Observasi Gunung Kawi
Nama :
Delvina Claurincia Mukiat
Nim :
11140110104
Kelas : E1
Awalnya
setelah diberitahukan adanya tugas untuk mengobservasikan suatu kebudayaan atau
komunitas, kami bingung dan memikirkan harus pergi kemana. Setelah pembicaraan
lebih lanjut dengan teman-teman akhirnya saya beserta teman-teman saya pun
memikirkan satu tempat yang mungkin selama ini dianggap sebagai tempat yang berbau
mistis atau tempat yang menjadi tempat
orang melakukan pesugihan-pesugihan yaitu Gunung Kawi, kabupaten Malang. Kami
pun penasaran dan memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Gunung
Kawi. Saya dan kawan-kawan saya pun memulai perjalanan ke Surabaya pada tanggal
13 Desember 2012, lalu keesokan harinya tanggal 14 Desember 2012 kami
melanjutkan perjalanan kami menuju Gunung Kawi. Perjalanan kesana memakan waktu
kurang lebih 3 jam. Selama dalam perjalanan menuju Gunung Kawi banyak sekali
pemandangan yang indah yang dapat kita lihat dan udara sejuk yang dapat kita
nikmati. Setibanya disana saya dan yang lainnya agak takut juga karena
mendengar cerita bahwa Gunung Kawi bahaya karena adanya gossip-gosip kurang
baik yang beredar tentang tempat ini. Kami pun lebih berhati-hati dalam berbicara
dan menjaga sikap kami. Sesampainya disana ternyata kami mendapati cuaca yang
kurang bersahabat karena sedang hujan. Kami tiba disana pukul 12 dan ternyata
area Gunung Kawi masih belum buka karena Gunung Kawi buka pada pukul 2 siang.
Karena cuaca yang kurang baik maka kami menyewa payung untuk melindungi kami
dari hujan. Sambil menunggu area tersebut buka kami pun memutuskan untuk makan.
Disana banyak rumah makan dan beraneka makanan juga yang dijajakan. Karena ini
merupakan pertama kalinya kami mengunjungi Gunung Kawi dan kami belum
mengetahui apa saja yang ada disana kami pun mencari seseorang yang akan
menjadi pemandu selama perjalanan kami menyusuri area Gunung Kawi tersebut.
Setelah
diberitahukan bahwa area Gunung Kawi telah bisa dimasuki kami pun bergegas
untuk memasuki area tersebut. Kami membeli tiket masuk seharga 3000/orang. Selama
perjalanan menuju gerbang Gunung kawi kita bisa melihat banyak orang-orang yang
menawarkan bunga-bunga dan kemenyan
untuk sembahyang dan mayoritas yang menjual ibu-ibu. Harga yang dijual untuk
bunga 5.000 dan kemenyan 30.000. Dalam menjual bunga tersebut ibu-ibu disana
harus saling bersaing dan sangat aktif dalam menawarkannya seperti memanggil
manggil kami untuk membeli bunga tersebut. Tidak begitu jauh dari penjual
bunga-bunga disebelah kiri kita bisa melihat papan yang berisi jadwal, barang
apa saja yang diperlukan beserta daftar harganya untuk melakukan selametan dan
nadzar disana, kita juga bisa memesan selametan itu melalui telepon. Kalau
dahulu untuk melakukan selametan orang-orang membawa barang-barang yang
diperlukan itu sendiri tetapi sekarang barang-barang tersebut sudah disediakan
dan tentunya barang tersebut lebih baik karena baru dimasak jadi barang yang
diperlukan untuk selametan lebih segar dan baru, lalu kita tinggal membayar
sesuai dengan harga yang sudah tersedia. Cara ini lebih praktis tentunya karena
melihat perjalanan ke Gunung Kawi cukup memakan waktu dan orang-orang yang
datang kesana banyak dari berbagai daerah manapun, terkadang bila ada orang
yang datang dari jauh dan sudah membawa barang untuk selametan karena
perjalanan yang jauh membuat barang-barangnya menjadi tidak segar atau bahkan
busuk. Untuk masuk ke dalam ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan
peraturan tersebut ada di papan didepan Gapura. Pakaian tentunya haruslah
sopan, baik pria maupun wanita dilarang menggunakan celana pendek atau rok mini
dan jika menggunakan celana pendek maka mereka harus menggunakan kain penutup. Kain
penutup tersebut disediakan dan kita tinggal datang untuk meminta kain
tersebut. Disana juga dilarang merekam maupun memotret. Nah, begitu mulai masuk
ke dalam gapura kitabisa menemukan ukiran-ukiran orang yang ada disekitar kanan
kiri tembok gapura.
Masih
diluar gapura kita bisa melihat bekas Vihara yang terbakar, terjadinya
kebakaran tersebut dikarenakan adanya kesalahan pada pembuangan lilin, sekarang
Vihara yang baru ada di dalam Gapura, begitu masuk kita sudah bisa melihat
Vihara tersebut. namun vihara yang ada di depan masih terdapat tempat beribadah
Dewi Kwan Im dan yang membuat menarik adalah adanya peruntungan nasib atau yang
dikenal dengan Ciamsi. Siapa saja bisa melakukannya untuk melihat peruntungan
nasibnya. didekat vihara juga terdapat satu Masjid yaitu Masjid Kyai Zakaria, Masjid tersebut tadinya
hanya digunakan oleh pengurus dan pengelola Pesarean Gunung Kawi tersebut
tetapi lama kelamaan Masjid tersebut juga sudah digunakan oleh para pengunjung
dan masyarakat sekitar yang ingin beribadah. Namun Masjid Kyai Zakaria kini sudah tidak muat untuk menampung lagi kemudian
dibangunlah Masjid Agung Iman Soedjono dan arsitektur pembangunannya sudah lebih
modern tetapi Masjid yang baru ini berjarak beberapa ratus meter dari masjid
yang lama. Nah, pas masuk ke dalam tidak lama kemudian kami
diberitahukan oleh pemandu kami bahwa juru kunci dari pesarean Gunung Kawi
datang dan kami pun mendekatinya dan bersalaman. Juru kunci yang kami temui
bernama HR.Tjandra Jana, HR.Tjandra Jana tidak
sendirian karena dia bersama ayahnya yang bernama HR.Soepodojono bersama sama menjadi
juru kunci di pesarean Gunung Kawi tersebut. Kami mendatangi HR. Tjandra Jana
dengan maksud minta izin untuk bertanya-tanya sedikit tentang Gunung Kawi ini
dan ternyata beliau merupakan orang yang ramah, beliau bertanya dulu ada maksud
apa kedatangan kami dan kami pun bilang bahwa mendapatkan tugas dari
Universitas kami dan beliau mengizinkan kami masuk menemuinya. Pemandu kami pun
bilang kalau kami termasuk beruntung karena beliau mengizinkan kami langsung
masuk kedalam karena biasanya gak segampang itu untuk diizinkan masuk. hmm..
mungkin hari keberuntungan kami semua yaa.. hehehe.. kami pun masuk kedalam dan
ini merupakan kawasan anti kamera. Kami pun berhenti dengan kegiatan yang
menggunakan kamera karena takut juga macem-macem. Begitu sampai di ruangannya kami
pun melihat banyak orang-orang yang sedang sembahyang sambil membawa bunga dan
kemenyan. kami pun ditanyakan apakah ingin melakukan sembahyang. Awalnya kami
bingung apa kami ingin melakukannya namun pada akhirnya kami pun mengiyakan,
kami membeli bunga dan kemenyan serta diberikan air dari guci peninggalan mbah
djugo.
Nah,
disana ada dua area masuk, yang satu area yang ramai-ramai dan yang satu area
khusus. Maksud perbedaannya kalau yang ramai-ramai mereka berkumpul duduk di
satu tempat lalu mengumpulkan bunga serta kemenyan dan air dan nantinya
pengurus yang akan menaruhkan di makam, sedangkan area yang khusus mereka dapat
masuk langsung ke makam, menaruh kembang langsung serta berdoa di depan makam.
Dalam melangsungkan doa kita disarankan memberikan uang seikhlasnya. Kami
berkesempatan masuk di area yang khusus dan bertemu dengan juru kunci secara
langsung. Saat masuk terlihat sekali pengurus atau orang-orang yang bertugas
disana memakai pakaian adat Jawa. Pada saat masuk kedalam yang saya rasakan itu
takut, bingung, kami berfikir apa yang harus kami lakukan disini tetapi kita
gak bole memikirkan hal yang aneh-aneh.
Di dalam bisa dilihat bahwa ada dua makam yang saling berdampingan dan tertutup
oleh kain korden. Sebelum berbincang langsung dengan juru kunci kami pun berdoa
dahulu kepada dua makam yang ada disana. Pada saat ingin berdoa ada salah satu
pengurus yang memandu kami harus memulai doa darimana dan apa yang dilakukan. Makam
pertama kami berdoa ke makam Mbah Jugo, kami berlutut lalu menaburkan bunga dan
begitu juga kepada makam murid Mbah Jugo yaitu RM Imam Soedjono. setiap selesai berdoa kita
mengoleskan air yang ada disamping makam. Masing-masing air yang ada di makam
dioleskan ke kening sebanyak tiga kali. setelah selesai berdoa kami pun
langsung berbincang dengan juru kunci yaitu HR.Tjandra
Jana. Kami menanyakan seputar sejarah, desas desus yang beredar selama ini
bahwa Gunung Kawi adanya pesugihan-pesugihan dan adanya tumbal. Beliau pun
mulai memberitahukan sejarah pesarean Gunung Kawi tersebut. jadi pada awalnya
ada dua orang tokoh yang sampai saat ini masih terus dikenang. Tokoh pertama
adalah Raden Mas Kromodirejo alias Mbah Jugo dan yang kedua adalah murid dari
Mbah Jugo yang bernama RM Imam Soedjono.
RM Imam Soedjono merupakan murid kesayangan dari Mbah Jugo. Pada saat itu
masyarakat mengganggap bahwa Mbah Jugo memiliki kemampuan untuk menyembuhkan
orang-orang dari penyakit dan karena itu Mbah Jugo banyak didatangi banyak orang
untuk meminta kesembuhan dan sampai pada akhirnya Mbah Jugo pun meninggal dan
dimakamkan di Gunung Kawi. Pada saat RM Imam Soedjono yang merupakan murid dari Mbah Jugo
meninggal, muridnya pun dimakamkan di samping makam Mbah Jugo. Dimakamkan
disamping makam Mbah Jugo merupakan permintaan dari RM Iman Soedjono. Sampai
saat sekarang ini walaupun Mbah Jugo
sudah meninggal tetapi masih banyak orang yang berdatangan mendoakan dia dan meminta
kesembuhan. Masalah pesugihan, meminta tumbal dan yang lainnya itupun di
klarifikasi oleh HR. Tjandra Jana.
Beliau mengatakan bahwa tidak ada sama sekali hal-hal yang seperti itu dan Mbah Jugo disini hanya dianggap sebagai perantara doa kita semua kepada Tuhan YME. jadi pada
dasarnya ini hanyalah masalah kepercayaan dari pribadi setiap orang. Setiap
orang yang datang kesana pasti diberitahukan bahwa berdoalah atas
kepercayaannya masing-masing, jadi tidak ada paksaan harus mengikuti mereka
yang beragama islam. Orang-orang yang datang untuk berdoa disana bukanlah hanya
islam tetapi banyak orang Tionghoa dan beragama non-islam yang datang untuk
berdoa. Mereka tidak membeda-bedakan satu sama lainnya. Setiap orang yang
berdoa bisa siapa saja dan tidak dibatasi oleh agama, etnis.
(pohon Dewandaru) (barang yang didapat setelah berdoa dimakam)
(pohon Dewandaru) (barang yang didapat setelah berdoa dimakam)
Disana juga terdapat satu pohon yang dipercayai oleh
orang-orang dapat membawa keberuntungan yaitu pohon Dewandaru. Konon katanya
jika seseorang berada di dekat pohon tersebut dan kejatuhan oleh buahnya maka orang tersebut akan mendapatkan
keberuntungan atau rejeki. Buah yang kejatuhan tadi harus diambil lalu bisa
dimakan atau tetap disimpan. Maka tidak heran setiap orang yang mengunjungi
Pesarean mencoba peruntungan berdiri di dekat Pohon Dewandaru siapa tau mereka
akan kejatuhan buahnya. Namun, untuk mendapatkan buah tersebut sangat sulit
karena harus menunggu buah itu berwarna kehitaman dan siapa yang beruntung akan
kejatuhan oleh buah tersebut. Ada beberapa orang yang konon sukses berkat
doanya di Gunung Kawi tersebut contohnya seperti Bentoel dan juga salim grup. Biassanya
orang-orang yang sudah berhasil akan melakukan syukuran disana seperti contohnya
seperti salim grup yang rutin datang ke Pesarean. Jika melihat diruangan berdoa
banyak sekali jam yang besar dan bermacam-macam bentuknya dan jam-jam yang ada
diruangan tersebut merupakan pemberian syukur dari orang-orang yang sudah
berhasil. HR. Tjandra Jana juga menceritakan beberapa orang yang datang kepada dia
dan meminta kekayaan secara cepat dengan cara memberikan tumbal bahkan orang
tersebut ingin merelakan anaknya sendiri, namun HR. Tjandra Jana pun menolak
karena beliau tidak mempunyai kuasa atas itu semua.
Setelah kami selesai melakukan wawancara, kami pun pergi ke
tempat dimana ada dua guci peninggalan Mbah Jugo dan guci itu sekarang
digunakan untuk menyimpan air suci dan katanya air suci tersebut bisa untuk
menyembuhkan penyakit, membuang kesialan. Kami masing-masing diberikan segelas
air untuk diminum dan dioleskan ke wajah. Sebelum meminum airnya kita terlebih
dahulu mengucapkan doa serta keinginan kita lalu kemudian meminum air itu
sebanyak tiga kali dan sisanya dioleskan ke wajah sebanyak tiga kali dan
katanya jika mengoleskan air ke wajah kita bisa membuat kita awet muda. Kami
pun pergi mengunjungi tempat kediaman Mbah Jugo yang dahulu tetapi tempat itu
sekarang sudah kosong. Tempat itu berada dibawah di dekat para penjual makanan.
Dan disekitar Pesarean Gunung Kawi juga disediakan penginapan jadi para
pendatang bisa menginap disana.
Acara-acara yang dilakukan di Pesarean Gunung Kawi juga
beragam. Setiap hari Pesarean tersebut melakukan selametan sebanyak tiga kali
pada jam 10.00, 15.00, dan 21.00. pada saat jumat legi, natal, tahun baru, dan
hari raya idul fitri acara hanya dilakukan sekali saja karena rame dan terlalu
banyaknya pesanan untuk selametan dan acara tersebut dilaksanakan pada pukul
24.00. acara lain yang diperingati adalah Kyai Zakaria II yang diperingati pada
tanggal 1 selo serta Khol Raden Mas Iman Soedjono setiap tanggal 12 suro.
Teori terkait pada observasi adalah
secara komunikasi non verbal karena bisa dilihat dari cara mereka melakukan komunikasi
melalui bunga dan kemenyan. dengan cara itu mereka berkomunikasi dan dapat
menyatakan sikap serta perasaan yang sedang dirasakan. dalam kepercayaan mereka
ini juga berkaitan dalam tradisi supranatural/religius untuk pengobatan
penyakit. Pengobatan dilakukan tergantung pada budayanya masing-masing seperti
Mbah Jugo yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. di Pesarean Gunung Kawi
tersebut juga seperti dalam karakteristik budaya yang saya baca yaitu budaya itu diturunkan dari
satu generasi ke generasi lainnya, jadi seperti di pesarean Gunung Kawi yang
akan mengurus pesarean tersebut adalah keturunan juru kunci tersebut dan yang
dilakukan oleh juru kunci yang sekarang adalah ajaran dan kebiasaan dari juru
kunci yang sebelumnya. di Pesarean juga tidak adanya perbedaan dan saling
membeda bedakan satu sama lainnya. Baik dari agama apapun, etnis apapun mereka
hanya mempunyai tujuan yang sama yaitu berziarah dan berdoa.
No comments:
Post a Comment