11140110006
Kelas : F
- Kampung naga -
Indonesia adalah negara dengan ribuan pulau dan budaya yang
melintas dari sabang sampai merauke di mana Indonesia sebagai negara
multicultural memiliki sesuatu yang unik untuk kita jelajah salah satunya
tentang bagaimana suatu budaya dapat bertahan dengan ancaman budaya modern atau
juga satu budaya dengan budaya lain nya dan apa yang mereka lakukan sehingga
masi dapat bertahan hingga sekarang , di
sini saya akan membahas tentang suatu budaya di Indonesia yaitu budaya di Kampung naga yang
terletak di daerah Tasikmalaya,
tepatnya di Desa Neglasari , kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya – provinsi
Jawa Barat. Kata Naga berasal dari kata Nagawir yang berarti kampung di bawah
lembah dan di kelilingin oleh tebing tebing , tidak ada hubungan dengan ular
naga atau binatang naga , di karnakan untuk mempermudah menyebutkan nama
kampung tersebut maka seiring waktu kampung ini di namakan kampung Naga .
27 Desember 2012 saya dan keluarga
pergi untuk berwisata ke Garut dan kami menginap di hotel Sumber Alam dan menghabiskan
1 hari kami berjalan jalan lalu ke esokan harinya saya dan keluarga pergi
mengobservasi budaya di kampung Naga , kami berangkat dari pagi hari pukul 9
pagi dan tiba pada pukul 10 , kami bersyukur karna jalanan tidak ada hambatan
yang berarti , sepanjang perjalanan kami melewati gunung gunung dan pemandang
yang indah , sesampai nya di sana kami
pun langsung Melihat sebuah tugu yang besar yang bernama “ TUGU KUJANG PUSAKA “ Setelah melewati Tugu tersebut kami
melanjutkan perjalanan dengan tour guide kami Mang Adi yang membawa kami
memasuki daerah kampung Naga dan untuk memasuki kampung Naga kami harus
melewati 439 anak tangga di sepanjang perjalanan menuju Kampung naga terdapat
pemandangan alam yang masi begitu asri dan hijau walupun matahari cukup terik membuat perjalanan ke kampung naga tidak
begitu terasa dan ketika kami hampir memasuki kampung Naga maka dapat kami lihat di sebelah kanan akan ada
sawah yang luas dikarnakan memang rata-rata pekerjaan penduduk kampung
Naga adalah bertani namun hasil tani tersebut tidak semua untuk di jual
melainkan kebanyakan untuk di makan atau di olah sendiri .
Di Kampung Naga
sendiri terdapat 108 Kepala keluarga dengan 113 bangunan dan total warga 314
jiwa dengan luas area sekitar 1 setengah hektar untuk kepemimpinan nya sendiri
di kampung naga terdapat RT dan Rw namun ada juga Kuncen sebagai pemimpin dalam
ziarah makam , Pundu yang bertugas untuk melayani dan membantu warga serta Lebe
yang mengurusi segala sesuatu tentang jenazah dari pemakaman , pemandian , dan
sebagainya , Jabatan inipun berlaku semumur hidup jika di rasa masi sanggup
yang biasa nya jabatan ini juga di
teruskan secara turun temurun .
Ketika kami memasuki kampung naga maka bangunan yang terlihat pertama kali adalah sawung sawah yang berguna untuk ber istirahat saat jika ingin panen namun pemilik sawung ini sudah tidak lagi tinggal lagi di kampung naga namun tempat nya boleh di pakai oleh para warga kampung naga , selain itu sawung ini juga dapat di gunakan untuk menyimpan hasil panen sementara .
Masuk lebih dalam lagi maka kita akan melihat
rumah rumah pemukiman di kampung naga yang semua bentuk nya sama dan setelah
melaju lebih lagi maka kita dapat melihat ada tempat untuk berternak , seperti
ternak ikan , kambing atau juga ayam di sekililing pemukiman juga terdapat
kolam kolam ikan , setelah itu terdapat saung untuk menumbuk yang bernama Halu
, sedangkan di sini tempat untuk buang air besar ada yang tertutup semua ada yang
setengah badan . Saat memasuki balai desa
orang orang yang pernah berkunjung ke kampung Naga akan meninggalkan jejaknya
dengan menulis nama dengan tanda tangan di buku pengunjung yang sudah di
sediakan dan warga kampung naga sendiri memiliki budaya konteks tinggi dan
ketika kita perhatikan warga kampung naga berbicara cukup cepat dan masih
terbawa dialeg sunda .
Letak dan batas batas Kampung Naga
Kampung ini secara terdaftar berada
di wilayah Tasikmalaya, tepatnya di Desa Neglasari , kecamatan Salawu,
kabupaten Tasikmalaya – provinsi Jawa Barat. Kampung
Naga juga tidak terletak jauh dari kota Garut kurang lebih 1jam menggunakan
mobil pribadi. Sebelah
Timur kampung naga di batasi oleh Hutan larangan , kenapa di sebut keramat/larangan
? di sebut keramat bukan karna ada
hantu dan sebagai nya tetapi di karnakan para warga kampung naga mencintai
hutan dan alam sehingga tidak diperbolehkan merusak alam atau menebang pohon
sembarangan bahkan membunuh hewan ,di tambah dengan ada beberapa makam leluhur
dari kampung naga di dalam hutan tersebut sedangkan di sebelah selatan dibatasi
oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh kali
Wulan . Kampung naga juga Pemukimannya di batasi oleh pagar pagar .
Sejarah dan Fakta
Pada abad 14 Islam turun ke kampung
Naga dan masuk ke kampung naga namun tidak ada Masjid namun hanya Sholat di
bebatuan yang di sebut “ Bekas Pengsholatan .
Kampung naga sempat Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah
kampungnya dengan istilah "Pareum Obor yang berarti mati, gelap daan obor
itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu yang di artikan Matinya
penerangan.Hal ini di sebabkan Warga kampung Naga sendiri tidak tau jelas asal
usul dari kampung Naga tersebut karna dokumen ataupun jejak budaya
terdahulu,kampung naga sendiri sudah terbakar hangus oleh DI/TII yang pada saat
itu ingin “ meng-Islamkan “ negara
Indonesia namun tidak di sambut baik oleh warga kampung naga yang mementingkan
kebersamaaan tanpa membedakan agama dan lebih berpihak pada pihak republik,
namun karna langkah ini juga kampung naga di bakar hangus oleh DI/TII pada
tahun 1956 di bawah kepemimpinan Kartosoewiryo.
Kampung naga juga menolak untuk
memakai listrik bukan karna listrik tidak sampai di kampung naga , karna pada
masa kepemimpinan Pak Harto pun kampung naga sudah di tawarkan untuk memaki
listrik namun - ---warga kampung naga percaya dengan adanya listrik maka akan dapat
menimbulkan kesenjangan sosial antar warga yang dapat merusak solidaritas serta
kebersamaan antar warga dan juga karna rumah rumah di kampung naga masi menggunakan bambu makan di takutkan jika ada
listrik yang konslet akan menyebakan kebarakan yang dapat merusak seluruh
bangunan di kampung Naga .
- -Hanya tersisa 2 –
3% warga kampung Naga yang masi tinggal di daerah asli kampung Naga sedangkan
sisanya sudah tinggal berpencar di luar kampung naga .
- -Warga kampung
naga memakai air dari sungai Ciwulan untuk mandi , cuci piring namun untuk
memasak memakai mata air sendiri dari pegunungan yang di ambil lansung tidak di
alirkan ke setiap rumah .
-
-Sampah di kumpulkan di satu tempat dan di
bakar lalu di jadikan pupuk .
-Proses memanen di kampung Naga
biasanya para warga di ambil dengan tangkai tangkai nya setelah itu melepaskan
butiran padi pada tangkai nya di tempat penumbuk kedua , setelah itu tangkai
bisa di jadikan sapu sedangkan kulit padinya bisa di jadikan makanan ayam
ataupun ikan .
-Kampung Naga saat musim hujan
kekurangan air sedangkan pada musim kemarau air subur di karnakan saat kemarau
semua air masuk ke kampung naga .
-Warga kampung naga melakukan 1 tahun
persiapan untuk mencari barang yang di butukan untuk membuat rumah di kampung
naga karna barang seperti kayu tepus cukup sulit untuk di cari .
- Saat gempa warga kampung naga
memasuki rumah mereka tidak keluar dari rumah mereka .
Bentuk dan Komponen bangunan
Rumah rumah dan bangunan yang ada di
kampung naga terbuat dari kayu mangli dan pohon alba yang di serut sendiri
tanpa menggunakan listrik ( tradisional ) . Satu rumah memiliki dua pintu ,
pintu yang kosong menadakan ruang tamu sedangkan pintu dengan anyaman sasak
menandakan dapur dan pintu hanya ada di depan rumah tidak ada pintu di belakang
dan rumah warga kampung naga biasanya membelakangi atau saling berhadapan untuk
tidak menganggu satu sama lain jika mengerjakan pekerjaan di depan rumah
sedangkan atap rumah warga kampung naga di dapat dari pohon tepus yang mereka
dapatkan dari gunung , dan menggunakan tali untuk pemasangan atap dari rumah
kampung naga ini dan kira kira bangunan di kampung naga dapat bertahan 15-20
tahun namun sayangnya jika terjadi kebocoran maka seluruh atap harus di cabut
dan di ambil semua untuk kemudian di buat ulang , fondasi dari rumah di kampung
naga ini juga hanya menggunakan batu dan hanya di tempel dan tidak terpengaruh
banyak saat gempa terjadi karna struktur rumahnya mengikuti arah gempa tidak
berlawanan . Di bawah rumah kampung naga
ini juga merupakan tempat untuk ayam – ayam , jarak antar rumah cukup lumayan
karna warga kampung naga tidak mau menganggu satu sama lain dan ingin mempunyai
ruang gerak pribadi .
Kepercayaan ( Religi ) dan Adat
Warga Kampung Naga pada dasarnya
beragama Muslim dan berbicara tentang agama maka Osborne mengatakan “ agama dan
perilaku tidak dapat di pisahkan , memuja suatu yang sakral bukanlah suatu hal
yang dapat di pisahkan dari kehidupan sehari – hari karna itu merupakan
kehidupan “ ini juga yang terjadi di
kampung naga di mana semua warga kampung naga menjalankan ritual serta adat
istiadat seperti pemeluk agama Muslim lain pada umum nya namun bukan berarti
mereka tidak menerima agama lain karna
mereka menerima pemeluk agama lain untuk masuk dan berinteraksi .
Para warga kampung naga pada umum nya
berpegang pada 1 kata dalam menjankan kehidupan moral sehari - harinya yaitu :
“ Pamalik” ( pantangan ) yang di maksud di sini adalah
suatu tindakan yang baik akan mendapat hasil yang baik begitu juga sebaliknya
sehingga ada pantangan pantangan yang tidak boleh di langgar hal ini juga
merupakan worldview dari para warga kampung naga .
Acara adat di Kampung Naga juga hanya
di ikutin oleh para pria sedangkan para wanita membuat nasi tumpeng untuk di
doakan dan di makan bersama-sama setelah upacara selesai di lakukan .
Acara adat di kampung Naga di lakukan
6x setahun sesuai dengan hari besar Islam yaitu Muharam , Idul Adha , Idul
Fitri , Syaban , Rajab serta Rabiul awal
.
Di dalam kampung naga terdapat 3 tempat yang di tabukan oleh para
warga kampung naga yaitu Bekas Pengsholatan , bekas lumbung padi dan bumi agung
( tempat lembaga adat ) yang suci dan tidak boleh di foto .
Para warga kampung Naga juga percaya
bahwa Alam tidak akan memberi bencana karna Alam itu Rohman Rohim dan para
warga juga masi tergantung pada Alam yang membuat alam harus di lestarikan
karna jika kita mencintai alam , alam kan menjaga kita , karna hal ini pula
mereka tidak setuju dengan penebangan hutan secara besar besaran dan ganti
dengan komplek , hal ini juga yang menjadi alasan daerah di perkotaan terkena
banjir kata salah satu warga kampung naga .
Pernikahan
Warga kampung naga tidak melarang
para warganya untuk menikah dengan orang dari luar kampung naga namun mereka
mempunyai 3 hal yang harus di penuhi
jika ingin menikah dengan warga di luar kampung naga yaitu :
-
Seiman yaitu
islam
-
Tampan atau
cantik ( Manusia pada umumnya )
-
Lawan jenis
Pada acara pernikahan warga kampung
naga tidak memiliki baju atau pakaian khusus yang harus di pakai mereka hanya
memakai busana muslim atau sunda dan jika sudah menikah dengan orang luar boleh
memilih ingin tinggal di luar atau di kampung Naga namun jika ingin tinggal di
kampung naga maka harus mempunyai lahan dan mengikuti aturan yang ada di
kampung Naga.
Kesenian
Terdapat 3 alat musik yang ada di kampung naga yaitu
-
Terbang gemerung ( berbentuk seperti rebana
dan hanya di gunakan di acara tertentu )
-
Terbang sejak
-
Angklung
Selain dari alat musik ini juga para warga kampung Naga terbiasa
membuat anyaman dan berbagai macam barang lain seperti tas , dompet dari
anyaman untuk di jual .
Pakaian adat di kampung
naga adalah memakai jubah berwarna putih sarung dan penutup kepala namun
pakaian adat di kampung naga hanya dapat di pakai saat ada upacara tidak bisa
untuk sehari hari ataupun untuk sekedar di tunjukan sedangkan untuk sehari -
hari para warga kampung naga memakai baju pada umumnya .
Pendidikan
Para warga kampung naga biasanya hanya lulus pendidikan dasar saja
dan mereka bersekolah di luar daerah kampung naga dan hanya sedikit saja warga
kampung naga yang dapat meneruskan ke pendidikan selanjutnya namun bagi warga
Kampung Naga sendiri yang saya dapat dari mang Adi adalah “ bagi warga kampung
naga tidak perlu pintar yang penting mengerti “ , salah satunya adalah mengerti
kebudayaan mereka yang di teruskan turun temurun .
Terimakasih infonya😊
ReplyDeleteTerimakasih infonya😊
ReplyDelete