Nama : Cinthia
NIM : 11140110277
Kelas : F1
KEMEGAHAN KERATON KESEPUHAN :D
Pada Sabtu, 22 Desember 2012, penjelajahan budaya Cirebon pun
dimulai. Kutempuh perjalanan selama tiga jam. Sebuah kereta sederhana
mengantarku pada pengalaman yang luar biasa. Aku pun tidak sendirian dalam
penjelajahan ini, aku pergi bersama teman-temanku yang juga luar biasa. Ada Clara, Christy, Berli,
Karis, Ivander, Nicko dan Patric. Mereka semua juga merupakan penghuni UMN,
mereka yang juga datang ke Cirebon dengan satu tujuan yang sama yaitu
menjelajahi budaya Cirebon untuk memenuhi tugas akhir Komunikasi Antar Budaya.
Namun tujuan kami tidak hanya sampai disitu saja, kami ke Cirebon juga untuk
mengawali liburan akhir tahun kami, juga memperkaya pengetahuan kami akan
kebudayaan yang Cirebon miliki.
Kami berkumpul di Stasiun Gambir pada pukul 5.30 pagi, kereta
kami berangkat pada pukul 6.00 pagi. Sungguh waktu yang cukup pagi untuk
mengawali penjelajahan kami. Stasiun Gambir saat itu juga ramai oleh
orang-orang yang hendak kembali pulang ke daerah masing-masing untuk liburan
akhir tahun mereka. Sesampai kami di Stasiun Gambir, kami menukar tiket kereta
kami di loket. Seusai kami menukar tiket kami, tanpa menunggu lama-lama lagi
kami pun langsung bergegas ke kereta yang telah menunggu kami. Oh iya, ini
merupakan pengalaman pertama kami naik kereta api loh! Kami merasa norak saat
pertama kali naik kereta..hahaaaa..Hari masih begitu pagi, kami pun masih
setengah mengantuk. Beberapa dari kami memutuskan untuk tidur dalam tiga jam
perjalanan ini. Namun sebelum tidur, tidak lupa kami mengambil beberapa gambar
untuk tugas kami ini.
Kami sampai di Cirebon sekitar pukul 9 pagi. Sesampai kami di
stasiun Kejaksaan Cirebon, Rachel yang merupakan adik dari Abraham Ryan (PR UMN
2010) yang kebetulan adalah warga dari kota Cirebon ini telah menunggu
kedatangan kami. Karena perut kami yang sudah mulai keroncongan, sebelum
penjelajahan kami dimulai, kami pun memutuskan untuk pergi mencari makan
terlebih dahulu. Berhubung kami tidak tahu tentang makanan Cirebon, kami pun hanya
ikut-ikut saja kemana Rachel membawa kami. Dan yak! Kamipun dibawa untuk pergi
makan Nasi Jamblang. Nasi Jamblang ini merupakan makanan khas Cirebon. Bisa dilihat gambarnya yak sodara-sodara
dibawah ini :
Seusai kami mengisi perut kami, kami melesat ke tempat kami
menginap, letaknya juga tidak jauh dari tempat kami makan. Kami menginap di
salah satu Hotel di Cirebon, yaitu Hotel Grand Tryas. Tujuan kami ke hotel
ialah untu meletakkan barang-barang bawaan kami. Setelah itu, penjelajahan kami
pun dimulai! YAY ^^
Kami pergi menuju Kampung Arab. Sebelumnya kami datang
menemui saudara Abra yang kira-kira tahu tentang daerah kampung Arab. Di
kampung Arab kami bertemu dengan salah satu Bapak yang tinggal disitu yang
katanya sedikit banyak tahu tentang seluk beluk kampung Arab. Kami pun
mewawancarai Bapak tersebut. di kampung Arab terdapat sebuah masjid, masjid ini
disebut dengan masjid merah karena warna bangunannya yang berwarna merah. Di
sekitar masjid ada beberapa warga yang mendatangi kami dan bertanya kami datang
dari mana. Beberapa dari kami menanyai seorang ibu yang sudah agak tua. Ibu
tersebut menjawab pertanyaan kami dengan senang hati.
Saat kami ingin masuk ke dalam masjid, ternyata kami tidak
diperbolehkan untuk masuk. Hal ini dikarenakan kami semua non-muslim. Kami pun
tihanya melihat masjid ini dari luar saja. Sejujurnya di Kampung Arab ini
jarang sekali orang Arabnya, hanya terlihat segelitir saja. Mata pencaharian
orang-orang di Kampung Arab ini kebanyakan adalah berdagang sarung, kain, dan
semacamnya. Toko-tokonya terlihat berada di sisi-sisi jalan depan ketika akan
masuk ke dalam kampung Arab.
Dari hasil wawancara yang kami peroleh, daerah Kampung Arab
ini warganya itu beraneka ragam, ada Tiong Hua, ada orang sunda juga tentunya. Dari
segi agama juga macam-macam ada orang Muslim, Kristen, Katholik, Budha.
Hubungan mereka konon katanya baik, namun saya agak bertanya-bertanya. Kata
Bapak yang kami wawancarai, orang Kristen disitu dilarang untuk mengadakan
perkumpulan seperti komsel misalnya. Jika ada yang melaksanakan hal ini, akan
di bubarkan. Jika memang hubungan baik dan saling terbuka, mengapa harus ada
larangan seperti itu ya? bicara soal agama akan menjadi begitu sensitif,
sehingga saya pun tidak menanyakan tentang hal tersebut dengan lebih lanjut.
Melihat bahwa ternyata di Kampung Arab kami tidak menemukan banyak hal unik
yang bisa kami angkat, maka kami pun pergi ke Keraton Kesepuhan :D
Keraton Kesepuhan letaknya juga tidak jauh dari Kampung Arab,
saya merasa letak tempat-tempat di Cirebon sepertinya semuanya saling
berdekatan /:) Hari saat itu begitu terik, namun udara yang panas itu tidak
melelehkan semangat kami untuk menelusuri Keraton Kesepuhan ini :D
Cirebon disebut juga kota Wali, dominasi agama di kota ini
tentu adalah agama Islam. Keraton Kesepuhan ini pun juga dipimpin oleh seorang
wali, kita mengenalnya dengan nama Sunan Gunung Jati. Keraton ini didirikan olehnya
berdasarkan Serikat Islam, bukan karena kemauan politis melainkan berdasarkan
siar agama. Para wali dulu menyiarkan agama itu melalui akulturasi budaya. Oleh
karena itu muncul adnaya wayang kulit, topeng, dan lain-lainnya. Jadi bisa
dikatakan bahwa sebebnarnya dari dulu itu, masyarakat merupakan bagian dari
keraton dan keraton juga merupakan dari masyarakat. terbukti dengan banyaknya
kegiatan acara-acara yang diadakan di keraton, seperti mauludan, upacara 1
muharam, dan lain-lain. Acara Mauludan merupakan acara yang paling besar di
Keraton ini, puluhan ribu masayarakat datang dalam acara tersebut. Berarti
secara emosional kita bisa melihat bahwa masyarakat Cirebon tidak lepas dari
Keraton.
Nama Cirebon berasal dari kata Caruban, dimana artinya itu
adalah campuran. Dulunya pada zaman Witana awalnya di Cirebon hanya ada 36
rumah. Penduduk-penduduk itu terdiri dari orang Jawa, Melayu, Arab dan Cina.
Tidak heran jika ada orang Cina yang merupakan asli Cirebon, karena sebelum
abad ke-12 Chinese itu sudah datang ke Cirebon dibawa oleh Panglima Cengho.
Panglima Cengho ini datang sebelum Putri Ongtin datang ke keraton sebagai Istri
dari Sunan Gunung Jati. Keraton ini didirikan muka hanya semata sebagai
pemimpin politik saja namun lebih diutamakan sebagai pemimpin agama dan budaya.
Namun dikatakan bahwa, agama sudah selesai, jadi sekarang lebih kepada
budayanya.
Keraton kesepuhan ini merupakan keraton yang terbesar di
Cirebon. Ohh ya, di Cirebon ini terdapat beberapa keraton, ada Keraton Kanoman,
Keraton Keprabon, dan Keraton Kacirebonan. Keraton Kesepuhan merupakan Keraton
yang pertama kali berdiri di Cirebon, yang berarti Keraton Kesepuhan merupakan
keraton yang tertua. Kata kesepuhan memiliki sebuah arti loh, artinya itu
adalah tempat yang tua. Sultan di kesepuhan ini juga bergelar Sepuh.
Setalah berdirinya Keraton Kesepuhan, berdirilah sebuah
Keraton yang dinamakan Keraton Kanoman. Keraton Kanoman ini letaknya juga tidak
begitu jauh dari Keraton Kesepuhan. Saya dan teman-teman saya juga sempat
mengunjungi Keraton Kanoman, keratonnya tentu tidak sebesar Keraton Kesepuhan,
jauh lebih kecil. Keraton Kanoman terlihat seperti tidak terurus. Didalamnya
terdapat banyak pepohonan, dan banyak nyamuk. Keraton Kesepuhan dengan Keraton
Kanoman itu ada kaitannya, jadi Keraton Kesepuhan berarti yang tua dan Keraton
Kanoman berarti yang muda karena Keraton ini ada setelah Keraton Kesepuhan ada.
Lokasi bangunan Keraton Kesepuhan membujur dari utara ke
selatan, atau menghadap ke utara. Seperti keraton-keraton di Jawa, semuanya
menghadap ke utara, menghadap magnet dunia. Ini ada artinya juga loh, artinya
itu sang raja mengharapkan kekuatan. Didalam Keraton yang megah ini, terdapat
sebuah Masjid, Masjid ini bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Bangunan masjid
ini dibangun oleh wali sanga pada tahun 1500M. Sang berarti keagungan, Cipta
berarti dibangun, dan Rasa berarti digunakan, artinya pergunakanlah bangunan
besar ini dipergunakanlah untuk ibadah atau kegiatan agama. Setiap hari Jumat,
adzan itu dikumandangkan oleh 7 orang. Hal ini tidak dapat kita temukan di
tempat-tempat lain, bahkan di seluruh dunia, hanya ada di Keraton Kesepuhan
saja. Adzan ini disebut adzan pitu. Pitu dalam bahasa jawa berarti 7.
Sebelum masuk ke dalam keraton. kami diharuskan untuk membeli
tiket masuk terlebih dahulu, harganya 5000 rupiah dan setiap yang membawa
kamera ke dalam diharuskan untuk membayar 2000 rupiah. Setiap tamu yang masuk
ke dalam keraton akan dipandu oleh seorang pemandu yang pakaiannya pun ala-ala keraton
lengkap dengan blangkon dan selopnya. Selain itu, kami juga melewati sebuah
gerbang besi. Gerbang ini dinamakan Pintu Gledegan. Dahulunya pintu ini dijaga
oleh 2 orang prajurit bersenjatakan tombak. Setiap tamu yang masuk akan
digeledah dengan suara yang sangat keras bagaikan bunyi gledek yang
menggelegar.
Didalam keraton terdapat sebuah alun-alun, alun-alun ini dahulunya
digunakan untuk latihan perang-perangan, baris-berbaris para prajurit, rapat
akbar, dan juga perayaan-perayaan negara. Begitu kentalnya kebuadayaan Islam
pada keraton ini, kami pun menemui sebuah masjid lagi, masjid ini dinamakan
Masjid Langgar Agung. Masjid ini biasa digunakan oleh orang-orang dalam keraton
untuk beribadah setiap harinya. Dan biasanya juga digunakan untuk perayaan
Mauludan.
Didekat Masjid Langgar Agung terdapat sebuah sumur, sumur ini
terlihat dipagari oleh besi. Dahulunya sumur ini digunakan unutuk mencuci
alat-alat perang seperti keris, pedang, tombak, dan lain-lain. Beranjak dari
Masjid Langgar Agung dan sumur Kemandungan, kami masuk melewati sebuah taman
yang cukup besar, yaitu Taman Bunderan dewan Daru. Di taman ini terdapat patung
lembu kecil sebagai lambang kepercayaan Hindu, pohon Soka sebagai lambang suka
maksudnya adalah hidup dengan bersuka hati. Kemudian ada lagi 2 patung macan
putih yang merupakan lambang dari Pajajaran. Didepan Taman Bunderan Dewan Daru,
terdapat sebuah bangunan putih, gapuranya terukir batik mega mendung. Batik
mega mendung ini merupakan ciri khas dari batik Cirebon. Tempat ini dinamakan
Jinem Pangrawit, fungsi dari Jinem Pagrawit ini ialah untu tempat pangeran
patik atau wakil sultan menerima tamu.
Tepat disebelah Jinem Pangrawit, terdapat sebuah Gapura lagi,
Gapura ini berwana putih juga, terdapat ukiran-ukiran juga piringan kecil yang berwarna merah hijau
gitu. Pintu ini disebut pintu Buki Bacem. Piring-piringan yang ada di pintu ini
berasal dari Cina. Melalui hal ini kita bisa melihat bahwa adanya pengaruh
budaya Cina dalam Keraton ini. Hal ini terjadi, karena seringkali etnis Cina
datang ke keraton untuk belajar agama, maupun hanya sekedar singgah saja.
Selain itu, salah satu istri dari Sunan Gunung Jati juga merupakan Putri dari
Cina yaitu Putri Ongtin. Kita mengenal adanya istilah amalgamasi yang berarti perkawinan antara 2 budaya yang saling
berbeda. Hal ini lah yang terjadi di dalam keraton. Percampuran antara budaya
Jawa dengan budaya Cina. Amalgamasi bisa menjadi pendorong dari terjadinya
integrasi sosial. Apa itu integrasi sosial? Integrasi
sosial merupakan sebuah proses penyesuaian antara budaya-budaya yang
berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsi antara budaya yang saling
berbeda tersebut.
Selain itu, didalam keraton saat Tahun Baru Imlek suka ada
pertunjukan barongsai loh ! bingung gak tuh? Di dalam keraton yang biasanya
teng tong teng tong bunyi gamelan jadi bunyi iringannya barongsai..hahaa.. Pemandu
kami juga mengatakan bahwa hubungan warga keraton dengan dengan warga di luar
keraton terjalin dengan sangat baik, tidak ada pembatasan diri terhadap orang
dari budaya lain, terbuka, tidak ada sekat yang membedakan diantaranya. Keraton
membutuhkan masyarakat dan masyarakat juga membutuhkan keraton. Dari gapura
unik itu, kemudian kami masuk ke dalam sebuah bangunan, bangunan ini disebut
Los Gajah Nguling. Bentuk bangunan ini tidak tidak lurus (pintu depan dan pintu
belakangnya) seperti belalai gajah. Hal ini mengikuti sebuah seni, yaitu seni Feng
Shui. Los Gajah Nguling ini menghubungkan antara Jinem Pangrawit dengan Bangsal
Pringgandani.
Keraton Kesepuhan terdiri dari beberapa bangsal yaitu Bangsal
Panembahan, Bangsal Pringgandani, dan Bangsal Prabayaksa. Bangsal Prabayaksa berfungsi
untuk tempat sidang para Menteri Negara Keraton Kesepuhan. Bangsal Pringgandani
berfungsi untuk tempat menghadap bupati Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan
Majalengka. Bangsal Panembahan fungsinya ialah untuk tempat Singgasana Gusti
Panembahan. Di dalam Bangsan Agung Panembahan terdapat Kursi Singgasana dan
meja yang berkaki gambar ular. Arti dari gambar ular ini ialah melambangkan
bahwa ucapan Raja merupakan hukum. Selain itu terdapat juga sebuah ranjang
tidur di belakang dari Kursi Singgasana dan meja itu. Ranjang tidur ini disebut
Ranjang Kencana, biasanya digunakan Raja/Sultan untuk istirahat siang.
Di tembok-tembok dekat Bangsal Panembahan terdapat ukiran
buah manggis dan burung. Manggis itu melambangkan kejujuran dan sayap burungnya
itu melmbangkan bahwa Raja memimpin rakyatnya dengan kasih sayang dan tangan
yang besar. Lambang buah manggis ini ada maksud tersendiri bila dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa buah manggis bagian luarnya itu
hitam, gelap, namun isinya itu berwarna putih dan manis. Jika diibaratkan
sebagai manusia, yang luarnya kelihatan tidak baik belum tentu dalamnya juga
tidak baik. oleh karena itu kita tidak boleh hanya menilai seseorang hanya dari
luarnya saja. Selain ukiran-ukiran tadi, terdapat juga poselen-porselen yang
menggambarkan kisah-kisah dari Alkitab. Porselen ini berasal dari Belanda,
warnanya biru dimana biru merupakan lambang keindahan Belanda. Uniknya lagi, ukiran-ukiran
tadi bukan terbuat dari semen, melainkan terbuat dari kapur sirih yang dicampur
aren dan dibalut dengan putih telur. Keunikkan dari Keraton Kesepuhan tidak
berhenti sampai disitu, kami menemukan sebuah lukisan yang terpampang megah di
sisi salah satu Bangsal keraton ini. lukisan ini lebih dari 3 dimensi, yang
kalau dilihat dari arah mana saja, mata dari yang ada di lukisan tersebut akan
mengikuti arah tempat kita melihatnya.
Saat kami berada di bangsal-bangsal tadi, keraton diguyur
hujan yang sangat deras, sehingga kamipun duduk-duduk sebentar dan foto-foto
bersama pemandu kami sambil menunggu hujan reda.
Setelah hujannya reda, kamipun
melanjutkan perjalanan kami. Kami berjalan menuju sebuah tempat yang didalamnya
itu dijual souvenir-souvenir keraton. Ada kain-kain batik, baju batik,
gantungan kunci, dan lain-lain. Beranjak dari tempat souvenir kami berjalan
menuju Bangsal Pagelaran, bangsal ini biasa digunakan untuk perayaan 1 muharam,
atau kita lebih mengenalnya dengan perayaan tahun baru. Pada perayaan tersebut,
biasanya di Bangsal Pagelaran ini diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian.
Tepat disebelah bangsal ini, terdapat sebuah kereta yang sangat gagah, kereta
ini biasa digunakan Sultan saat perayaan Mauludan.
Kereta ini merupakan yang
imitasinya, yang aslinya berada di dalam museum, kebetulan museumnya saat itu
sedang di renovasi, sehingga kami tidak bisa masuk kesana.
Ada sebuah gapura dari bata yang modelnya seperti pura di
Bali, tempat ini tidak b oleh dimasuki oleh wanita. Menurut kepercayaan
keraton, wanita itu kan cenderu banyak bicara, jadi takut kalau-kalau
pembicaraan didalam akan bocor kemana-mana. Selain itu juga dikatakan bahwa
jika ada wanita, para pria menjadi tidak fokus. Tempat ini biasa digunakan
untuk semedi. Kami menemukan sebuah sumur, sumur ini dinamai Sumur Soka. Sumur
ini dahulunya digunakan untuk membuktikan kebenaran. Jadi jika ada pencuri yang
masuk, ia akan disuru minum air sumur ini, jika ia berbohong atau tidak
mengakui kesalahannya maka setelah minum air sumur ini, ia akan menjadi seperti
orang gila. Bagian terakhir yang kami temukan adalah kolam mandi untu keluarga
Sultan. Kolam ini keadaannya sudah tidak terurus lagi, sehingga sudah tidak
lagi digunakan.
Betapa megahnya Keraton Kesepuhan ini, terdiri dari berbagai
bagian bangunan dan beserta isinya yang unik dan kaya akan budaya. Bukan hanya
1 budaya saja yang bisa kami temukan di dalam keraton megah ini, namun berbagai
macam budaya. Mulai dari budaya Jawa itu sendiri, barat sampai budaya Cina
juga. Kekayaan budaya mengalir deras melalui ukiran-ukiran, banda-benda yang
ada di setiap sudut keraton serta kisah dibalik keberadaan keraton ini sendiri.
Kemegahan keraton dengan kekayaan budaya yang ada didalamnya mendorong kita untuk menyadari
bahwa sebenarnya keanekaragaman budaya yang kita miliki sekrang ini telah ada
sejak dahulu kalam, tidak dapat kita pungkiri bahwa terdapat berbagai perbedaan
diantara budaya-budaya yang ada. Namun pada kenyataannya kita adalah SATU. Kita
saling membutuhkan satu sama lain, karena setiap budaya itu pada dasarnya saling
mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain :)
Jual Pro Extender Di Medan
ReplyDeleteJual Maxman Obat Kuat Di Medan
Jual Cialis 80mg Di Medan
Jual Selaput Dara Buatan Di Medan
Jual Obat Penghilang Tatto Di Medan
Jual Minyak Pembesar Penis Di Medan
Jual Vakum Pembesar Payudara Di Medan
Jual Perangsang Wanita Di Medan
Jual Potenzol Cair Di Medan
Jual Opium Spray Di Medan