Nama : Arif Nabiel Suryoputro
NIM : 11140110235Kelas : G1
Indonesia Negara yang terdiri dari berbagai suku, ras,
agama, budaya. Sehingga sering kita menjumpai orang dengan budaya yang berbeda
jauh dari kita. Ada yang masih memegang teguh kebudayaannya atau bahkan ada
juga yang melakukan proses asimilasi. Menurut Larry A.Samovar dkk,
dalam bukunya yang berjudul communication between culture bahwa dalam suatu
budaya memiliki beberapa elemen penting salah satunya sejarah. Sejarah
menyoroti asal suatu budaya, “memberitahukan” anggotanya apa yang dianggap
penting, dan mengidentifikasi prestasi suatu budaya yang pantas untuk
dibanggakan. Sejarah mengenai daerah pusat kebudayaan Setu Babakan adalah dulu
daerah ini hanya sebuah danau yang luas dan diduduki oleh orang orang betawi
asli, namun banyak betawi asli di Setu Babakan pergi dan mencari uang di kota
besar Jakarta. Begitulah kata seseorang disana ketika saya bertanya mengenai
sejarah asal mula adanya nama “kampung betawi Setu Babakan”. Daerah ini mulai
di resmikan oleh gubernur Fauzi Bowo pada bulan Agustus tahun 2004 kemarin.
Setu
Babakan, dahulu orang tidak banyak tau tentang tempat ini, begitu pula dengan
saya yang baru tau beberapa minggu kemarin. Saya tau karena diajak teman saya
melakukan observasi tugas ini dan awalnya saya fikir Setu Babakan hanya sebuah
bendungan dan tempat wisata sama seperti Waduk Jatiluhur, tapi setelah saya
kesana dengan perjuangan yang berat bertanya jalan, nyasar, bensin abis, dan lain
lain. Menjelang sampai ke Setu Babakan saya melihat gapura yang bertuliskan
gerbang Si Pitung. Pasti anda semua tau tentang si pitung kan? Kalau ada yang
tidak tau begini sejarahnya, si Pitung adalah seorang pahlawan betawi yang
lahir di Rawabelong, dia adalah seorang jagoan silat di daerahnya. Karena
kesaktiannya itu dia sering menjarah dan merampok rumah para Belanda dan hasil
rampokannya dibagikan kepada masyarakat betawi yang kekurangan dan di tindas
oleh Belanda, konan ia hanya bias dibunuh dengan peluru emas dan saat malam
jumat, dan jasadnya harus dipisah pisah karena dia bisa kembali hidup.
Begitulah sepenggal kisah si Pitung dari betawi.
Si Pitung (merah) sedang berkelahi
Setelah saya meihat gerbang itu hal pertama yang terlintas
di pikiran saya adalah Betawi, dan benar disana adalah salah satu pusat
kebudayaan suku Betawi yang paling banyak di kenal orang. Di Setu Babakan
inilah tempat para orang betawi yang masih memegang kuat budaya tinggal, mereka
sering melakukan kegiatan khas daerah betawi bersama sama, contohnya seperti
berlatih pencak silat, melakukan tarian, bermain ondel ondel dan lain lain. Para
orang Betawi yang tinggal disana tidak hanya berasal dari daerah Setu Babakan
saja, ada juga yang datang dari daerah condet, Tanjung Priok dan dari daerah
betawi yang lainnya. Ketika saya baru sampai saya langsung diguhkan dengan
berbagai makanan khas Betawi yaitu kerak telor, soto mie Betawi.
Omong omong apakah anda heran
dengan asal nama “kerak telor”? saya sempat bingung kenapa dinamakan kerak
telor, saya sering makan tetapi tidak pernah melihat secara langsung proses
pembuatan dari kerak telor itu sendiri. Berhubung saya ke Setu Babakan saya
memesan kerak telor dengan telor bebek, harganya menurut saya murah sekitar Rp
12.000 dan telor ayam seharga Rp 10.000. oke kita kembali ke topik kenapa
namanya kerak telor, ternyata karena ketika dimasak telornya gosong sehingga
seperti kerak, ternyata dari situ namanya kerak telor. Oh iya kerak telor di
buat 100% tanpa minyak, sehingga bebas kolesterol.
kerak telor
Kalau habis makan kerak telor,
enaknya kita makan desert atau makanan penutup. Disana ada loh es goyang, murah
dan enak lagi. Dinamakan es goyang karena proses pembuatannya dengan cara,
pertama gerobak di isi es sampai penuh, kemudian di taruh cetakan untuk es nya.
Nah habis itu susu di tuang ke dalam cetakan tersebut dan kemudian gerobaknya
di goyang dan voilaa jadilah es goyang.
Es Goyang favorit anak-anak
Sembari menunggu pesanan saya
selesai saya sempat berbincang dengan pedagang kerak telor tersebut saya
bertanya “bang, disini nih isinya orang betawi dari daerah sini juga apa ada
yang dari luar bang?” dia menjawab “ya rata rata daerah sini, tapi banyak juga
yang dateng dari luar” saya kembali bertanya “luar mana aja bang?” dia menjawab
“ya dari condet, priok banyak dah” saya belum puas akan pertanyaan itu saya
bertanya kembali “bedanya keliatan ga bang?” dia menjawab “oh beda, kalau orang
asli sini mah udah rada nyampur sama logat Jakarta, contohnya kaya ngomong
“iya” orang kit amah ngomongnya ya “iya” kalau dari luar biasanya “iye” nah
gitu juga rata rata tiap kalimat diganti e belakangnya”. Ternyata kebudayaan di
Setu Babakan sudah melalui proses akulturasi, mereka menyatukan kata dan logat
dari luar dengan budaya sendiri, namun masih memegang teguh kesenian dan cirri
khas budaya mereka.
Bagi yang tidak tahu, akulturasi
adalah proses social dimana terjadi pertemuan antara dua budaya dan beradaptasi
dengan cara mengambil beberapa budaya luar dan di gabungkan dengan budaya
sendiri tanpa menghilangkan cirri khas budaya sendiri.
Tidak hanya kerak telor saja yang
saya cicipi tetapi saya juga mencicipi minuman khas Betawi yaitu adalah bir
pletok. Nah kalau yang satu ini saya sama sekali belum pernah mencicipinya
hanya sekedar tahu saja. Nah akhirnya saya memutuskan memesan 1 bir pletok
seharga Rp 9.000.
Setalah saya cicipi rasanya enak
menghangatkan tapi setelah saya bertanya kepada pedaganya apakah bir ini
menggunakan alcohol, pedagan tersebut menjawab tidak, karena bir pletok
menggunakan berbagai rempah rempah sehingga jika diminum banyak tidak akan
mabuk. Saya juga bertanya mengenai asal mula nama “pletok”, ternyata nama
“pletok” datang dari cara membuatnya, ketika proses pembuatan air di campur dengan
rempah rempah dan di kocok sehingga berbunyi “pletak pletok” ternyata dari situ
asal nama mula bir pletok, dan kenapa ada kata “bir” di depannya? Karena waktu
itu adalah zaman belanda, belanda menyebut minuman yang menghangatkan dengan
sebutan “bir” sehingga sampai sekarang kita mengenalnya sebagai bir pletok.
Selain makanan dan minuman saya
kembali bertanya kepada beberapa orang disana mengenai apa saja acara yang
sering diadakan disana, acaranya ternyata cukup banyak. Dari acara “nginjek
tanah” upacara ini diadakan ketika setiap bayi berumur 8 bulan akan pertama
kalinya menginjak tanah, ini adalah salah satu cirri khas orang betawi. Selain
itu ada juga upacara ngarak sunatan,
perayaannya berupa yang disunat akan diarak keliling kampung oleh keluarganya.
Tidak hanya seperti yang saya
sebutkan diatas namun ada juga upacara “buka palang pintu”. Para pembaca pasti
masih asing dalam hal mengetahuinya. Mungkin para pembaca sebagian langsu
teringat kepada pintu, atau ruangan… padahal “buka palang pintu” itu adalah
upacara khas orang betawi dalam har pernikahan. “buka palang pintu” adalah
upacara dimana si mempelai pria sebelum melamar ke tempat mempelai wanita
terlebih dulu dalam perjalanan si mempelai pria di arak-arak dahulu, dan si
pria membawa banyak makanan. Ketika sampai di tujuan si mempelai pria harus
bida mengalahkan tukang pukul yang sengaja dibayar oleh keluarga sang istri
dalam hal perkelahian silat, dan adu pantun.
Kenapa harus mengalahkan orang
pilihan orang tua wanita? Katanya adalah untuk melihat sehabat apa calon
menantunya dalam hal berkelahi, yang kedua agar lebih memastikan pihak wanita
bahwa calon mempelai pria adalah orang yang tangguh dan siap melindungi istri.
Nah kalau dalam beradu panting adalah untuk menunjukan kebolehan kita dalam
berpantun untuk mendapatkan izin dari ayah si mempelai wanita. Kenapa berpantun
dapat menarik hati ayah si mempelai wanita? Karena pantun sendiri adalah cirri
khas orang betawi. Ayah si mempelai wanita ingin bahwa anaknya mendapat menantu
yang cinta dan mahir dalam kebudayaannya.
Berhubung rata rata penduduk di
Setu Babakan adalah orang yang beragama islam jadi di kampung betawi juga
sering dilaksanakan upacara aqiqah yaitu merayakan lahirnya anak yang biasanya
dilakukan pada hari ke tujuh, empat belas, dua puluh satu, dan dua puluh
delapan hari, acara ini adalah merupakan syukur kepada tuhan yang maha Esa atas
kelahiran seorang anak.
Pada saat hari hari besar islam
juga sering diadakan acara sahur bersama ketika bulan ramadhan, sebelum sahur
bersama, para penduduk berjalan mengelilingi kampung sambil membawa gendang dan
petasan sambil berteriak “sahur sahur” tujuannya adalah membangunkan para
penduduk muslim yang masih tidur.
Rutin juga dilaksanakan setiap
tahun yaitu adalah acara potong kambing, jumlah kambing atau sapi itu bukanlah
yang jadi masalah, yang penting iklasnya kata seorang bapak bapak yang sedang
menunggu anaknya berlatih tari jaipong.
Sebelumnya saya sudah bercerita
mengenai apa saja budaya Betawi dan cirri khasnya. Di Setu Babakan kita bisa
menonton acara tari jaipong pada hari hari tertentu, bagi anda yang berminat
untuk mencoba berlatih tari jaipong anda bisa langsung berbicara kepada
instrukturnya dan bilang ingin belajar, maka dengan senang hati orang tersebut akan
mengajarkan, tapi sebaiknya ketika ingin belajar jangan pada saat hari ketika
mereka show, tapi datanglah pada saat mereka sedang latihan.
Dalam budaya betawi sebenarnya
sudah anda proses sosialisasi yang berupa akulturasi dari sejak zaman dahulu.
Yaitu adalah komunikasi non verbal antara pengunjung Setu Babakan dengan para
orang betawi asli sana adalah cara berpakaiannya. Orang Betawi memakai peci dan
sarung yang di gantungkan di leher, itu terpengaruh dari budaya melayu dan
arab. Dan dari struktur rumahnya rumah orang betawi memiliki ciri khas yaitu
adalah bentuk jendelanya yang berbentuk dari banyak ventilasi, kemudian di
depan rumahnya banyak tiang kayunya, dan bentuk pintunya seperti rumah sewaktu
penjajahan belanda.
rumah tampak dari samping
rumah tampak dari depan
Ketika saya sedang menunggu kerak
telor saya sempat berbincang dengan pedagangnya, saya bertanya bagaimana cara
mempertahankan budaya sendiri ketika sekarang adalah zaman modernisasi. Dia
menjawab “kita boleh berpikiran global dan maju, tapi kita juga harus
mempertahankan budaya kita sendiri” begitulah kata katanya saya hanya bisa
manggut manggut saja mendengar jawaban dari pedagang tersebut. Jaman sekarang
makin banyak orang yang hanya berpikir global dan maju tetapi melupakan
budayanya sendiri, dan melakukan proses asimilasi.
Masyarakat betawi disini logatnya
sudah tidak begitu terlihat karena proses akulturasi sehingga kalau bicara
dengan penduduk asli sana kurang berasa nuansa betawinya, justru yang membuat
suasana betawi banget adalah secara nonverbalnya. Dan ondel ondel juga secara
non verbal yang paling terlihat. Ondel ondel adalah sebuah boneka raksasa yang
menjadi icon kota Jakarta, biasanya selalu ada pada acara acara kota Jakarta.
Kata ondel ondel sendiri berarti adalah boneka dan semangat.
Observasi saya sudah berakhir dan
merasa bangga akan orang betawi yang berada di Setu Babakan Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan. Dan terima kasih sudah membaca dan semoga tulisan
saya ini bermanfaat bagi anda semua.
No comments:
Post a Comment