
Melalui tugas akhir ini saya juga mencoba menyampaikan apa yang saya dapatkan sebagai hasil interaksi antar budaya, dengan budaya di Sindangbarang.
Pembahasan
saya usai disini. Sekian dan terima kasih! Semoga bermanfaat.
------------------------- --- ----------------------- --- ------------------------ --- -------------------
KISAH NYATA..............
ReplyDeleteAss.Saya IBU SERI HASTUTI.Dari Kota Surabaya Ingin Berbagi Cerita
dulunya saya pengusaha sukses harta banyak dan kedudukan tinggi tapi semenjak
saya ditipu oleh teman hampir semua aset saya habis,
saya sempat putus asa hampir bunuh diri,tapi saya buka
internet dan menemukan nomor Ki Dimas,saya beranikan diri untuk menghubungi beliau,saya dikasi solusi,
awalnya saya ragu dan tidak percaya,tapi saya coba ikut ritual dari Ki Dimas alhamdulillah sekarang saya dapat modal dan mulai merintis kembali usaha saya,
sekarang saya bisa bayar hutang2 saya di bank Mandiri dan BNI,terimah kasih Ki,mau seperti saya silahkan hub Ki
Dimas Taat Pribadi di nmr 081340887779 Kiyai Dimas Taat Peribadi,ini nyata demi Allah kalau saya bohong,indahnya berbagi,assalamu alaikum.
KEMARIN SAYA TEMUKAN TULISAN DIBAWAH INI SYA COBA HUBUNGI TERNYATA BETUL,
BELIAU SUDAH MEMBUKTIKAN KESAYA !!!
((((((((((((DANA GHAIB)))))))))))))))))
Pesugihan Instant 10 MILYAR
Mulai bulan ini (juli 2015) Kami dari padepokan mengadakan program pesugihan Instant tanpa tumbal, serta tanpa resiko. Program ini kami khususkan bagi para pasien yang membutuhan modal usaha yang cukup besar, Hutang yang menumpuk (diatas 1 Milyar), Adapun ketentuan mengikuti program ini adalah sebagai berikut :
Mempunyai Hutang diatas 1 Milyar
Ingin membuka usaha dengan Modal diatas 1 Milyar
dll
Syarat :
Usia Minimal 21 Tahun
Berani Ritual (apabila tidak berani, maka bisa diwakilkan kami dan tim)
Belum pernah melakukan perjanjian pesugihan ditempat lain
Suci lahir dan batin (wanita tidak boleh mengikuti program ini pada saat datang bulan)
Harus memiliki Kamar Kosong di rumah anda
Proses :
Proses ritual selama 2 hari 2 malam di dalam gua
Harus siap mental lahir dan batin
Sanggup Puasa 2 hari 2 malam ( ngebleng)
Pada malam hari tidak boleh tidur
Biaya ritual Sebesar 10 Juta dengan rincian sebagai berikut :
Pengganti tumbal Kambing kendit : 5jt
Ayam cemani : 2jt
Minyak Songolangit : 2jt
bunga, candu, kemenyan, nasi tumpeng, kain kafan dll Sebesar : 1jt
Prosedur Daftar Ritual ini :
Kirim Foto anda
Kirim Data sesuai KTP
Format : Nama, Alamat, Umur, Nama ibu Kandung, Weton (Hari Lahir), PESUGIHAN 10 MILYAR
Kirim ke nomor ini : 081340887779
SMS Anda akan Kami balas secepatnya
Maaf Program ini TERBATAS Dan Bisah Membantu Daerah Luar Kota...