Pages

Sunday, January 20, 2013

Menulusuri Budaya Keraton Kasepuhan

Nama : Ervina Cecilia
Nim : 11140110227
Kelas : Ilkom G

http://www.youtube.com/watch?v=yf1eUO1A344

Bertepatan pada tanggal 01 desember 2012, Panas terik yang sangat menyengat menghiasi langit Kota Jakarta siang ini. saya beserta teman – teman dari Universitas Multimedia Nusantara sedang melakukan suatu perjalanan ke salah satu kota yang berpropinsi di Jawa Barat, Indonesia. Dengan semangat saya melangkahkan kaki ini untuk menuju Stasiun Kereta Gambir bersama dengan teman – teman yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi.








 Foto ini diambil saat kami sedang berjalan menuju stasiun gambir, Jakarta. Pada saat itu langit pun sedang cerah dan mau berkompromi bersama kami agar tidak mengeluarkan panas terik nya yang menyengat kota Jakarta biasanya.

Hal ini dapat dibayangkan saja seperti kami pun sedang berlibut ke suatu tempat yang pada waktu itu kami belum tahu bagaimana si seluk beluk tempat tersebut yang ingin kami kunjungi dan observasi dalam beberapa hari ke depan nya.

Ya, tidak lain dan tidak bukan adalah Kota Cirebon yang memiliki banyak sekali beragam keunikan kebudayaan didalam nya. Saya dengan rombongan ber-11 yang akhir nya memutuskan pergi bersama – sama dalam rangka melakukan observasi tersebut pada tanggal 01 desember dengan menggunakan Kereta Api jurusan Cirebon.

Jadi,karena pada saat itu ada beberapa anak yang masih ada kegiatan di kampus, setelah berunding akhirnya kami mengambil keputusan bahwa akan membagi keberangkatan tersebut dengan dua kaurter.
Saat saya sudah sampai di Stasiun Gambir tersebut terlihat antrian yang berjejer rapih dan tertib di depan loket tiket. Dengan harga tiket mencapai Rp 150.000-, per orang sudah dapat membeli tiket kereta api jurusan Cirebon. Suasana di kereta api tersebut cukup nyaman dan pada hari itu memang sedikit ramai karena kebanyakan orang yang ingin pulang ke Kota Cirebon tersebut.

Kuater pertama yang pada hari itu sudah tidak ada kegiatan kampus lagi akan berangkat menuju Stasiun Gambir, Jakarta. Tepat pukul 13.00 wib saya beserta teman – teman sampai di Stasiun Gambir dengan selamat dengan menggunakan kendaraan buss Trans BSD. Setelah sampai nya di tempat, kami langsung mencari loket pembelian tiket Kereta Api jurusan Cirebon. Saat sambil menunggu kedatangan kereta api yang akan datang membawa saya ke kota Cirebon. 

Lalu kami pun ikut bergegas mencari tempat makanan atau foodcourt terdekat karena memang sudah waktunya makan siang. Setelah berkeliling di stasiun kereta api tersebut kami akhirnya menjatuhkan beberapa pilihan restoran. Saya beserta teman – teman menunggu di restoran makanan siap saji Solaria.




Foto moment ini diambil saat saya dan teman – teman dari kuarter satu yang baru saja sampai dan beristirahat sejenak di Solaria.

Tempat dimana kami berbagi tawa dan canda sebelum keberangkatan kami menuju kota Cirebon untuk observasi dan memenuhi tugas Komunikasi Antar Budaya (KAB). Saat itu di sebelah saya adalah Maria Meditami Kira dan foto ini diambil oleh fotografer handal kami yaitu Erwanto Khusuma. J
Mungkin dengan budget yang pas dengan kantong anak kuliahan seperti kami, akhirnya kami memutuskan untuk masuk dan duduk di restoran tersebut.

Dengan ramahnya pelayan Solaria mengantarkan kami sepucuk kertas yang berisikan menu dari beberapa pilihan makanan dan minuman mereka. Kami pun hanyut dalam kenyamanan ruangan tempat makan itu yang dingin dan bersih. 
Mendadak saya merasakan cacing – cacing di perut demo yang meminta supaya perut saya di isi oleh beberapa asupan gizi. Kemudian, kami pun memesan makanan sesuai dengan keinginan kami masing – masing.

Saya pada saat itu memesan nasi bistik sapi lada hitam dengan ditemani segelas es teh manis yang cukup mengisi perut saya yang keroncongan. Dengan lahap nya saya menyantap makanan tersebut hingga tandas tak tersisa.

Jam di dinding sudah menunjukan pukul 16.00 wib kami pun bergegas untuk bersiap – siap menunggu di tempat duduk dekat kereta api. Suasana di stasiun sore itu sudah terbilang cukup ramai dari anak – anak sampai beserta dengan sekeluarga membawa tas dan koper yang besar.

Tidak lama kemudian, kereta api yang saya tunggu – tunggu sudah tiba di depan mata saya dengan melaju semakin lama semakin melambat. Pemberitahuan dari speaker untuk naik kereta api dengan tertib pun di kumandangkan.

Kereta api tersebut masih terbilang enak dan sangat nyaman karena dilengkapi dengan AC, dua buah televisi di belakang dan depan tempat duduk, tempat chargeran yang dapat saya manfaatkan untuk mengechas handphone saya yang pada waktu itu sudah sangat lowbat. Berikut adalah foto dari dalam Kereta Api jurusan Cirebon tersebut.




Bisa dilihat sendiri bersih dan nyaman kan? Tidak kalah dari kelas eksekutif lain nya hahaha…

Terkadang sesuatu yang terencana rapih dan terjadwal bisa saja tidak berjalan sesuai rencana, tetapi jika sesuatu itu yang di rencanakan dalam keadaan yang mendadak lebih mungkin terjadi. Inilah yang kami dapat rasakan deengan beranggotakan 11 mahasiswa dan mahasiswi semester tiga Univesitas Multimedia Nusantara jurusan Ilmu Komunikasi kami berkompromi pada tanggal 30 November 2012 dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat keesokan harinya dengan modal yang nekad dan tentuya dalam renacana yang hanya mempunyai gambaran yang sediki tentang seluk beluk tempat yang akan kami kunjungi nantinya. 





Akhirnya kami tiba dengan langit yang sudah menunjukan gelapnya dan bertaburan bintang - bintang yang indah di Stasiun Cirebon pada hari yang sama pukul 20.30 WIB dan dari sinilah sebuah petualangan di Kota Cirebon pun dimulai.


Indonesia terdiri dari beberapa pulau dan propinsi yang kaya akan sumber daya alamnya. Baik darat maupun lautan hasil sumber dayanya melimpah ruah dan akan sangat disayangkan apabila semua itu tidak dimanfaatkan dengan baik.



Cirebon itu lah nama kota yang merupakan salah satu jalan alternatif yang dikenal sebagai jalur pantura. Dapat menghubungkan Jakarta – Cirebon – Semarang – Surabaya. Kota ini berada di pesisir utara Jawa.
Kota Cirebon memiliki letak geografis yang bagus karena terletak pada lokasi yang strategis dan menjadi simpul pergerakan transportasi antara Jawa Barat dan Jawa Tengah. Letaknya yang berada di wilayah pantai menjadikan Kota Cirebon memiliki wilayah dataran yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah perbukitannya.

Cirebon biasa di kenal dengan sebutan nama yang khas yaitu Kota Udang dan Kota Wali kata penduduk setempat dulu nya. Selain itu juga, kota Cirebon disebut juga sebagai Caruban Nagari (penanda gunung Ceremai) yang dikarenakan banyak terdapat perbukitan di kota ini dan Grage (Negeri Gede dalam bahasa jawa cirebon berarti kerajaan yang luas).

Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Kota Cirebon sudah terbiasa menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Sunda dan Bahasa Jawa.

Makanan khas Cirebon pun beraneka ragam dengan kelezatan di setiap gigitan nya. Banyak citra rasa yang menggoda di masakan nya. Selama saya berada di kota tersebut saya pernah menyicipi sate kambing dan sate ayam nya yang lezat, dagingnya lembut dan yang paling oke adalah dengan harga yang murah meriah.

Empal Gentong, Soto ayam, Lontong sayur, Roti panggang selai nanas, Tahu gejrot, Nasi jomblang, Sate ayam. Itu adalah beberapa menu yang sudah pernah saya cicipi selama saya berada di Kota Cirebon itu. Saat berada di sana itu rasanya seperti surga.
Makanan yang tersedia enak – enak dan rasanya sayang sekali jika datang kesana tanpa mencicipi tahu gejrot dan empal gentong nya.

Jika ada yang mau berlibur dan menginap di kota Cirebon kalian tidak usah takut akan kelaparan karena di sini lah tempatnya makanan – makanan khas Jawa Barat tersedia dengan tempat makanan yang berjejer di sepanjang jalanan raya kota Cirebon itu.
Keesokan hari nya kami dengan ber-11 orang sepakat ingin memulai observasi ini untuk memenuhi tugas Komunikasi Antar Budaya (KAB) dengan memulai petualangan kami ke  Keraton Kacirebonan. 

Mari kita melihat budaya yang ada di Cirebon, terutama pada Keraton Kacirebonan dan Kasepuhan.
Tidak lama setelah perjalanan kami dari hotel tempat kami bermalam sampai lah di tempat yang sudah kami nanti – nanti kan yaitu Keraton Kacirebonan. Dengan diantar menggunakan mobil fasilitas hotel tempat kami menginap yang dengan sukarelawan ingin mengantarkan kami ke berbagai tempat selama kami berada di Kota Cirebon itu.

Keadaan cuaca pada hari itu cukup terik karena matahari sudah menunjukan tinggi nya dia berdiam diri diatas awan. Walapun begitu tetap saja kami ber-11 orang harus tetap semangat. Bagi saya, jujur saja ini adalah pengalaman pertama kalinya saya berkunjung ke Keraton Kacirebonan bersama dengan teman – teman kuliah yang ternyata sama “gila” nya dengan saya juga. Hahaha… 
So, disini saya sangat exited sekali bisa berbagi pengalaman yang bahagia ini kepada kalian semua.




Pepohonan yang rindang ini menutupi pintu masuk Keraton Kacirebonan siang itu. Entah kenapa saat saya masuk ke dalam melewati pintu masuk nya serasa hawa nya sejuk dan segar. 

Di dalam nya juga kami harus membayar untuk bisa masuk ke dalam Keraton Kacirebonan tersebut sebesar Rp 2.000-, per orang yang nanti nya kita juga akan di temani dengan pemandu atau tour guide. Beliau juga sudah lama bekerja sebagai tour guide di Keraton Kacirebonan tersebut. Karena memang tidak dapat sembarang orang yang boleh bekerja di tempat keramat itu.

Setelah memasuki pintu masuk dan pembelian tiket kami langsung di pandu untuk mengikuti tour guide dan di sana dia mulai menceritakan dari awal pembentukan Keraton Kacirebonan tersebut.



Inilah foto dari pintu gerbang masuk nya ke Keraton Kacirebonan. Bersih dan tidak ada sampah berserakan sedikit pun. How nice :) 




Foto diatas adalah penunjuk arah yang dapat kita temui jika sudah melintas melewati pintu masuk.
Keraton Kecirebonan ato sering disebut juga dengan Kesultanan ini dibangun pada tanggal 1800 M, Keraton ini banyak menyimpan benda-benda peninggalan sejarah seperti Keris, Wayang, perlengkapan Perang, Gamelan. Hal lain nya juga masih terdapat dari peninggalan penjajahan belanda dan jepang.
Berikut ini adalah merupakan taman yang dibuat khusus untuk menyambut para tamu – tamu kerajaan. Patung macan putih itu sudah di bangun sejak dahulu kala dan sampai sekarang tetap berdiri dengan kokohnya.




Keraton Kacerbonan merupakan pembesaran atau peluasan dari Keraton Kanoman setelah Sultan Anom IV yaitu adalah PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra Mahkota yang seharus nya menggantikan tahta dan di asingkan oleh Belanda ke Ambon, karena dianggap sebagai pembangkang dan pemberontak. Ketika kembali dari pengasingan tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh Imamuddi. Atas dasar kesepakatan keluarga akhirnya PR Anom Madenda membangun Istana Kacerbonan, kemudian muncul lah Sultan Carbon I sebagai Sultan Kacirebonan pertama.
Kedudukan Kota Cirebon yang berada pada bayang - bayang pengaruh Mataram. Ketika Amangkurat I berkuasa dari tahun 1646 sampai dengan tahun 1677.


Masa pemerintahan yang di tandai dengan banyak nya pergolakan agak nya menjadi faktor penting mengapa Cirebon semakin menjadi lemah. Kepergian penguasa Cirebon Panembahan Ratu II, cucu Panembahan Ratu dari Keraton Cirebon ke daerah dekat ibukota Mataram ini disertai oleh kedua puteranya, yaitu Pangeran Martawijaya dan Pangeran Kertawijaya. Sebagai pengganti kedudukan nya selaku Sultan Cirebon, di tunjuk putera nya yang paling bungsu, yaitu Pangeran Wangsakarta.
Pada tahun 1662 Masehi Panembahan Ratu wafat. 

Sebelum meninggal beliau sempat melakukan pembagian kerajaan nya menjadi dua yang akan di wariskan kepada kedua putera nya itu. Pangeran Martawijaya diangkat sebagai Panembahan Sepuh yang berkuasa atas Kasepuhan. Sedangkan, Kertawijaya ditunjuk sebagai Panembahan Anom yang berkuasa atas Kanoman.

Seperti halnya Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman, Keraton Kecirebonan pun tetap menjaga, melestarikan, menlindungi kesenia tradisional Cirebon serta melaksanakan kebiasaan dan upacara adat seperti Upacara Pajang Jimat, memandikan keris – keris, upacara tarian daerah. Tidak lah heran jika seni batik, seni ukit, seni tari, seni topeng dan sebagai nya tetap lestari dan berkembang dengan pesat.
Keraton Kacirebonan berada di wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan, tepatnya 1 km sebelah barat daya dari Keraton kasepuhan dan kurang lebih 500 meter sebelah selatan Keraton Kanoman.

Jika kita melihat dari segi bangunan Keraton Kacirebonan yang unik dan menyimpan banyak rahasia sejarah yang tinggi pada zaman nya tidak lah menutup kemungkinan bahwa bangunan tersebut termasuk tipologi arsitektural bangunan keraton.

Bentuk bangunan nya saja sama seperti bangunan pembesar pada zaman kolonial Belanda dengan pengaruh arsitektur Eropa yang kuat. Oleh karena itu, kita dapat melihat dari bentuk bangunan keraton, ukiran – ukiran yang menghiasi tembok keraton.




Berikut akan saya perlihatkan bagaimana keunikan yang di miliki oleh Keraton Kacirebonan ini.
Ini adalah beberapa contoh bangunan Keraton Kacirebonan yang dibangun oleh arsitektur Eropa. Tempat ini dipakai untuk menjamu tamu – tamu keraton yang akan datang berkunjung bertemu dengan Sultan. Bisa dibayangkan nyaman dan sejuk nya bangunan tersebut. Tapi di balik itu semua bangunan ini sudah lama sekali di bangun dan menjadi saksi bisu Keraton Kacirebonan.



Ya! Bersih, Putih, Rapih itu lah yang saya katakana saat pertama kali melihat bangunan ini. Sangat tercerminkan bahwa kepribadian Keraton Kacirebonan. Semua peralatan dan furniture di dalam nya masih asli pada saat Belanda masuk dan membangun pemerintahan kolonial di Cirebon. Semoga saja keunikan dari Keraton Kacirebonan ini dapat lestari dan menjadi pelindung dari rusaknya budaya dan kesenian di dalamnya.




Ukiran - ukiran ini merupakan suatu gambar yang di bentuk diatas keramik putih yang apabila di urutkan dapat membentuk suatu kesatuan cerita. Begitu unik nya suatu hiasan dinding Keraton Kacirebonan tersebut.

Pelabuhan kota Cirebon sering kali di lalui oleh kapal-kapal asing yang mengangkut barang-barang niaga. Baik dari luar dan dalam negara asing pun pernah meramaikan pelabuhan ini. Pemandangan itu pun masih kita temui hingga saat ini. Bila kita berjalan - jalan di sore hari, maka akan kita saksikan puluhan kapal - kapal besar tengah bersandar di dermaga.

Disamping itu juga Cirebon telah lama di kenal sebagai pusat penghasil kain batik terbaik dan terutama Batik Trusmi. Dan kota ini juga terkenal dengan kesenian tari topeng nya yang sampai sekarang ini masih di lestarikan oleh orang dalam Keraton Kacirebonan dan musik tarling yang menggabungkan suara gitar, suling dan suara manusia dalam perpaduan yang harmonis. Semua nya itu dapat kalian saksikan langsung jika datang ke kota Cirebon ini.

Apabila Anda ingin berkunjung ke kota Cirebon, jangan lah lupa untuk menyisakan sedikit waktu nya mencicipi kelezatan Nasi Jamblang yaitu nasi putih yang penyajiannya dibungkus dengan daun jati sehingga membuat nasi putih itu terasa berbeda dan di jamin itu rasanya sangat enak dan khas kota Cirebon tentu nya.

Bagi yang ingin mengunjungi Cirebon, Anda dapat mencapai daerah itu dengan menggunakan bus, kereta api maupun kendaraan pribadi. Sungguh merupakan kebanggan dari saya yang paling dalam dapat berkunjung secara langsung ke Keraton Kacirebonan ini yang merupakan pengalaman pertama saya. Semoga dengan tulisan ini saya dapat juga ikut melestarikan kebudayaan Cirebon beserta lainnya dan dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Pembahasan yang menyangkut teori - Teori Samovar adalah

1. Sejarah 
Menurut Samovar, sejarah budaya adalah bahwa banyak elemen paling penting dari budaya disebarkan dari generasi ke generasi dan melestarikan pandangan suatu budaya. Sejarah menyoroti asal suatu budaya, "memberitahukan" anggotanya apa yang dianggap penting, dan mengindentifikasi prestasi suatu budaya yang pantas untuk dibanggakan. Dari sejarah ini lah kita bisa menceritakan dan menurunkan adat istiadat atau kebiasaan - kebiasaan budaya kita pada anak cucu kita nanti nya.

2. Agama
Menurut Samovar, Fitur lain dari budaya adalah agama. Melalui agama kita dapat memperkenalkan kebudayaan kita pada orang yang menganut agama yang sama dengan kita. 
Lebih khusus lagi, menurut Parkes, Laungani dan Young, semua budaya "memiliki agama yang dominan dan terorganisasi di mana aktivitas dan kepercayaan mencolok (upacara, ritual, hal - hal tabu,dll) dapat berarti berkuasa.

3, Nilai
Menurut Samovar, Nilai adalah fitur lain dari suatu budaya. nilai merupakan titik kritis atas pemeliharaan budaya secara keseluruhan karena hal ini mewakili kualitas yang dipercayai orang yang penting untuk kelanjutan hidup mereka. 

4. Bahasa
Menurut Samovar, Bahasa juga merupakan fitur lain yang umum pada setiap budaya. Begitu pentingnya bahasa bagi setiap budaya karena bagaimana tidak kalau kita ingin memperkenalkan budaya kita pada orang lain itu pun melalui bahasa yang biasa kita pakai. Oleh karena itu bahasa merupakan elemen penting dalam elemen budaya.

No comments:

Post a Comment