NIM: 11140110167
Kelas: Komunikasi Antarbudaya F-1
Seperti yang kita ketahui, setiap
orang dilahirkan dari kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Menurut Peoples
dan Bailey dalam buku Komunikasi Lintas Budaya oleh Larry
A. Samovar, budaya itu bervariasi dari cara masyarakat berpikir dan
bertindak. Oleh karena itu, tradisi dan pandangan setiap budaya yang ada tentu
berbeda juga keunikan dan karakteristiknya.
Dalam
suatu kebudayaan, biasanya terdapat banyak tradisi. Salah satunya adalah
tradisi pernikahan. Dalam pernikahan, kedua pihak akan menjalani beberapa tahap
pernikahan sesuai dengan tradisi dan agama yang dimiliki. Tradisi pernikahan
ini menjadi salah satu keunikan yang membedakan budaya yang satu dengan budaya
lainnya
Untuk tugas
akhir Komunikasi Antarbudaya ini, saya berkesempatan untuk mempelajari tradisi
pernikahan dari salah seorang teman yang bernama Kelvin. Kebetulan sekali,
Kelvin berasal dari keluarga keturunan India yang menganut agama Sikh. Pada
tanggal 16 Desember 2012, salah satu sepupu dari Kelvin akan melangsungkan
pernikahan dan saya diperbolehkan untuk mengikuti proses pernikahan tersebut untuk
digunakan sebagai topik tugas akhir. Kesempatan ini merupakan berita baik,
karena mendalami tradisi pernikahan India yang unik akan menjadi salah satu pengalaman
yang sangat berharga.
Pada
hari Minggu yang cerah, saya beserta keluarga Kelvin pun berangkat ke rumah Jefri,
sepupu Kelvin yang akan menikah. Jefri yang merupakan salah satu pemin Tim
Nasional Futsal Indonesia akan menikah dengan seorang wanita bernama Lady.
Begitu saya tiba di rumah Jefri, seluruh keluarga yang datang terlihat sangat rapi
dalam pakaian tradisional India. Ruang tamu pun sudah lengkap dengan dekorasi
pernikahan, seperti sofa, pita warna-warni, dan juga papan bertuliskan nama
mempelai, yaitu Jefri dan Lady. Ruangan didekorasi dengan menggunakan warna
merah sebagai warna dominan, karena warna merah dipercaya membawa
keberuntungan. Pakaian tradisional dan warna merah tersebut merupakan wujud
komunikasi nonverbal dari budaya India.
Dekorasi ruang tamu |
Kelvin dipakaikan sorban |
Sesuai
tradisi, pria yang berasal dari keluarga mempelai pria akan mengenakan bros
bunga di bagian dada sebelah kiri. Sementara para wanita dari pihak mempelai wanita,
termasuk mempelai itu sendiri, akan memakai mehndi. Mehndi merupakan
lukisan di telapak tangan dan kaki yang pembuatannya menggunakan henna. Mehndi
memang biasa dipakai dalam acara-acara spesial, seperti festival dan juga
pernikahan. Biasanya mempelai wanita akan memakai mehndi di telapak tangan dan
kakinya, tetapi untuk saudara wanita lainnya hanya memakai di telapak tangan
saja.
Setelah
menyelesaikan seluruh persiapan, acara pun dimulai. Jefri dan Kelvin pun pindah
ke ruang tamu dan duduk di sofanya. Saat keduanya duduk, diletakkanlah kain
merah tipis di atas paha mereka. Para tamu dan keluarga yang telah datang pun
menghampiri mempelai pria dan pendampingnya. Mereka meletakkan amplop di kain
merah milik Jefri dan uang di kain merah milik Kelvin. Amplop diberikan
mula-mulai diputar-putar di atas kepala Jefri sebagai tanda pemberian doa dan
restu baru kemudian diletakkan di kain. Amplop tersebut ternyata merupakan
hadiah pernikahan berupa uang tunai. Selain uang tunai, ada juga keluarga yang
memberikan hadiah berupa perhiasan, seperti cincin.
Mehndi |
Jefri dan Kelvin |
Selanjutnya,
Jefri dipakaikan rangkaian bunga yang menjuntai oleh saudara-saudara
perempuannya. Rangkaian bunga ini dinamakan sher’e. Sher’e ini telah
menjadi tradisi sejak zaman dahulu dimana pernikahan dilakukan berdasarkan atas
dasar perjodohan, sehingga kedua mempelai tidak pernah melihat wajah
pasangannya masing-masing sebelum acara pernikahan di kuil berlangsung. Oleh karena itu, Jefri pun dipakaikan sher’e
untuk menutupi wajahnya sebelum berangkat ke kuil untuk bertemu dengan mempelai wanitanya. Selain sher’e, ada
tradisi lainnya yaitu pemakaian celak mata yang dipercaya dapat
menghindari si pemakai dari bahaya. Celak mata ini biasanya dipakaikan ke anak
balita agar tidak tinggi hati jika ada orang yang memujinya lucu, cantik, imut
dan sebagainya. Jefri pun dipakaikan celak mata ini dengan tujuan agar setelah
menikah nanti hanya akan melihat satu wanita saja dalam hidup, yaitu istrinya
sendiri. Setelah itu, ada sesi foto keluarga yang di ruang tamu tersebut.
Pemakaian sher'e |
Pemakaian celak mata |
Setelah
seluruh acara di rumah selesai, semuanya bergegas untuk berangkat ke kuil. Jefri
dengan tuntunan ayahnya pun berjalan menuju ke mobil. Mobil yang akan membawa
Jefri dan Kelvin ke kuil dihiasi oleh
rangkaian bunga yang indah di bagian depan dan belakang. Pada rangkaian bunga
yang terletak di bagian depan mobil, ada beberapa utas tali yang kemudian
dikepang oleh saudara perempuan Jefri sebelum berangkat. Tali tersebut harus
dikepang oleh seluruh saudara perempuan yang belum menikah. Setelah itu, ayah
Jefri pun melemparkan uang di sekitar mobil dengan tujuan untuk berbagi rejeki
di hari yang membahagiakan kepada orang-orang sekitar. Ada kepercayaan bahwa apabila
uang koin yg dilempar itu mengenai kita, artinya kita akan mendapatkan rejeki. Setelah
itu, Jefri pun segera berangkat ke kuil diikuti
oleh keluarga lainnya.
Kuil umat Sikh dinamakan Gurdwara.
Gurdwara artinya adalah pintu gerbang menuju Guru (gateway to the Guru). Menurut Walsh dan Middleton dalam buku Larry A. Samovar, cara pandang
menyediakan petunjuk yang menuntun pengikutnya di dunia. Dalam agama Sikh,
kemanapun penganut agama Sikh pergi, yang menjadi perhatian utama adalah
pembangunan Gurdwara. Artinya, cara pandang kaum Sikh selalu menuntun mereka
untuk membangun Gurdwara kemanapun mereka pergi.
Gurdwara
tempat Jefri dan Lady melangsungkan upacara pernikahan terletak di Jalan Pasar
Baru Timur No. 10, Jakarta Pusat. Begitu Jefri dan keluarganya tiba di
Gurdwara, mereka disambut oleh keluarga dari pihak wanita di lobby. Kedua pihak saling dipertemukan
secara agama oleh pendeta dan berdiri berhadap-hadapan. Dalam proses ini,
mempelai wanita tidak ikut serta, hanya keluarganya saja. Pendeta memulai
pertemuan kedua keluarga ini dengan pembacaan doa serta lagu-lagu. Setelah itu,
kedua keluarga yang diwakili oleh ayah masing-masing mempelai berpelukan dan
ayah dari mempelai wanita memberikan hadiah kepada ayah dari mempelai pria. Selanjutnya,
acara kembali dilanjutkan dengan sarapan bersama dengan makanan yang telah
disiapkan oleh panitia Gurdwara. Selesai sarapan, acara utama pernikahan pun
dimulai.
Gurdwara Sikh Temple Pasar Baru |
Upacara
utama pernikahan, yaitu Anand Karaj, dilangsungkan di ruangan
utama untuk berdoa di lantai 2. Di ruangan ini, setiap orang harus menutupi
bagian kepala sebagai penghormatan terhadap kitab suci Guru Granth Sahib. Oleh
karena itu, jika para pria mengenakan sorban atau sapu tangan, maka para wanita
mengenakan selendang untuk menutupi bagian kepalanya. Di Gurdwara disediakan
selendang bagi para umat serta pengunjung wanita yang tidak membawa selendang. Selain
itu, semua orang harus berpakaian sopan dan melepaskan alas kakinya.
Menurut
Specer-Rodgers dan McGovern dalam buku Larry A. Samovar, komunikasi dengan
budaya yang berbeda kadang diasosiasikan dengan respons emosi yang kurang baik
yang mengarah pada perasaan kikuk dan gugup. Dan kebetulan sekali saya sedikit
merasa gugup ketika memasuki ruangan utama. Karena saya terlalu gembira untuk
mengikuti acara, saya berdiri membelakangi kitab suci Guru Granth Sahib.
Kegugupan pun melanda. Pada waktu itu, saya sedang berusaha untuk merekam penyanyi
lagu rohani yang mengiringi upacara pernikahan. Hal itu ternyata tidak
diperbolehkan, karena kitab suci tidak boleh dibelakangi. Seperti penjelasan
dalam Teori Tahap-Tahap Kejutan Budaya (Culture
Shock), dari “fase kegembiraan”,
saya segera memasuki “fase kekecewaan”
atas kesalahan saya yang telah menjadi tontonan para umat. Untunglah Ayah dari
Kelvin, Sir David, memberitahukan informasi tersebut kepada saya
sehingga saya pun berusaha untuk menghilangkan kegugupan dan rileks kembali. Setelah
mengetahuinya, maka saya pun bergerak ke “fase
awal resolusi” dimana saya mulai memahami budaya kaum Sikh. Fase ini pun
berakhir pada “fase berfungsi dengan
efektif” dimana saya berusaha menyesuaikan diri untuk tidak melanggar
aturan tersebut.
Kitab Suci Guru Granth Sahib |
Di
dalam ruangan, Jefri duduk di depan kitab suci Guru Granth Sahib dan para umat
duduk di belakangnya, wanita di sebelah kiri dan pria di sebelah kanan. Setelah
beberapa saat, Lady pun memasuki ruangan diikuti oleh saudara-saudara yang
duduk di belakangnya. Sebelum duduk di sebelah Jefri, Lady pun bersujuda dan
bersembahyang di depan kitab suci Guru Granth Sahib. Acara pun dilanjutkan
dengan doa dari pendeta. Dalam agama Sikh, ada 3 kategori pendeta dengan
keahlian yang saling melengkapi satu sama lain dalam upacara doa. Keahlian yang
pertama adalah pengetahuan mengenai agama dan isi kitab suci Guru Granth Sahib,
yang kedua adalah menyanyikan lagu rohani, dan yang ketiga adalah keahlian
berbicara di depan para umat.
Bagian
utama dalam upacara pernikahan ini adalah ketika kedua mempelai melakukan Laava
dimana Lady memegang seuntai kain dari pakaian Jefri dan berdiri di
belakangnya, kemudian keduanya berjalan mengitari panggung utama tempat kitab
suci Guru Granth Sahib berada searah jarum jam sebanyak empat kali. Putaran
yang dilakukan ini merupakan bentuk komitmen kedua mempelai terhadap Tuhan.
Setiap putarannya diiringi oleh lagu dan bacaan yang berasal dari kitab suci
Guru Granth Sahib dan memiliki artinya masing-masing.
Putaran
pertama menggambarkan kewajiban sehari-hari pasangan baru dimana komitmen yang
harus dijalankan adalah mempelajari kebenaran dalam kitab suci dan berpegang
teguh pada kebenaran, menjauhkan diri dari dosa, saling percaya akan kebajikan,
moralitas, dan integritas masing-masing, serta meyakini bahwa hanya Waheguru
(Tuhan) yang menghapus dosa mereka. Setelah tahapan pertama, kedua
mempelai telah memulai tahap awal pernikahan. Pada putaran kedua, Guru meminta
kedua mempelai untuk menghilangkan rasa ego dan merasakan kehadiran Tuhan di
sekelilingnya, baik di dalam maupun di luar pribadi masing-masing. Putaran
ketiga bermakna bahwa dengan menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Tuhan maka
cinta ilahi dan seutuhnya akan ada dalam diri kedua mempelai. Putaran keempat
yang merupakan putaran terakhir memiliki arti bahwa pikiran dan jiwa kedua
mempelai menjadi damai dan keduanya akan menemukan Tuhan serta menjalani
kehidupan yang berbahagia dan memuaskan sesuai dengan kehendak Tuhan. Putaran
keempat ini pun menjadikan pernikahan kedua mempelai sah dan keluarga pun
melemparkan bunga kepada mempelai.
Selama
berputar, keluarga laki-laki dari memperlai wanita berdiri di sekeliling jalur
putaran. Ketika Jefri dan Lady melewati mereka, masing-masing akan memegang
pundak Lady sambil berjalan melalui satu orang ke orang lainnya. Hal ini
merupakan tanda bahwa keluarga telah merestui pernikahan mempelai dan
mengantarkan mempelai wanita untuk menempuh kehidupan berkeluarga yang baru dan
berbahagia dengan mempelai pria.
Jefri dan Lady |
Kedua mempelai menjalani tahap Laava |
Setelah
Laava, keduanya memegang piringan gelas yang di dalamnya terdapat api dan
memutarnya secara bersamaan di depan kitab suci Guru Granth Sahib. Setelah kedua
mempelai memutarnya berpasangan, keluarga dari mempelai pun ikut memutar
piringan tersebut bersama-sama dengan mempelai. Hal ini dilakukan dengan
seluruh keluarga secara bergantian. Selanjutnya, doa-doa kembali dinyanyikan
dan kedua mempelai dipakaikan selendang berwarna oranye serta diberikan bingkai
foto Guru Nanak. Setelah itu, keduanya sujud dan sembahyang bersamaan di depan
kitab suci Guru Granth Sahib.
Acara
kembali dilanjutkan dengan sambutan yang menceritakan tentang kehidupan kedua
mempelai sehari-harinya serta ucapan doa dan selamat atas pernikahan mereka.
Pada akhir acara, seperti acara rohani lainnya, para umat diberikan Parshad.
Parshad merupakan makanan suci berupa puding vegetarian yang terbuat dari tepung,
mentega, dan air gula yang dipercaya merupakan berkat dari Guru dan tidak boleh
ditolak. Seperti umat lainnya, saya pun
menerima Parshad tersebut dan memakannya sebagai bentuk penghormatan dan
penghargaan.
Begitu
upacara usai, kedua mempelai beranjak ke bagian belakang ruangan, di sebelah pintu
masuk berada, yang menjadi panggung bagi mempelai untuk berbincang-bincang
dengan keluarga maupun para tamu undangan. Di sini kedua mempelai saling
bersalama dengan orang-orang yang menghampiri dan juga mengabadikan momen
bahagia mereka dalam bentuk foto bersama. Beberapa tamu yang telah menyapa
Jefri dan Lady pun turun ke lantai bawah untuk menyantap makan siang yang
dihidangkan oleh panitia Gurdwara. Makan siang yang disediakan merupakan hasil
masakan panitia dan semuanya adalah makanan vegetarian khas India.
Melalui
percakapan yang saya lakukan dengan Miss Baby, Ibu dari Kelvin, orang
India memiliki kepercayaan akan hari-hari baik. Kepercayaan mereka meyakini
bahwa hari-hari baik untuk menggelar acara-acara perayaan, seperti halnya
pernikahan, adalah hari-hari ganjil, yaitu Senin, Rabu, Jumat, dan Minggu. Tradisi
pernikahan India yang menganut agama Sikh pada dasarnya terbagi ke dalam tiga
tahap, yaitu Chuara (tukar cincin), Telchera diikuti dengan Lady
Sangeet (tradisi sebelum pernikahan dan tari-tarian), dan Anand
Karaj (upacara pernikahan di Gurdwara). Sehingga dengan adanya
kepercayaan hari-hari ganjil tersebut, maka tradisi pernikahan pun
mengikutinya, seperti Chuara dilakukan pada hari Rabu, Telchera dan Lady
Sangeet pada hari Jumat, dan acara puncak Anand Karaj pada hari Minggu.
Topik yang
saya angkat adalah tradisi pernikahan tahap akhir. Dalam sesi wawancara dengan
Miss Baby juga saya menemukan bahwa tradisi pernikahan dari pihak pria dan
wanita tidak semuanya sama. Ada perbedaan-perbedaan di antara keduanya. Dan karena
saya mengikuti keluarga Kelvin dalam peliputan acara pernikahan ini, maka
tradisi yang lebih banyak saya ketahui adalah tradisi pernikahan dari pihak
pria.
Menurut
Osborne dalam buku Larry A. Samovar, bagi kebanyakan orang di dunia ini, tradisi
agama – seperti keluarga, suku atau negara – menjadi identitas mereka di dunia.
Agama telah mengikat orang bersama-sama dalam memelihara cara pandang budaya
mereka selama ribuan tahun. Oleh karena itu, bagi orang India yang mengantu
agama Sikh, setelah berkeluarga maka tidak ada kata cerai. Hal ini dikarenakan
cara pandang mereka yang memandang pernikahan sebagai suatu hal yang monogami. Cara
pandang agama ini juga memandang manusia dalam derajat yang sama satu dengan
yang lainnya dan diperlakukan sama, baik pria maupun wanita. Sehingga, dalam
kehidupan pun mereka tidak menggunakan sistem kasta yang membeda-bedakan tinggi-rendahnya
derajat manusia.
Tradisi
pernikahan ini merupakan tradisi kuno yang dibawa dari India sejak zaman dulu
hingga sekarang. Meskipun diterpa oleh budaya yang semakin modern, budaya kuno
ini terus dijalankan dari waktu ke waktu. Hal ini merupakan bentuk penurunan
budaya yang dilakukan secara turun-temurun dalam lingkup keluarga. Menurut
Charon dalam buku Larry A. Samovar, penurunan budaya ini dapat dilihat sebagai
pewarisan sosial. Sehingga, melalui komunikasilah tradisi suatu budaya dapat
dikenal oleh generasi berikutnya. Tradisi ini dibawa oleh para orang tua dan
terus diterapkan pada anak-anaknya untuk melestarikan identitas budaya mereka. Dengan
demikian, tradisi kuno tersebut dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin
modern sesuai dengan teori karakteristik budaya yang menyebutkan bahwa budaya
itu dinamis. Seperti contoh pada zaman dahulu banyak orang India yang menikah
karena perjodohan, tetapi di masa sekarang sudah banyak yang berpacaran dulu
baru menikah.
Melalui kegiatan
observasi ini saya mendapatkan pelajaran yang berharga tentang cara pandang
budaya India penganut agama Sikh dalam menjalankan tradisi. Identitas mereka
yang unik di tengah hiruk-pikuk kota Jakarta yang dapat dikatakan modern, tidak
menghentikan mereka untuk menunjukkan rasa bangga terhadap identitas budayanya.
Hal ini memberikan saya pemahaman bahwa kita harus bangga dan terus
melestarikan tradisi budaya yang kita miliki, jangan membiarkannya tenggelam
dalam gaya hidup yang semakin modern.
Thank you :) |
wow.. keren mantap.
ReplyDeletesouvenir pernikahan murah trenggalek
aswan mana aswan.
ReplyDeletegak nampak dia