Pages

Sunday, January 20, 2013

Nyok Kite ke Perkampung Betawi Setu Babakan? Nyooooooook......


NAMA: ANESTIA
NIM : 10120110273
KELAS: B1

Nyok Kite ke Perkampung Betawi Setu Babakan? Nyooooooook......


Dari judulnya saja, bagi yang belum tahu tentang Perkampungan Betawi pasti akan mengira ini hanya perkampung biasa yang penduduknya mayoritas orang Betawi saja dan berada di dekat Setu Babakan. Di antara saya dan teman-teman saya juga berpendapat yang sama. Saya adalah anak daerah Kalimantan yang kuliah di UMN, setiap teman-teman di daerah tanya tentang gimana sih Jakarta, saya selalu menjawab kalau Jakarta itu macet, panas, gersang, banyak gedung-gedung tinggi, berbicara menggunakan bahasa gue dan lo, lebih modern dan mulai masuk ke kebudayaan barat dengan banyaknya club-club malam, tempat hiburan lain di Jakarta, dan sangat berbeda jauh dari orang-orang daerah yang masih menggunakan kebudayaannya misalnya bahasa daerah yang masih di pakai, pulang sebelum maghrib, dan suasana daerah yang masih rindang karena banyak pohon.

Pemikiran tadi telah berubah sejak saya berkunjung ke Perkampungan Betawi Setu Babakan. Saya sangat senang bisa berkunjung ke sana. Sebelum saya bercerita bagaimana perjalanan saya, dan apa hal-hal yang membuat saya senang, saya akan menjelaskan dulu sejarah dari Perkampungan Setu Babakan ini.

Jadwal Pergelaran

Pintu Masuk Utama Perkampungan Betawi



 Sejarah Perkampungan Betawi Setu Babakan.

Nama perkampungan Betawi Setu Babakan ini di ambil karena panjang perkampungannya sampai daerah yang dinamakan Babakan. Lokasi perkampungan mengelilingi dua buah setu alias danau yaitu Setu babakan dan Setu Mangga Bolong. Biasanya orang Betawi menamakan suatu tempat atau nama anaknya dengan hal yang berhubungan dengan kelahirannya, misalnya lahir di bulan Februari, anaknya di kasih nama Febri.

Selain sudah dengan sendirinya perkampungan Betawi ini ada, namun belum banyak di kenal masyarakat, dan semakin berkurangnya kebudayaan Betawi karena Jakarta sudah mulai mengikuti kebudayaan modern yaitu budaya barat. Para budayawan, artis-artis asli betawi dan lembaga kebudayaan Betawi ini mengembangkan perkampungan ini agar kebudayaan Betawi di kenal masyarakat, dan ingin melestarikan kebudayaan Betawi.

Memang ada beberapa perkampungan Betawi yang sudah ada seperti Kampung Rawa Belong di Jakarta Barat, Rumah Si Doel di Condet Jakarta Timur dan Kampung Si Pitung di Marunda Jakarta Utara. Namun karena lingkungan yang mendukung penuh pohon, masih asri dan rindang, Pemerintah daerah ada lahan, dan masyarakat Betawi nya masih banyak, akhirnya pada 20 Januari 2001 perkampungan Setu Babakan yang terletak di jalan Muhammad Kahfi II di Srengseng Sawah Jakarta Selatan ini secara resmi di pilih oleh pemerintah Jakarta sebagai Perkampungan Budaya Betawi.

Sekarang saya akan menepati janji saya untuk  bercerita tentang bagaimana perjalanan saya dan apa yang membuat saya sangat senang sekali berkunjung ke Perkampungan Betawi Setu Babakan ini.

Berawal dari tugas Komunikasi Antar Budaya , dan ada banyak pilihan tentang contoh  tempat-tempat  yang bisa di kunjungi, saya tertarik dengan Kampung Betawi, yang membuat saya tertarik adalah saya tinggal di Jakarta sekarang, anggapan saya tentang Jakarta yang sudah saya ceritakan tadi di atas, dan buat apa saya jauh-jauh ke kota lain (karena ada beberapa teman yang memilih ke Cirebon, Jogja dll) sedangkan tempat yang saya tinggali sekarang ternyata belum saya kenal dengan baik. Saya mencari di internet tentang sekilas Kampung Betawi itu seperti apa, dimana letaknya, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke sana pada hari Minggu.

Alarm bunyi jam 4 pagi, saya sangat bersemangat, saya bangun, bersiap-siap namun sayang ternyata di luar hujan deras, padahal saya ingin melihat masyarakat disana yang katanya setiap Minggu mengadakan senam pagi.

Pukul 11 hujan sudah tidak deras, namun masih gerimis, saya memutuskan untuk tetap pergi, saya pergi bersama 1 orang teman saya dan kita menggunakan sepeda motor, perjalanan saya dari arah BSD melewati Pamulang, Cinere, dan Ciganjur, karena teman saya tahu jalan pintas, akhirnya hanya dengan waktu 1 jam kami sampai di Perkampungan Betawi Setu Babakan.

Baru masuk ke pintu utama Perkampungan Betawi, saya sudah terkagum-kagum, ternyata di depan dekat pintu utama ada jadwal hiburan kesenian disini, saat mulai masuk saya juga terkejut melihat bangunan rumah yang masih Betawi banget, dari bentuknya saja kita dapat tahu kalau orang yang tinggal di rumah itu pasti orang Betawi asli, atapnya yang berbeda seperti ada ukiran-ukiran, di bangun dengan campuran bahan kayu, terdapat empat kursi serta meja bundar di terasnya, dan di terasnya di pagari dengan kayu, kata orang betawi, teras biasanya digunakan untuk bersantai bersama keluarga dan menjamu tamu.

Saya merasa seperti masuk ke mesin waktu dan sampai di jaman dulu. Namun ada juga perumahan yang bentuknya sudah mulai modern, menurut saya mungkin mereka bukan orang Betawi asli, atau orang Betawi yang sudah merenovasi rumahnya ke bentuk modern.

Rumah Adat Betawi

Teras Rumah Adat Betawi

Setelah melewati rumah-rumah, saya juga di sambut dengan danau Setu babakan yang lumayan luas, dan ternyata para penjaga karcis masuk yang menggunakan baju luaran hitam, celana hitam, dan topi hitam yang di sebut kopiah. Hanya dengan dua ribu rupiah saya sudah bisa menikmati pemandangan yang menurut saya ini surga Jakarta yang sebenarnya, lingkungannya begitu asri, adem karena banyak pohon-pohon besar yang rindang, belum lagi cuaca saat itu yang mendukung karena tidak panas.

Memasuki lingkungan kampung Betawi, di pinggir Setu Babakan banyak sekali pedagang makanan-makanan khas daerah Betawi, ada juga suara musik lagu-lagu Betawi, topeng monyet yang menggunakan alat musik tradisional untuk mengiringi pertunjukkan monyetnya, bangunan warung yang terbuat dari anyaman bambu, pedagang baju adat betawi, pedagang miniatur ondel-ondel, kereta kuda yang lewat, sampai akhirnya saya berhenti di tempat parkir panggung kesenian Betawi, ternyata tempat parkirnya di jaga oleh tukang parkir yang berbusana adat betawi dengan baju hitam, baju dalem berwarna putih, selendang bermotif kotak-kotak seperti sarung dan kopiah hitam persis dengan si pitung.

Berbicara tentang miniatur ondel-ondel yang di jual, siapa sih yang tidak tahu maskot Betawi? Boneka yang sering ada untuk hiasan dalam pesta orang Betawi ini disebut Ondel-ondel. Berawal dari boneka orang-orangan sawah yang digunakan untuk mengusir burung pemakan gabah. Selain itu ondel-ondel juga dipercaya mempunyai kekuatan untuk mengusir roh jahat yang menganggu kehidupan masyarakat sekitar.

Miniatur Betawi

Miniatur Ondel-Ondel

Dengan menaiki tangga serta masih selalu di sambut pedagang makanan khas betawi, saya menuju panggung kesenian Betawi, dari jauh saja saya sudah mendengar bunyi musik tarian  tradisionalnya. Ternyata ada para remaja wanita yang sedang menari tarian Betawi di panggung, dan banyak pengunjung yang menikmati dan menyaksikan tarian mereka. Saya sangat kagum dengan para remaja yang masih mau belajar tarian daerah daripada mengikuti budaya barat dengan tarian/dance modern.

Tari Betawi

Tari Betawi


Kantor Pengelola di Dekat Panggung Kesenian

Saya mulai mengobrol dengan para warga disana, dan dari cara berbicaranya saja saya tahu dia orang Betawi asli, mereka berbicara low contact (ceplas-ceplos) dengan suara yang lantang, dengan akhiran vokal huruf “e” seperti ente, ane, kenape. Menurut hasil wawancara saya dengan ibu Irma nada bicara seperti itu digunakan oleh masyarakat Betawi Tengah, namun di perkampungan Betawi Setu Babakan, karena termasuk orang Betawi pinggiran bahasa Indonesia lebih dipakai masyarakat Betawi Setu Babakan sebagai bahasa sehari-hari

Dari hasil bincang-bincang, kesimpulan yang saya dapat ternyata orang Betawi itu walaupun bicaranya terdengar agak kasar, tapi ternyata mereka terbuka untuk siapapun , bisa di buktikan dari masyarakat kampung betawi yang ternyata tidak 100 persen semua asli orang Betawi, ada dari Padang, Aceh, Jawa, Papua dll (mungkin ini alasan mengapa perkampungan betawi juga menggunakan bahasa sehari-hari bahasa Indonesia) mereka semua berbeda suku dan etnis namun tinggal di perkampungan yang mayoritas Betawi, namun masyarakat kampung Betawi welcome dan merasa tidak terganggu dengan orang-orang yang berbeda suku tersebut. “Selama orang itu baik, kita akan lebih baik” ujar ibu Irma. Kita harus meniru budaya kampung Betawi yang memiliki rasa toleransi yang besar.

Kalaupun ada masalah yang terjadi, orang kampung betawi tidak langsung main hakim sendiri namun menyelesaikan masalah dengan musyawarah dan apabila masalah belum selesai akan di bicarakan ke orang yang lebih tua atau pak lurah, pak RT, dan pihak yang berwajib.

Saya juga bertanya apa masyarakat kampung betawi tidak terganggu dengan banyaknya pengunjung, suara musik hiburan kesenian betawi, ternyata mereka justru senang, bahkan ada beberapa pengunjung yang di persilahkan duduk dan istirahat di depan teras rumah mereka.

Orang Betawi juga mayoritas beragama Islam. Biasanya jika ada perayaan seperti sunatan dan nikahan, orang betawi suka mengadakan acara besar-besaran, saat sunatan saja biasanya ada petasan, ondel-ondel, dalam acara pernikahan banyak syarat-syarat yang harus di bawa, biasanya buah-buahan, roti buaya dan barang yang bisa di pakai pengantin wanita dan pengantin pria apabila sudah berumah tangga nanti, terus dalam acara pernikahan ada acara saut-sautan pantun antara pengantin laki-laki dan wanita.


Di perkampungan Betawi ini ada tiga potensi budaya yang di kembangkan seperti seni bela diri, seni tari, rumah adat Betawi dan makanan khas Betawi dan wisata tanaman yang terdapat tanaman khas Betawi yang di lestarikan. Hal yang paling saya sesali, saya hanya mendapatkan satu jenis pertunjukan saja, yaitu seni tari Betawi. Saya juga tidak dapat  menyaksikan kesenian khas budaya betawi yang paling terkenal, Gambang Kromong. Kesenian ini merupakan alkuturasi dari budaya Betawi dan Cina, karena Gambang Kromong dapat di padukan dengan musik modern. Ada lagi kesenian budaya alkuturasi Betawi yaitu Tanjidor, ini merupakan hasil dari pencampuran budaya Betawi dan Eropa. Tetapi Tanjidor adalah salah satu kesenian yang langka dan terkesan kuno bagi masyarakat modern.

Ibu Irma menyatakan Acara silat, seni menyanyi dan pergelaran yang bisanya rutin di pentaskan setiap hari Sabtu dan Minggu tidak ada karena belum ada anggaran baru yang di buat oleh pemerintah, sehingga pagelaran rutin yang diadakan setiap Sabtu dan Minggu tidak dipentaskan. Rencananya bulan maret atau april 2013 jadwal pagelaran baru keluar.

Perkampungan Betawi juga punya waktu berkunjung, setelah pukul enam sore pengunjung sudah tidak boleh di berkunjung ke perkampungan Betawi, ini untuk menghindari hal-hal negatif yang tidak di inginkan.

Saat saya melihat pedagang baju adat Betawi, saya bertanya-tanya mengapa baju adat Betawi selalu bercorak terang, ngejreng, dan selalu di padukan dengan warna yang ngejreng juga, misalnya kuning dan merah. Ternyata menurut pedagang yang juga asli orang Betawi ini warna-warna berani yang di pakai orang Betawi memiliki arti tersendiri, seperti warna kuning yang identik dengan budaya Betawi yang ceria, warna hijau yang identik dengan budaya Betawi yang membawa kesejukan dll.

Makanan Khas Betawi
Setelah berbincang-bincang dengan warga dan ibu Irma (Humas perkampungan betawi), sambil mulai kuliner mencicipi beberapa makanan khas betawi , saya juga berbincang-bincang dengan pedagang kerak telor. Ternyata pedagang kerak telornya asli orang betawi, dia menggunakan baju adat betawi wana hitam juga, sambil membuat kerak telor dengan suaranya yang lantang dan memanggil saya dengan sebutan “mpok” dia bercerita bahwa bahan dan cara pembuatan kerak telor dari jaman dahulu sampai sekarang tidak ada yang berubah, dia belajar membuat kerak telor dari ayahnya, resep ini sudah turun temurun tanpa ada perubahan sedikitpun. Rasanya di jamin enak teman-teman!

Bang Udin Penjual Kerak Telor

Ada lagi makanan unik seperti roti buaya yang biasanya bentuknya besar dan hanya ada di acara pernikahan, namun di jual di kampung betawi dengan ukuran kecil seperti ukuran roti pada umumnya, namun saya tidak membelinya.

Kuliner ke dua yang saya coba adalah toge goreng. Dari namanya saya membayangkan toge di goreng, ternyata saya salah, toge mentah di masukan ke dalam air panas, di campur sedikit oncom, mie kuning, ketupat, kerupuk dan di bumbui dengan kuah kacang, pastinya maknyus.

Makanan Khas Betawi

Saya, Pengunjung :p


Kuliner ke tiga saya penasaran, apa benar permen yang terbuat dari gula yang diberikan pewarna makanan hijau dan merah, yang bertekstur lengket sehingga harus selalu dipanaskan agar tidak menyebabkan adonan permen gulali menjadi keras dan bisa di bentuk-bentuk binatang dan mainan itu adalah asli dari Betawi? ternyata benar. Hasil dari ngobrol-ngobrol saya dengan penjual permen, dia bilang bahwa permen itu asli dari Betawi, namun orang betawi justru tidak meneruskan resep yang sudah turun temurun ini, malah banyak orang yang bukan asli betawi, contohnya saja orang Tasik Jawa Barat belajar membuat permen dan menjualnya, sehingga banyak yang mengira kalau permen ini berasal dari kota Tasik. Sayang sekali apabila makanan khas budaya Betawi atau budaya-budaya lain tidak di patenkan dan di akui oleh budaya lain.

Makanan Khas Betawi

Kuliner ke empat “bir pletok” , jangan mengira kalau ini minuman yang mengandung alkohol ya, minuman ini justru berasal dari banyak macam rempah-rempah yang berkhasiat bagi tubuh kita, rasanya yang manis n pedas seperti air jahe, membuat badan saya bugar setelah seharian berjalan, di namakan bir pletok karena waktu pembuatannya dia berbunyi pletok-pletok.

Masih banyak kuliner betawi lainnya seperti soto betawi, laksa betawi, onde-onde, es selendang mayang, dll tapi saya rasa perut saya sudah tidak muat menampung. Saya kemudian mencoba wahana air di Setu Babakan, hanya dengan 5 ribu rupiah saya bisa menaiki kapal dayung untuk 1 putaran danau Setu Babakan. Perjalanan yang sangat menyenangkan dan banyak hal yang dapat saya pelajari disini, tentang worldview, steriotip saya terhadap orang betawi, toleransi, dll. 



  

No comments:

Post a Comment