Gunung Ulah Dilebur, Lebak Ulah Dirusak
Nama : Aloysius Primasyah
NIM : 11140110170
“Gunung ulah dilebur, Lebak ulah dirusak”
merupakan semboyan dari sebuah suku di Jawa Barat yang bernama Baduy sebagai
bentuk kewajiban mereka untuk melestarikan dan menjaga alam. Mungkin kita sudah
sering mendengarnya, namun tidak semua dari kita tahu seperti apa keadaan sebenarnya disana. Bayangkan saja mereka berjalan kemanapun dengan tidak
menggunakan alas kaki dan kendaraan, tidak menggunakan sabun dan shampo untuk
mandi. Apakah mereka sanggup untuk bertahan hidup tanpa mengikuti peradaban dan
tanpa menggunakan listrik? Bagaimanakah sikap mereka terhadap orang orang luar
suku baduy dan pendatang? Dan oleh sebab itu untuk mengobati rasa penasaran
kita akan indahnya budaya Indonesia khususnya Baduy, tidak ada salahnya untuk
berkunjung dan berusaha untuk berbaur sehingga dapat merasakan kehidupan mereka
secara langsung.
How To Get There
Suku Baduy terletak di desa Ciboleger, Lebak,
Banten dan terdiri dari dua bagian, baduy luar dan baduy dalam. Untuk menuju
kesana dapat menggunakan jasa kereta api, bis, bahkan kendaraan pribadi. Jika
anda memutuskan untuk menggunakan kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan
mobil mislanya, anda diwajibkan untuk meninggalkan kendaraan anda di terminal
ciboleger karena untuk mencapai ke pemukiman suku baduy tidak dapat menggunakan
kendaraan. Setelah itu anda dikenakan retribusi parkir sebesar Rp.15.000,00.
Anda juga dapat menggunakan kendaraan umum, bis dan kereta api tujuan
rangkasbitung kemudian harus naik kendaraan umum ke terminal awey. Dari
terminal awey anda tinggal mencari kendaraan umum yang berjenis elf
tujuan terminal ciboleger.
Sekilas Sejarah
Sebagai salah satu suku tertua yang ada di
Indonesia, suku Baduy memiliki peranan penting dalam peradaban khususnya di
pulau Jawa. Asal muasal suku Baduy terbentuk sekitar abad ke XI dan XII ketika
Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor,
priangan sampai ke wilayah Cirebon. Kemudian pada sekitar abad ke XV dengan
masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat
dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini adalah SUNAN GUNUNG JATI dari
Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah Banten, sehingga
kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh karena rakyatnya banyak yang memeluk
agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa yang masih setia
meninggalkan kerajaan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti hulu
sungai, dan meninggalkan tempat asalnya.
Keturunan ini yang sekarang bertempat tinggal di
kampong Cibeo (Baduy Dalam). Biasanya di desa cibeo inilah yang diperbolehkan
dan sering didatangi banyak pendatang dari luar. Sebenarnya suku baduy sendiri
masih memiliki 2 desa lainnya yaiitu Cikeusik dan Cikatawana. Ciri-ciri suku
baduy dalam ini yang selalu mereka gunakan berbaju putih hasil jaitan tangan (
baju sangsang ), ikat kepala putih, memakai sarung biru tua ( tenunan sendiri )
sampai di atas lutut. Mereka juga selalu menggunakan ikat tangan berwarna putih
yang terbuat dari kapas mereka menamakannya telekung, penduduk baduy mempercayai bahwa telekung ini akan
berguna untuk tolak bala.
Sifat dan penampilannya jarang bicara ( seperlunya )
namun mereka tetap ramah gaya berbicara mereka cenderung (high contact) atau
lebih memikirkan bagaimana cara berbicaranya dibanding isi pesannya, kuat terhadap
Hukum adat, tidak mudah terpengaruh, berpendirian kuat tapi bijaksana. Mereka
juga tidak memperbolehkan untuk membawa elektronik apapun dan cenderung sangat
tertutup dengan budaya luar (extrovert) .
Proses konstruksi rumah tradisional suku Baduy |
Suku baduy juga memiliki pengelompokan. Yaitu suku baduy
luar dan suku baduy dalam. Yang dimaksud suku baduy luar adalah dari
percampuran suku-suku yang pada waktu itu ada yang berasal dari daerah
Sumedang, Priangan, Bogor, Cirebon juga dari Banten. Jadi kebanyakan mereka itu
terdiri dari orang-orang yang melangggar adat istiadat suku baduy dalam maka
mereka di keluarkan.
Golongan ini pun ikut terdesak oleh perkembangan agama
Islam sehingga kabur terpencar kebeberapa daerah perkampungan tapi ada juga
yang kabur kehutan belantara, sehingga ada yang tinggal di Guradog kecamatan
Maja, ada yang terus menetap di kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada
yang menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka
ditempat-tempat tersebut di atas masih ada kesamaan cirikhas tersendiri. Adapun
sisanya sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang,
Ciujung dan sungai Cisimeut yang masing-masing menuju ke hulu sungai, dan
akhirnya golongan inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping (
Baduy Luar ) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan
cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh
bepergian dengan naik kendaraan, berladang berpindah-pindah, menjadi buruh
tani, mudah diajak berbicara tapi masih tetap terpengaruh adanya hukum adat
karena mereka masih harus patuh dan taat terhadap Hukum adat. Kini sebutan
bagi suku Baduy terdiri dari :
- Suku Baduy Dalam yang artinya suku Baduy yang berdomisili di Tiga
Tangtu ( Kepuunan ) yakni Cibeo, Cikeusik dan Cikertawana.
-
Suku Baduy Panamping artinya suku Baduy yang bedomisili di luar
Tangtu yang menempati di 27 kampung di desa Kanekes yang masih terikatoleh
Hukum adat dibawah pimpinan Puuun ( kepala adat ).
-
Suku Baduy Muslim yaitu suku Baduy yang telah dimukimkan dan telah
mengikuti ajaran agama Islam dan prilakunya telah mulai mengikuti masyarakat
luar serta sudah tidak mengikuti Hukum adat.
Sebenarnya sebutan suku Baduy berasal dari daerah dimana mereka bermukim yang bernama gunung
baduy. Para pengunjung yang menamakan para penduduk setempat Suku baduy. Peralatan dan Teknologi Kehidupan orang Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah dengan menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana. Dalam adat Baduy terutama Baduy Dalam, masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang sudah modern. Mereka mengandalkan peralatan yang masih sangat primitive seperti bedog, kampak, cangkul, Somong yaitu gelas dr bambu minuman khas suku baduy tuak aren yang berasal dari pohon aren rasanya manis hampir serupa dengan air kelapa. Mereka masih menggunakan bambu yang di potong dan di bentuk, mereka menamainya dengan Kaleder yaitu bambu yang digunakan untuk mengambil air.
Kaleder (Bambu untuk mengambil air) |
Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Baduy yang paling utama adalah bercocok tanam padi dan berkebun serta membuat kerajinan koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang. Penghasilan dr tenun kain, 1m bs smp 350rb. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.
Kehidupan orang Baduy
berpenghasilan dari pertanian, dimulai pada bulan keempat kalender Baduy yang
dimulai dengan kegiatan nyacar yakni membersihkan semua belukar untuk menyiapkan
ladang. Ada 4 jenis ladang untuk padi gogo yaitu Huma serang, merupakan suatu
ladang suci bagi mereka yang berpemukiman dalam. Huma tangtu merupakan ladang
yang dikerjakan oleh orang Baduy Dalam yang meliputi Huma tuladan atau huma
jaro. Huma penamping merupakan ladang yang dikerjakan oleh orang Baduy diluar
kawasan tradisional.
Suku Baduy bukan merupakan suku
terasing melainkan suatu suku yang mengasingkan diri dengan pola kehidupannya
patuh terhadap hukum adat, hidup mandiri denga tidak mengharapkan yang sifatnya
bantuan dari orang lain / orang luar, menutup diri dari pengaruh budaya yang
akan masuk dari luar. Kalaupun sekarang suku baduy sudah menjadi salah satu
tempat pusat pariwisata bagi para pendatang-pendatang yang memiliki keinginan
mempelajari kekayaan kebuadayaan suku baduy, para penduduk hanya menerima suka
rela pemberian dari para wisatawan. Adapun cara hidup mereka baik dengan
sesama warga, bergotong royong, taat terhadap adat.
Penduduk suku baduy dalam terutama mereka meiliki
keyakinan pada leluhurnya. Leluhurnya sekalipun tidak tersurat tetapi tersirat
dalam ingatan sehingga patuh dan taat terhadap peraturan hokum adat yang
dipimpin oleh Kepala Adat ( Puun ). Suku baduy dalam tidak memiliki KTP atau
tanda pengenal lainya seperti penduduk-penduduk desa lain, namun jika mereka
ingin berpergian mereka akan dibuakan kartu tanda pengenal atau surat jalan.
Suku baduy dalam juga cenderung memiliki sikap yang Etnosentrisme atau mereka mengganggap budaya merekalah yang paling
baik dan benar dibanding budaya-budaya lainnya.
Sanksi Dan Hukuman Suku Baduy
Hukuman
disesuaikan dengan kategori pelanggaran, yang terdiri atas pelanggaran berat
dan pelanggaran ringan. Hukuman ringan biasanya dalam bentuk pemanggilan
sipelanggar aturan oleh Pu’un untuk diberikan peringatan. Yang termasuk ke
dalam jenis pelanggaran ringan antara lain cekcok atau beradu-mulut antara dua
atau lebih warga Baduy.
Hukuman
Berat diperuntukkan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat. Pelaku
pelanggaran yang mendapatkan hukuman ini dipanggil oleh Jaro setempat dan
diberi peringatan.
Menariknya, yang namanya hukuman berat disini adalah jika
ada seseorang warga yang sampai mengeluarkan
darah setetes pun sudah dianggap berat. Berzinah dan berpakaian ala orang kota.Banyak
larangan yang diatur dalam hukum adat Baduy, di antaranya tidak boleh bersekolah, dilarang memelihara ternak berkaki
empat, tak dibenarkan bepergian dengan naik kendaraan, dilarang memanfaatkan
alat eletronik, alat rumah tangga mewah dan beristri lebih dari satu.
Lumbung Padi |
Pernikahan Suku Baduy
Di dalam proses
pernikahan pasangan yang akan menikah selalu dijodohkan dan tidak ada yang
namanya pacaran. Orang tua laki-laki akan bersilaturahmi kepada orang tua
perempuan dan memperkenalkan kedua anak mereka masing-masing. Setelah
mendapatkan kesepakatan, kemudian dilanjutkan dengan proses 3 kali lamaran. Tata
cara pernikahan orang baduy:
-
Tahap Pertama, orang tua laki-laki harus melapor ke Jaro
(Kepala Kampung) dengan membawa daun sirih, buah pinang dan gambir secukupnya.
-
Tahap kedua, selain membawa sirih, pinang, dan gambir,
pelamaran kali ini dilengkapi dengan cincin yang terbuat dari baja putih
sebagai mas kawinnya.
-
Tahap ketiga, mempersiapkan alat-alat kebutuhan rumah tangga,
baju serta seserahan pernikahan untuk pihak perempuan. Uniknya, dalam ketentuan
adat, Orang Baduy tidak mengenal poligami dan perceraian. Mereka hanya
diperbolehkan untuk menikah kembali jika salah satu dari mereka telah
meninggal.
Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan,
yaitu sistem nasional, yang mengikuti
aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat.
Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi perbenturan. Secara nasional penduduk Kanekes dipimpin oleh
kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat,
sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu
"puun". Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah
"puun" yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung
turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga
kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan puun tidak ditentukan, hanya berdasarkan
pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.
Kayu bakar sebagai bahan pokok dalam rumah tangga suku baduy |
Pemerintahan, Kesenian dan Bahasa
Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat kapuunan
(kepuunan) dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan,
yaitu jaro tangtu, jaro dangka, jaro tanggungan, dan jaro
pamarentah. Jaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum
adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus,
dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro
dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu
disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut
sebagai jaro tanggungan. Adapun
jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat
Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwa,
carik, dan kokolot lembur atau tetua kampung
Dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, masyarakat yang memiliki konsep inti
kesederhanaan ini belum pernah mengharapkan bantuan dari luar. Mereka secara
mandiri dengan cara bercocok tanam dan berladang. Selain itu mereka menjual
hasil kerajinan seperti Koja dan Jarog(tas yang terbuat dari kulit kayu),
tenunan berupa selendang, baju, celana, ikat kepala, sarung, golok, parang dan
berburu. Dalam melaksanakan upacara tertentu, masyarakat Baduy
menggunakan kesenian untuk memeriahkannya. Adapun keseniannya yaitu:
- Seni Musik (Lagu daerah yaitu Cikarileu dan
Kidung ( pantun) yang digunakan dalam acara pernikahan).
-
Alat musik
(Angklung Buhun dalam acara menanan padi dan alat musik kecapi)
-
Seni Ukir Batik.
- Seni tenun
Seni menenun yang dilakukan oleh wanita suku Baduy |
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi
dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun
mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes
dalam atau baduy dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat istiadat,
kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan
lisan saja. Mayoritas masyarakat Baduy Sunda namun mereka tak menutup diri
untuk terus mempelajari Bahasa nasional yakni bahasa Indonesia. Terbukti, tidak
sedikit masyarakat Baduy yang dapat berbahasa Indonesia.
Kepercayaan dan Ritual Adat
Suku
Baduy yang merupakan suku tradisional di Provinsi Banten hampir mayoritasnya
mengakui kepercayaan sunda wiwitan. Yang mana kepercayaan ini meyakini akan
adanya Allah sebagai “Guriang Mangtua” atau disebut pencipta alam semesta dan
melaksanakan kehidupan sesuai ajaran Nabi Adam sebagai leluhur yang mewarisi
kepercayaan turunan ini. Kepercayaan sunda wiwitan berorientasi pada bagaimana
menjalani kehidupan yang mengandung ibadah dalam berperilaku, pola kehidupan
sehari-hari,langkah dan ucapan, dengan melalui hidup yang mengagungkan
kesederhanaan (tidak bermewah-mewah) seperti tidak mengunakan listrik, tembok, mobil,
dll.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat
Baduy menurut kepercayaan sunda wiwitan yaitu Upacara Kawalu yaitu upacara yang
dilakukan dalam rangka menyambut bulan kawalu yang dianggap suci dimana pada
bulan kawalu masyarakat baduy melaksanakan ibadah puasa selama 3 bulan yaitu
bulan Kasa,Karo, dan Katiga. Upacara ngalaksa yaitu upacara besar yang
dilakukan sebagain uacapan syukur atas terlewatinya bulan-bulan kawalu, setelah
melaksanakan puasa selama 3 bulan. Ngalaksa atau yang sering disebut lebaran.
Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah
atau pusat yang bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat baduy
dengan pemerintah, dan merupakan bentuk penghargaan dari masyarakat
baduy.Upacara menanam padi dilakukan dengan diiringi angklung buhun sebagai
penghormatan kepada dewi sri lambing kemakmuran.
Penduduk suku baduy memiliki
acara adat dan mereka menamakannya Lima Kelahiran yang dilakukan melalui urutan
kegiatan yaitu:
1. Kendit yaitu upacara 7 bulanan
ibu yang sedang hamil.
2. Saat bayi itu lahir akan
dibawa ke dukun atau paraji untiuk dijampi-jampi.
3. Setelah 7 hari setelah
kelahiran maka akan diadakan acara perehan atau selametan.
4. Upacara Angiran yang
dilakukan pada hari ke 40 setelah kelahiran.
5. Akikah yaitu dilakukannya
cukuran, khitanan dan pemberian nama oleh kokolot
Perkawinan,
dilakukan berdasarkan perjodohan dan dilakukan oleh dukun atau kokolot menurut
lembaga adat (Tangkesan) sedangkan Naib sebagai penghulunya. Adapun mengenai
mahar atau seserahan yakni sirih, uang semampunya, dan kain poleng.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya masyarakat baduy disesuaikan
dengan penanggalan:
1.
Bulan Kasa
2.
Bulan Karo
3.
Bulan Katilu
4.
Bulan Sapar
5.
Bulan Kalima
6.
Bulan Kaanem
7.
Bulan Kapitu
8.
Bulan Kadalapan
9.
Bulan Kasalapan
10.
Bulan Kasapuluh
11.
Bulan Hapid Lemah
12.
Bulan Hapid Kayu.
Seperti yang telah diuraikan diatas, apabila ada masyarakat baduy yang
melanggar salah satu pantangan maka akan dikenai hukuman berupa diasingkan ke hulu
atau dipenjara oleh pihak yang berwajib. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan
dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan
sehari-hari orang Kanekes.
Kesimpulan
Banyak sekali pelajaran yang dapat diambil dan
dipelajari setalah berkunjung dan mempelajari kekayaan dari kebudayaan suku
baduy. Bagaimana cara mereka hidup dengan kembali pada alam dan dekat dengan
alam membuat kita semakin mensyukuri dan memahami kasih karunia yang sudah
Tuhan berukan pada kita umat manusia. Hanya saja sayangnya tekadang banyak
sekali manusia-manusia yang tidak dapat memahami apa yang sudah tuhan berikan.
Kekayaan alam merupakan hal terindah yang diberikan Tuhan secara cuma-cuma dan
patut kita nikmati dan lestarikan. Selalu mencoba bersyukur atas segala
keindahan yang kita miliki sekarang ini. Dan suku baduypun memberikan pelajaran
yang sangat berarti bagi saya, karena saya merasakan secara tidak langsung bahwa alamlah yang mengontrol kita, bukan kita yang mengontrol alam. Jika kita
menjaga alam dan melestarikannya, maka alam akan memberikan segala bentuk
keindahannya kepada kita sedangkan jika kita merusaknya, maka alampun akan
memberikan hal yang serupa terhadap kita, seperti yang sudah banyak terjadi
belakangan ini. Oleh sebab itu akhir kata saya ucapkan terima kasih dan
teruslah menjaga dan melestarikan alam semesta kita demi kehidupan bersama yang
lebih baik.
Nih pak barbuknya, with A'a Syarif |
bulan hari apa aja sih yang ga boleh dikunjungin ? terimakasih
ReplyDeleteAssalamualaikum Salam sejahtera untuk kita semua,
DeleteSengaja ingin menulis sedikit kesaksian untuk berbagi, barangkali ada teman-teman yang sedang kesulitan masalah keuangan
Awal mula saya mengamalkan Pesugihan Tanpa Tumbal karena usaha saya bangkrut dan saya menanggung hutang sebesar 800juta saya stres hampir bunuh diri tidak tau harus bagaimana agar bisa melunasi hutang saya, saya coba buka-buka internet dan saya bertemu dengan kyai sukmo joyo, awalnya saya ragu dan tidak percaya tapi selama 3 hari saya berpikir, saya akhirnya bergabung dan menghubungi KYAI SUKMO JOYO kata Pak.kyai pesugihan yang cocok untuk saya adalah pesugihan penarikan uang gaib 5Milyar dengan tumbal hewan, Semua petunjuk saya ikuti dan hanya 1 hari Astagfirullahallazim, Alhamdulilah akhirnya 5M yang saya minta benar benar ada di tangan saya semua hutang saya lunas dan sisanya buat modal usaha. sekarang rumah sudah punya dan mobil pun sudah ada. Maka dari itu, setiap kali ada teman saya yang mengeluhkan nasibnya, saya sering menyarankan untuk menghubungi kyai sukmo joyo di 082399985954 situsnya www.sukmo-joyo.blogspot.co.id agar di berikan arahan. Toh tidak langsung datang ke jawa timur, saya sendiri dulu hanya berkonsultasi jarak jauh. Alhamdulillah, hasilnya sama baik, jika ingin seperti saya coba hubungi kyai sukmo joyo pasti akan di bantu
Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf jika postingan ini menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya yang mengubah kehidupan saya menjadi sukses. Perkenalkan terlebih dahulu saya Suci Andini tinggal di Riau,dulu saya berprofesi sebagai penjahit namun himpitan ekonomi yakni hutang piutang dalam membangun usaha saya kian semakin besar tapi saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap ikhtiar, pada suatu hari saya membuka buka internet tidak sengaja saya melihat postingan seseorang yang sama seperti keadaan saya tapi beliau sudah berhasil,beliau dibantu oleh Kyai H. Sakti Mangunkarso tanpa pikir panjang saya menghubungi beliau, saya diberikan pencerahaan dan solusi, pada awalnya saya ragu ragu tapi saya coba memberanikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar dan sekarang saya punya beberapa mini market dan penginapan didaerah Riau,terimah kasih saya ucapkan pada Kyai H. Sakti Mangunkarso sebab berkat beliau saya bisa seperti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau Kyai Sakti Mangunkarso beliau orangnya ramah ini nomor beliau 0852 1117 4125 ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata sekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb....allahuakbar....allahuakbar....allahuakbar.
ReplyDeleteEeeaaaayalaaaaahh... Makjleb
ReplyDeleteTop admin
ReplyDeleteBisakah minta tolong nyebutin 9 fisafah suku badwi dalam
ReplyDeleteKoreksi :
ReplyDeleteSuku Baduy berada di provinsi Banten, bukan jawa barat.