Pages

Sunday, January 20, 2013

Observasi Gunung Kawi





Observasi Gunung Kawi

Nama   : Delvina Claurincia Mukiat
Nim     : 11140110104
Kelas   : E1

Awalnya setelah diberitahukan adanya tugas untuk mengobservasikan suatu kebudayaan atau komunitas, kami bingung dan memikirkan harus pergi kemana. Setelah pembicaraan lebih lanjut dengan teman-teman akhirnya saya beserta teman-teman saya pun memikirkan satu tempat yang mungkin selama ini dianggap sebagai tempat yang berbau mistis atau  tempat yang menjadi tempat orang melakukan pesugihan-pesugihan yaitu Gunung Kawi, kabupaten Malang. Kami pun penasaran dan memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang Gunung Kawi. Saya dan kawan-kawan saya pun memulai perjalanan ke Surabaya pada tanggal 13 Desember 2012, lalu keesokan harinya tanggal 14 Desember 2012 kami melanjutkan perjalanan kami menuju Gunung Kawi. Perjalanan kesana memakan waktu kurang lebih 3 jam. Selama dalam perjalanan menuju Gunung Kawi banyak sekali pemandangan yang indah yang dapat kita lihat dan udara sejuk yang dapat kita nikmati. Setibanya disana saya dan yang lainnya agak takut juga karena mendengar cerita bahwa Gunung Kawi bahaya karena adanya gossip-gosip kurang baik yang beredar tentang tempat ini. Kami pun lebih berhati-hati dalam berbicara dan menjaga sikap kami. Sesampainya disana ternyata kami mendapati cuaca yang kurang bersahabat karena sedang hujan. Kami tiba disana pukul 12 dan ternyata area Gunung Kawi masih belum buka karena Gunung Kawi buka pada pukul 2 siang. Karena cuaca yang kurang baik maka kami menyewa payung untuk melindungi kami dari hujan. Sambil menunggu area tersebut buka kami pun memutuskan untuk makan. Disana banyak rumah makan dan beraneka makanan juga yang dijajakan. Karena ini merupakan pertama kalinya kami mengunjungi Gunung Kawi dan kami belum mengetahui apa saja yang ada disana kami pun mencari seseorang yang akan menjadi pemandu selama perjalanan kami menyusuri area Gunung Kawi tersebut.

                                         (pemandu selama di Gunung Kawi)                                      


                                                                 (Gapura Pesarean Gunung Kawi)

   
Setelah diberitahukan bahwa area Gunung Kawi telah bisa dimasuki kami pun bergegas untuk memasuki area tersebut. Kami membeli tiket masuk seharga 3000/orang. Selama perjalanan menuju gerbang Gunung kawi kita bisa melihat banyak orang-orang yang menawarkan  bunga-bunga dan kemenyan untuk sembahyang dan mayoritas yang menjual ibu-ibu. Harga yang dijual untuk bunga 5.000 dan kemenyan 30.000. Dalam menjual bunga tersebut ibu-ibu disana harus saling bersaing dan sangat aktif dalam menawarkannya seperti memanggil manggil kami untuk membeli bunga tersebut. Tidak begitu jauh dari penjual bunga-bunga disebelah kiri kita bisa melihat papan yang berisi jadwal, barang apa saja yang diperlukan beserta daftar harganya untuk melakukan selametan dan nadzar disana, kita juga bisa memesan selametan itu melalui telepon. Kalau dahulu untuk melakukan selametan orang-orang membawa barang-barang yang diperlukan itu sendiri tetapi sekarang barang-barang tersebut sudah disediakan dan tentunya barang tersebut lebih baik karena baru dimasak jadi barang yang diperlukan untuk selametan lebih segar dan baru, lalu kita tinggal membayar sesuai dengan harga yang sudah tersedia. Cara ini lebih praktis tentunya karena melihat perjalanan ke Gunung Kawi cukup memakan waktu dan orang-orang yang datang kesana banyak dari berbagai daerah manapun, terkadang bila ada orang yang datang dari jauh dan sudah membawa barang untuk selametan karena perjalanan yang jauh membuat barang-barangnya menjadi tidak segar atau bahkan busuk. Untuk masuk ke dalam ada peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dan peraturan tersebut ada di papan didepan Gapura. Pakaian tentunya haruslah sopan, baik pria maupun wanita dilarang menggunakan celana pendek atau rok mini dan jika menggunakan celana pendek maka mereka harus menggunakan kain penutup. Kain penutup tersebut disediakan dan kita tinggal datang untuk meminta kain tersebut. Disana juga dilarang merekam maupun memotret. Nah, begitu mulai masuk ke dalam gapura kitabisa menemukan ukiran-ukiran orang yang ada disekitar kanan kiri tembok gapura.

                                                                               (wihara di Gunung Kawi)                                          


  (Masjid RM Iman Soedjono)   
  
 
                                                                                          (guci kuno Mbah Jugo)


Masih diluar gapura kita bisa melihat bekas Vihara yang terbakar, terjadinya kebakaran tersebut dikarenakan adanya kesalahan pada pembuangan lilin, sekarang Vihara yang baru ada di dalam Gapura, begitu masuk kita sudah bisa melihat Vihara tersebut. namun vihara yang ada di depan masih terdapat tempat beribadah Dewi Kwan Im dan yang membuat menarik adalah adanya peruntungan nasib atau yang dikenal dengan Ciamsi. Siapa saja bisa melakukannya untuk melihat peruntungan nasibnya. didekat vihara juga terdapat satu Masjid yaitu Masjid Kyai Zakaria, Masjid tersebut tadinya hanya digunakan oleh pengurus dan pengelola Pesarean Gunung Kawi tersebut tetapi lama kelamaan Masjid tersebut juga sudah digunakan oleh para pengunjung dan masyarakat sekitar yang ingin beribadah. Namun Masjid Kyai Zakaria kini sudah tidak muat untuk menampung lagi kemudian dibangunlah Masjid Agung Iman Soedjono dan arsitektur pembangunannya sudah lebih modern tetapi Masjid yang baru ini berjarak beberapa ratus meter dari masjid yang lama. Nah, pas masuk ke dalam tidak lama kemudian kami diberitahukan oleh pemandu kami bahwa juru kunci dari pesarean Gunung Kawi datang dan kami pun mendekatinya dan bersalaman. Juru kunci yang kami temui bernama HR.Tjandra Jana, HR.Tjandra Jana tidak sendirian karena dia bersama ayahnya yang bernama HR.Soepodojono bersama sama menjadi juru kunci di pesarean Gunung Kawi tersebut. Kami mendatangi HR. Tjandra Jana dengan maksud minta izin untuk bertanya-tanya sedikit tentang Gunung Kawi ini dan ternyata beliau merupakan orang yang ramah, beliau bertanya dulu ada maksud apa kedatangan kami dan kami pun bilang bahwa mendapatkan tugas dari Universitas kami dan beliau mengizinkan kami masuk menemuinya. Pemandu kami pun bilang kalau kami termasuk beruntung karena beliau mengizinkan kami langsung masuk kedalam karena biasanya gak segampang itu untuk diizinkan masuk. hmm.. mungkin hari keberuntungan kami semua yaa.. hehehe.. kami pun masuk kedalam dan ini merupakan kawasan anti kamera. Kami pun berhenti dengan kegiatan yang menggunakan kamera karena takut juga macem-macem. Begitu sampai di ruangannya kami pun melihat banyak orang-orang yang sedang sembahyang sambil membawa bunga dan kemenyan. kami pun ditanyakan apakah ingin melakukan sembahyang. Awalnya kami bingung apa kami ingin melakukannya namun pada akhirnya kami pun mengiyakan, kami membeli bunga dan kemenyan serta diberikan air dari guci peninggalan mbah djugo.

Nah, disana ada dua area masuk, yang satu area yang ramai-ramai dan yang satu area khusus. Maksud perbedaannya kalau yang ramai-ramai mereka berkumpul duduk di satu tempat lalu mengumpulkan bunga serta kemenyan dan air dan nantinya pengurus yang akan menaruhkan di makam, sedangkan area yang khusus mereka dapat masuk langsung ke makam, menaruh kembang langsung serta berdoa di depan makam. Dalam melangsungkan doa kita disarankan memberikan uang seikhlasnya. Kami berkesempatan masuk di area yang khusus dan bertemu dengan juru kunci secara langsung. Saat masuk terlihat sekali pengurus atau orang-orang yang bertugas disana memakai pakaian adat Jawa. Pada saat masuk kedalam yang saya rasakan itu takut, bingung, kami berfikir apa yang harus kami lakukan disini tetapi kita gak bole  memikirkan hal yang aneh-aneh. Di dalam bisa dilihat bahwa ada dua makam yang saling berdampingan dan tertutup oleh kain korden. Sebelum berbincang langsung dengan juru kunci kami pun berdoa dahulu kepada dua makam yang ada disana. Pada saat ingin berdoa ada salah satu pengurus yang memandu kami harus memulai doa darimana dan apa yang dilakukan. Makam pertama kami berdoa ke makam Mbah Jugo, kami berlutut lalu menaburkan bunga dan begitu juga kepada makam murid Mbah Jugo yaitu RM Imam Soedjono. setiap selesai berdoa kita mengoleskan air yang ada disamping makam. Masing-masing air yang ada di makam dioleskan ke kening sebanyak tiga kali. setelah selesai berdoa kami pun langsung berbincang dengan juru kunci yaitu HR.Tjandra Jana. Kami menanyakan seputar sejarah, desas desus yang beredar selama ini bahwa Gunung Kawi adanya pesugihan-pesugihan dan adanya tumbal. Beliau pun mulai memberitahukan sejarah pesarean Gunung Kawi tersebut. jadi pada awalnya ada dua orang tokoh yang sampai saat ini masih terus dikenang. Tokoh pertama adalah Raden Mas Kromodirejo alias Mbah Jugo dan yang kedua adalah murid dari Mbah Jugo yang bernama RM Imam Soedjono. RM Imam Soedjono merupakan murid kesayangan dari Mbah Jugo. Pada saat itu masyarakat mengganggap bahwa Mbah Jugo memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang-orang dari penyakit dan karena itu Mbah Jugo banyak didatangi banyak orang untuk meminta kesembuhan dan sampai pada akhirnya Mbah Jugo pun meninggal dan dimakamkan di Gunung Kawi. Pada saat RM Imam Soedjono yang merupakan murid dari Mbah Jugo meninggal, muridnya pun dimakamkan di samping makam Mbah Jugo. Dimakamkan disamping makam Mbah Jugo merupakan permintaan dari RM Iman Soedjono. Sampai saat sekarang ini walaupun  Mbah Jugo sudah meninggal tetapi masih banyak orang yang berdatangan mendoakan dia dan meminta kesembuhan. Masalah pesugihan, meminta tumbal dan yang lainnya itupun di klarifikasi oleh HR. Tjandra Jana. Beliau mengatakan bahwa tidak ada sama sekali hal-hal yang seperti itu dan Mbah Jugo disini hanya dianggap sebagai perantara doa  kita semua kepada Tuhan YME. jadi pada dasarnya ini hanyalah masalah kepercayaan dari pribadi setiap orang. Setiap orang yang datang kesana pasti diberitahukan bahwa berdoalah atas kepercayaannya masing-masing, jadi tidak ada paksaan harus mengikuti mereka yang beragama islam. Orang-orang yang datang untuk berdoa disana bukanlah hanya islam tetapi banyak orang Tionghoa dan beragama non-islam yang datang untuk berdoa. Mereka tidak membeda-bedakan satu sama lainnya. Setiap orang yang berdoa bisa siapa saja dan tidak dibatasi oleh agama, etnis.



 
                   (pohon Dewandaru)                                                               (barang yang didapat setelah berdoa dimakam)

Disana juga terdapat satu pohon yang dipercayai oleh orang-orang dapat membawa keberuntungan yaitu pohon Dewandaru. Konon katanya jika seseorang berada di dekat pohon tersebut dan kejatuhan oleh buahnya  maka orang tersebut akan mendapatkan keberuntungan atau rejeki. Buah yang kejatuhan tadi harus diambil lalu bisa dimakan atau tetap disimpan. Maka tidak heran setiap orang yang mengunjungi Pesarean mencoba peruntungan berdiri di dekat Pohon Dewandaru siapa tau mereka akan kejatuhan buahnya. Namun, untuk mendapatkan buah tersebut sangat sulit karena harus menunggu buah itu berwarna kehitaman dan siapa yang beruntung akan kejatuhan oleh buah tersebut. Ada beberapa orang yang konon sukses berkat doanya di Gunung Kawi tersebut contohnya seperti Bentoel dan juga salim grup. Biassanya orang-orang yang sudah berhasil akan melakukan syukuran disana seperti contohnya seperti salim grup yang rutin datang ke Pesarean. Jika melihat diruangan berdoa banyak sekali jam yang besar dan bermacam-macam bentuknya dan jam-jam yang ada diruangan tersebut merupakan pemberian syukur dari orang-orang yang sudah berhasil.  HR. Tjandra Jana juga menceritakan beberapa orang yang datang kepada dia dan meminta kekayaan secara cepat dengan cara memberikan tumbal bahkan orang tersebut ingin merelakan anaknya sendiri, namun HR. Tjandra Jana pun menolak karena beliau tidak mempunyai kuasa atas itu semua.
Setelah kami selesai melakukan wawancara, kami pun pergi ke tempat dimana ada dua guci peninggalan Mbah Jugo dan guci itu sekarang digunakan untuk menyimpan air suci dan katanya air suci tersebut bisa untuk menyembuhkan penyakit, membuang kesialan. Kami masing-masing diberikan segelas air untuk diminum dan dioleskan ke wajah. Sebelum meminum airnya kita terlebih dahulu mengucapkan doa serta keinginan kita lalu kemudian meminum air itu sebanyak tiga kali dan sisanya dioleskan ke wajah sebanyak tiga kali dan katanya jika mengoleskan air ke wajah kita bisa membuat kita awet muda. Kami pun pergi mengunjungi tempat kediaman Mbah Jugo yang dahulu tetapi tempat itu sekarang sudah kosong. Tempat itu berada dibawah di dekat para penjual makanan. Dan disekitar Pesarean Gunung Kawi juga disediakan penginapan jadi para pendatang bisa menginap disana.

Acara-acara yang dilakukan di Pesarean Gunung Kawi juga beragam. Setiap hari Pesarean tersebut melakukan selametan sebanyak tiga kali pada jam 10.00, 15.00, dan 21.00. pada saat jumat legi, natal, tahun baru, dan hari raya idul fitri acara hanya dilakukan sekali saja karena rame dan terlalu banyaknya pesanan untuk selametan dan acara tersebut dilaksanakan pada pukul 24.00. acara lain yang diperingati adalah Kyai Zakaria II yang diperingati pada tanggal 1 selo serta Khol Raden Mas Iman Soedjono setiap tanggal 12 suro.
            Teori terkait pada observasi adalah secara komunikasi non verbal karena bisa dilihat dari cara mereka melakukan komunikasi melalui bunga dan kemenyan. dengan cara itu mereka berkomunikasi dan dapat menyatakan sikap serta perasaan yang sedang dirasakan. dalam kepercayaan mereka ini juga berkaitan dalam tradisi supranatural/religius untuk pengobatan penyakit. Pengobatan dilakukan tergantung pada budayanya masing-masing seperti Mbah Jugo yang dipercaya dapat menyembuhkan penyakit. di Pesarean Gunung Kawi tersebut juga seperti dalam karakteristik budaya yang  saya baca yaitu budaya itu diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya, jadi seperti di pesarean Gunung Kawi yang akan mengurus pesarean tersebut adalah keturunan juru kunci tersebut dan yang dilakukan oleh juru kunci yang sekarang adalah ajaran dan kebiasaan dari juru kunci yang sebelumnya. di Pesarean juga tidak adanya perbedaan dan saling membeda bedakan satu sama lainnya. Baik dari agama apapun, etnis apapun mereka hanya mempunyai tujuan yang sama yaitu berziarah dan berdoa.

No comments:

Post a Comment