Pages

Tuesday, October 29, 2013

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan


Indonesia dikenal sebagai bangsa yang sarat akan kebudayaan yang berbeda-beda. Dengan lebih dari 1000 suku bangsa yang tinggal di nusantara ini, kebudayaan yang dimiliki pun beraneka ragam.
Lalu bagaimana dengan kebudayaan yang terdapat di pulau Jawa, khususnya daerah khusus ibukota Jakarta, yang dapat dibilang telah mendapat pengaruh budaya dari luar yang begitu kental, sehingga tidak nampak lagi kebudayaan aslinya? Apakah kebudayaan asli Jakarta sepenuhnya hilang? Ternyata tidak.

Ibu kota  Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah utama, dalam setiap wilayahnya ternyata masing-masing masih memiliki kebudayaan asli tersendiri, sekalipun proses pembentukan kebudayaan ini sendiri mendapatkan pengaruh dari daerah yang berbatasan langsung dengan Jakarta. Jakarta pun juga mendapatkan pengaruh yang cukup besar dari pluralitas masyarakat Indonesia yang menjadikan Jakarta sebagai titik temunya.
Dalam pembahasan komunikasi budaya kali ini, kelompok kami tertarik dengan keunikan budaya salah satu wilayah di jakarta, yaitu Jakarta Selatan dengan budaya Betawi-nya. Khususnya sebuah perkampungan yang dikenal dengan nama Setu Babakan. Seperti di sebagian besar kebudayaan yang menempati wilayah Jakarta, di perkampungan Setu Babakan sendiri budaya betawi menjadi kebudayaan utamanya.



Perkampungan cipta karsa Setu babakan sendiri terletak di Jalan Srengseng Sawah, Jagakarsa. Menurut penjelasan yang tim terima dari staf pengelola, daerah ini sengaja dibuat sebagai pusat pelestarian budaya betawi. Kebudayaan Betawi yang terdapat disini terbilang lengkap, dari tarian tradisional betawi, pakaian adat, hingga wawasan kuliner betawi.
Setiap minggunya, pengelola memberikan panggung sebagai tempat pertunjukan kreativitas para seniman betawi. Uniknya, pada setiap penampilan para seniman menampilkan budaya betawi yang murni tanpa ada pengaruh dari modernisasi yang terjadi khususnya di era globalisasi ini.
Meski begitu, diakui oleh beberapa seniman tradisional betawi bahwa budaya betawi sendiri mendapatkan pengaruh dari berbagai budaya lain. Bukan hanya dari dalam negeri, namun juga dari mancanegara seperti China, Arab dan Portugis.
Salah satunya seperti alat musik tradisional betawi, yaitu GambangKromong yang merupakan hasil dari proses asimilasi kebudayaan China yang masuk ke Indonesia.

Bahasa
Dalam percakapan sehari-hari masyarakat setu babakan menggunakan bahasa Indonesia meski dengan sedikit aksen betawi. Namun,  jika dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di Indonesia yang mendapat pengaruh budaya betawi, aksen yang melekat pada gaya berbicara masyarakat setu babakan tidak begitu kental.
Tim melihat bahwa kurang begitu kentalnya aksen betawi pada gaya bicara warga dikarenakan banyaknya penduduk yang merupakan pendatang. Diakui oleh masyarakat bahwa meski mereka mencintai dan memahami budaya betawi namun tidak seluruhnya merupakan keturunan langsung etnis betawi.
Sebagai contoh, beberapa warga yang kedua orangtuanya bukan etnis betawi namun sudah lahir dan tumbuh di Setu Babakan, menjadikan etnis betawi sebagai identitas pribadi mereka. Sifat egaliter masyarakat betawi yang terbuka terhadap perbedaan menjadi faktor utama trjadinya fenomena ini.

Patrilineal
Perlu digaris bawahi bahwa, etnis ini memiliki pandangan patrilineal dimana garis keturunan ayah yang menjadi penerus. Jadi, meskipun tidak sedikit masyarakat betawi yang berpindah domisili ke luar jakarta namun garis keturunan dari Ayah yang dibawanya tetap menjadikan mereka bagian dari etnis Betawi.
Diketahui bahwa budaya betawi tidak memiliki apa yang disebut budaya lain sebagai ‘marga’ tapi mereka membawa nama belakang Ayah sebagai salah satu bukti sifat patrilineal yang terkandung dalam kebudayaan etnis betawi.



Kesenian
Salah satu kesenian betawi yang mendapatkan perhatian di tengah masyarakat indonesia, khususnya warga betawi di setu babakan adalah kesenian Lenong. Sebuah drama tradisional khas budaya betawi. Dalam pengertian lenong sendiri merupakan ‘lakon’ yang berisi petuah-petuah dan kritik humanis terhadap apa yang terjadi di Jakarta.




            Yang menarik lagi dari suku betawi ini adalah makanan khasnya. Satu contoh makanan khas betawi yang paling populer adalah kerak telor. Kerak telor terbuat dari campuran beras dan telor yang dipanaskan. Sesudah matang kemudian dimasukan bumbu-bumbu kelapa dan bawang goreng, perpaduan inilah yang membuat rasa dari makanan ini begitu unik.

Christina Damayanti            / 09120110163
Apriliyanti                              / 12140110062
Shara Sabrina                       / 12140110120
Agus Nurrochman                / 12140110166
Anggie Cyndia                        / 12140110213
Khairunnisa Rhamadani       / 12140110268
Andreas Ivan                         / 12140110301        

Sunday, January 20, 2013

Kehidupan para pertapa : komunitas buddha sangha dhammakaya


Kehidupan para pertapa : komunitas buddha sangha dhammakaya
NIM        : 10120110272
Nama      : Arya dewantoro
Kelas      : B1




Dalam setiap agama yang ada di dunia ini pastilah memiliki nilai-nilai agama yang di junjung tinggi dan di yakini oleh para penganutnya. Nilai-nilai agama tersebutlah yang di praktekan dalam kehidupan sehari-hari umat dan menjadi panutan hidup mereka untuk menjalani hidup di dunia lebih baik dan mencapai surga.
Namun karena keberanekaan ragam agama yang ada di semua belahan dunia yang memiliki keberanekaragaman budaya dan latar belakang sosial yang berbeda pula. Menghasilkan kepercayaan/agama yang beraneka ragam pula. Dengan sudut pandang dan interpretasi yang beraneka ragam pula dalam memandang Tuhan. Sehingga agama yang ada menjadi sangat banyak dan beraneka ragam.
Di indonesia terdapat beraneka ragam suku dan budaya dimana memiliki agama yang berbeda-beda pula. Setidaknya ada 6 agama yang sudah di akui di indonesia yakni: islam, kristen, protestan, hindu, buddha, konfucius/konghucu. Agama mereka biasanya di dapatkan memalui turun temurun dari nenek moyang, perkawinan silang/berbeda ras dan agama dan juga melalui pengalaman pribadi mengenai agama tersebut. Kebebasan untuk memilih agama di indonesia membuat penduduk indonesia bebas untuk memilih kepercayaannya masing-masing.
Agama buddha di indonesia adalah agama yang sangat kecil persentasinya penganutnya bahkan di bandingkan agama hindu yang juga minoritas. Hanya sekitar 8% - 10% dari penduduk indonesia yang menganut agama buddha. Namun dari tahun 1960an penganutnya terus bekembang sampai sekrang bahkan sudah ada (sekolah tinggi agama buddha negri)STABN Sriwijaya tutur salah satu dosen Sriwijaya.
Pada kesempatan kali ini saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pabajja samanera selama 10 hari yang diadakan di STABN Sriwijaya. Pabajja samanera adalah pelatihan untuk umat(pria) buddha untuk menjalani hidup sebagai pertapa sementara dalam jangka waktu yang sudah di tentukan.
STABN Sriwijaya berlokasi di Edutown BSD City tepat di samping SGU(Swiss german university) dengan di mentori oleh sangha(perkumpulan biksu) dari dhammakaya(salah satu sekte agama buddha di thailand) mereka datang dari bangkok untuk membantu 126 orang calon pabajja samanera (terbanyak di indonesia untuk pertama kalinya) untuk menjalani hidup seorang pertapa selama 10 hari. Di mulai pada tanggal 21 desember sampai dengan tanggal 31 desember 2012. Dengan jadwal acara 5hari pelantikan/pelatihan dan 5hari menjadi samanera/pertapa.
Selama 5 hari pertama kita di latih untuk disiplin dan meninggalkan kehidupan keduniawian. Walaupun belum menjadi samanera pada tapi peraturan sudah sangat ketat.
Pada hari pertama yang kita lakukan adalah pendaftaran pada pukul 10:00. Pada saat pendaftaran pertama kali di minta konfirmasi pendaftaran (acara ini 100% gratis tanpa biyaya karena semua biyaya di sumbang oleh donatur). Setelah itu pemeriksaan tas dimana barang duniawi(uang, handphone, parfum, dompet, laptop) akan di amankan selama 10hari. Karena Pada 5hari pertama kita masih menggunakan baju orang awam karena belum di tabiskan. Pada pukul 12:00 semua peserta di turunkan ke lapangan untuk latihan baris berbaris yang di mentori oleh anggota TNI. Walaupun hujan gerimis peseta tetap melanjutkan latihan baris berbaris dan di lanjutkan di dalam ruangan karena hujan besar. Mayoritas peserta dapat melakukan baris berbaris dengan baik. Dan pada 18.00 di lanjutkan dengan memberikan peraturan dan 8 sila (untuk umat awam 5 sila).
8 sila tersebut adalah : tidak boleh berbohong, asusila, minuman keras, membunuh, mencuri , mendengarkan lagu, menyanyikan lagu, dan tidak boleh makan setelah jam12 siang. Hari pertama di lanjutkan dengan meditasi dan ceramah dan kita istirat pukul 22:00
Hari ke2 bangun pukul 4:00 dan langsung kebaktian dan meditasi pukul 4:30 dan sarapan 7:00 sampai pukul 8:00 setelah sarapan kita latihan baris berbaris lagi dan menghapalkan lafalan untuk upacara pentabisan.pukul 11:00 makan siang menggunakan alat makan plat/piring besi dengan makanan sumbangan dari para donatur. Pada saat makan di lakukan dengan perhatian tidak boleh berisik dan meninggalkan sisa makanan.karena piring bekas makan harus kita cuci sendiri dan meletakan piring dengan rapih dan teratur. Pukul 13:00 sampai 14:00 adalah waktu beres-beres ruangan dan istirahat.
Semua peserta memiliki nomor urut dan group A,B,C,D,E yang kemudian di bagi menjadi bagian kelompok kerja seperti : kelompok cuci baju, bersih-bersih toilet, dan juga kelompok bersih-bersih ruangan. masing-masing kelompok mengerjakan tugasnya bersama-sama saling membantu satu sama lain sampai hari akhir. Sore pukul 15:00 sampai  17:00 pemberian materi pelajaran. Dan sisanya sama seperti hari sebelumnya.
Pada hari ke3 adalah hari yang paling menegangkan karena hari ini adalah pencukuran rambut. Seluruh peserta pada bagi hari di brefing dan memasuki lapangan pada pukul 6:00 (sarapan superkilat hanya dengan roti dan tehkotak). Setelah sarapan kami memasuki lapangan dan duduk di tempat yang sudah di sediakan.
(upacara sebelum di pencukuran rambut dengan daun teratai simbolis diri yang suci)

(karena pada saat pelatihan peserta tidak boleh membawa hp/kamera jadi proses dokumentasi agak sulit jadi pada saat pertama kali di gunduli tidak dapat shootnya)

Proses pembotakan di mulai oleh 10 bante dari dhamakaya. Seluruh bante terlihat sibuk dan kerepotan menggunduli 100orang lebih. Walaupun sudah di botak tapi status peserta belum menjadi samanera melainkan upasaka/calon samanera dengan memegang 8sila. Jadwal Hari ini masih sama dengan kemarin.
Pada hari ke empat para bante menegaskan peserta harus menghapalkan diluar kepala parita(doa untuk mengajukan permohonan menjadi samanera) karena di hari ke lima kita akan di takhbiskan untuk menjadi samanera di depan bante senior(pemimpin sangha dhamakaya dari thailand) dan juga umat dan orang tua peserta. Hal ini membuat para peserta menghapal mati-matian di sela-sela kesibukan meditasi dan kerja bakti mereka menghapalkan setiap ada waktu luang/istirahat dan sebelum tidur. Hari ini adalah hari pertama kalinya kita melepaskan hal yang paling berharga yaitu bagian bari anggota tubuh kita yaitu rambut. Rambut adalah simbol dari mahkota tubuhmanusia yang mana dapat mempertampan/mempercantik diri dengan hilangnya rambut dari kepala kita adalah suatu pengorbanan diri untuk menempuh hidup pertapa yang bebas dari hiruk pikuk duniawi.



(upasaka mengenakan baju putih dan sabung/sarung putih)

Ketika proses pencukuran rambut menggunakan alat cukur sederhana yang biasa di gunakan untuk mencukur jenggot. Sebelum di lakukan pencukuran rambut peserta membasahi rambut dengan sabun agar mudah di cukur kemudian bante akan mencukur rambut secara perlahan dan terakhir mencukur alis dengan mengatakan “okay here we go” hehe mayoritas bante sudah dapat bebicara bahasa inggris karena mereka bukan hanya berasal dari bangkok tetapi ada pula yang berasal dari amerika, nepal, singapura, dan negara lainnya.

Pada hari ke lima. Adalah hari penakbisan dari upasaka menjadi samanera. Saya masih ingat bagaimana para peserta bersemangat menghapalkan parita permohonan penabisan. Yang di lakukan siang dan malam. Mereka dengan lantang menghapalkan:
“Ukasa, kami semua berkumpul disin, berlutut untuk mengucapkan perpisahan kepada ayah, ibu, kakak, adik dan seluruh perwakilan agama buddha disini. Kami akan mentahbiskan diri sebagai samanera. Jika pada masa kehidupan yang pernah kami jalani yang tidak terhitung jumlahnya, kami pernah menyakiti siapapun dari anda, disadari atau tidak, disengaja atau tidak, yang mampu kita ingat ataupun tidak, dengan ini kami mohon maaf. Mohon hadirin sekalian memaafkan kesalahan kami, sehingga kami dapat ditahbiskan sebagai diri yang suci, tidak tercela dalam kehidupan suci kami dan dalam upaya kami mencari jalan menuju nibanna pada masa kehidupan ini.”


(Para Upasaka menggunakan bunga teratai sebagai simbolis diri yang suci. Mengapa menggunakan daun dan bunga teratai, kareana teratai yang indah tumbuh di antara lumpur dan lumut yang kotor. Layaknya jiwa yang bersih kesadaran yang tumbuh dari diri yang sebelumnya penuh kekotoran keduniawian.) 
Namun pada waktu hari pelaksanaan sura para peserta tidak sekencang saat waktu latihan mungkin karena terharu atau karena grogi atau bahkan lupa hehehe. Namun semua prosesi berjalan dengan lancar. Setelah semua peserta mendapatkan jubah dan mengenakan jubah kuning status mereka masih belum menjadi samanera karena belum mengajukan 10sila / dasasila kepada para bante hal ini sangat penting karena bukan hanya 10 sila namun kita para samanera di tuntut menjalankan 75 vinaya/peraturan yang tidak tertulis namun harus di lakukan oleh para samanera.

Setelah mendapatkan jubah dan bowl/tempat makan para peserta mengenakan jubah semua peserta berkumpul di aula dan bersiap untuk upacara pentakbisan yang dilakukan untuk mendapatkan 10 sila dan melakukan permohonan untuk menjadi murid sang buddha/ sangha dengan dilakukan nya upacara ini para peserta harus lebih mawas diri dan berhati hati dalam bertindak dan berprilaku agar mendapatkan manfaat yang baik dari pelatihan ini.



Tugas para pertapa atau bante atau biksu adalah menjalankan hidup suci dengan melakukan meditasi, menjalan kan sila/peraturan yang sudah di tetapkan dan membabarkan dhama atau ajaran sang buddha. Dengan pikiran yang jernih dan tingkah laku yang baik seorang pertapa harus dapat menjadi contoh / prototipe / model dari agama buddha dan sang buddha. Dengan begitu umat dapat mencontoh disiplin dan halbaik lainnya dari pertapa dan membuat karma baik dengan berdana dan membantu menyokong kehidupan sangha agar tetap dapat menyebarkan dhamma kepada setiap orang. 
Pada malam hari pertama di takbiskan banyak samanera yang merasa, melihat dan di ganggu oleh makhluk halus. Banyak pula yang jatuh sakit dan mengalami kecelakaan kerja pada hari berikutnya. Bante prapan bercerita kalau pada masa sang buddha parapetapa menggunakan hutan sebagai tempat tinggal mereka dimana yang dihuni/di tinggali oleh makhluk yang ada di alam bawah seperti hantu dan binatang mereka kelaparan dan penuh dengan penderitaan karena timbunan karma baik yang sedikit maka mereka hidup di alam bawah. Melihat para petapa mereka iri dan mulai mengganggu untuk mengusir petapa dari hutan. Para biku menceritakannya pada sang buddha dan buddha berkata bagilah kebahagian kepada mereka. Dengan begitu para biku dan buddha membacakan parita etavata dan karania metta suta yang berisikan tentang pelimpahan jasa dan cinta kasih untuk mendamaikan dan mendoakan makhluk yang ada di sekitar kita agar mereka pun dapat mendapatkan manfaat dari para petapa.
 Pada hari ke dua setelah pentakbisan kegiatan hari dimulai dengan meditasi dan berdoa seperti jam biasanya pukul 4:00 dan memulai sarapan pukul 7:00 dengan memakai jubah cara makan kita pun harus lebih rapih dan anggun dari sebelumnya karena kita adalah model/prototipe dari agama buddha dan sang buddha adalah mantan pangeran jadi memiliki norma-norma kebangsawanan. Pada saat makan kita harus duduk tegak dan konsentrasi pada makanan. (Kami makan untuk menyambung hidup bukan untuk kesenangan dan memperindah tubuh.) kemudian menggabil makanan yang di berikan dengan porsi secukupnya. Ketika menyendok makanan tidak boleh berlebih harus pas dengan sendok agar tidak ada makanan yang jatuh dari mulut. Cara memakan jeruk dan pisang harus di potong pakai sendok baru di makan tidak boleh langsung di gigit. Hal-hal detail tersebut terdapat  pada vinaya agar para biku hidup dengan penuh mindfullness. Kegiatan siang dan sore seperti biasanya bersih=bersih yang dilakukan gotong royong dan meditasi untuk melatih pikiran agar tetap tenang dan jernih. Pada malam hari biku senior memberikan materi pelajaran mengenai pikiran dan kebiasaan/mind and habbit dimana badan adalah bagian yang tangible/nyata dan pikiran adalah yang intangibel/tidak terlihat. Pikiran kita adalah bagian dari kita yang paling susah di atur karena tak terlihat sifatnya melayang-layang seperti ikan di dalam botol, the harder to push the harder to bounce back. Semakin kencang kita menekan pikiran kita maka pikiran kita akan semakin melawan. Pikiran memiliki 4 lapisan :
1.      Presepsi (menerima signal dari 5 indra)
2.      Memori (merekan data)
3.      Kognisi (mengolah data dengan pengalaman yang ada)
4.      understanding (memahami sesuatu)
bila kita menginginkan sesuatu tetapi kita tidak mendapatkanya = menderita
bila kita sudah memilikinya dan benda itu berubah (menjadi usang/tua) = menderita
bila kita sudah mendapatkanya dan ingin melepaskanya = menderita
kilesa/kekotoran batin yang menutupi pikiran kita, yang membuat kita tidak dapat berfikir dengan jernih dikarenakan 4lapisan pikiran dengan pengalaman yang ada selalu membuat kita berpresepsi buruk akan sesuatu. Hal ini sangat sulit di hilangkan karena posisinya sudah seperti garam dalam air /kacamata yang sudah lama sekali tertutup dengan debu kotoran yang sudah melebur menjadi satu dalam pikiran kita. Bagai manakah mengatasinya? Dengan membersihkan sedikit demi sedikit kaca yang ada yang dapat membuat kita melihat dengan jelas.
Hari itu pun berlalu tanpa terasa tinggal 3hari tersisa memakai jubah ini.
            Pada hari ke tiga hari ini adalah hari yang cukup melelahkan karena jadwal kita sangat padat hari ini pertama menggunjungi dan bersih-bersih di lingkungan vihara sidharta di bsd serpong kemudian sore hari akan melakukan puja lilin sampai malam dan di sambung dengan meditasi sampai tengah malam untuk memperingati hari bulan purnama. Dimulai pada pagi hari dengan empat buah bus yang mengantar para samanera dan biku ke vihara sidarta pada saat berangkat rombongan kami di berkati dengan gerimis namun saat di perjalanan cuaca menjadi cerah sampai tujuan pun gerimis dan kami masuk untuk kebaktian dan di lanjutkan dengan kerja bakti dan makan siang.para umat yang berdana makanan terlihat sangat gembira terlukiskan di raut senyuman wajah mereka ketika kami pulang yang di iringi dengan hujan gerimis.Kemudian sepulangnya kami dari sana kami bersiap bersih-bersih lokasi puja lilin dan mandi sore. 


Ritual puja lilin ini dilakukan untuk memperingati hari bulan purnama dimana sangbuddha mencapai penerangan sempurna. Lilin sebagai simbolis jiwa yang terang menerangi kegelapan batin. Pada saat kegiatan ini berlangsung hanya hujan hanya gerimis dan selesai acara hujan besar turun mengiringi meditasi yang di lakukan sampai jam 12 dan barulah waktu istirahat.(karena kehujanan terus menerus kondisi fisik saya menurun selama 2hari kedepan)
Pada hari ke empat badan meriang dan flu melanda karena kemarin kehujana seharian namun tekad sudah bulat mengingat tinggal 1 hari lagi ketika sarapan pagi saya menemukan makanan yang sangat cocok untuk kondisi flu entah namanya sup yang rasanya pedas namun menyegarkan badan. Membuat badan saya merasa lebih baik dari kemarin. Aktivitas masih sama dengan hari-hari sebelumnya dengan di isi materi pelajaran oleh bante pasura mengenai hidup yang teratur. Dengan menjalankan sila, samadhi, panya:
1.      Sila dengan aturan hidup seseorang akan lebih teratur, dengan teratur tidak ada barang yang berserakan dan menjauhi tindakan yang merugikan dengan tidak membunuh,mencuri,berzina,mabuk-mabukan,dan berjudi
2.      Samadhi atau meditasi dapat membuat orang dapat lebih sabar dan bijaksana karena jiwanya lebih tenang dan tidak gegabah dalam berprilaku.
3.      Pannya atau kebijaksanaan dapat membedakan yang benar dengan yang salah dan menghargai seseorang tidak hanya melihat orang dari sisi buruknya saja.
Dengan menjalan ketiga hal tersebut manusia dapat hidup lebih bahagia dan menghindari hidup yang sengsara dan berantakan/broken home.
1.      Orang yang tidak menjalankan sila dia akan membunuh,mencuri,berzina,mabuk-mabukan,dan berjudi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan mengakibatkan seseorang malas, tidak perduli dan berbuat sesuka hati.
2.      Ketika orang sudah berprilaku buruk maka pada lingkungan sosial akan menjadi minoritas dan berteman dengan orang/lingkungan yang sesuai dengan mereka yaitu para pemabuk,penjahat,dan pemerkosa.
3.      Mereka sudah tidak dapat melihat dengan jelas lagi mana yang benar dan salah pada akhirnya hidup dalam kebodohan dan hanya mengejar hawa nafsu yang hanya sesaat. Pada akhirnya perbuatan buruk yang banyak akan menuntun kepada hidup yang sengsara.
Kemudian setelahh materi peseta bermeditasi dan istirahat pada malam hari
            Hari ini adalah hari terakhir memakai jubah semua peserta kepalanya yang seula botak sudah mulai terlihat menghitam dengan rambut tipis di atasnya. Pada pagi hari masih seperti biasa meditasi sembahyang dan makan.kemudian dilanjutkan dengan ceramah oleh biku senior satu pesan yang ia tekankan JANGAN CEROBOH dalam melakukan segala tindakan karena setiap tindakan yang kita lakukan memiliki akibat. You get what you give. Dan berpesan agar jangan putus sampai disini latihan kalian dalam bermeditasi. Selesai itu kami melakukan upacara pelepasan samanera dengan meminta kembali 5 (lima) sila dan mengembalikan jubah.
            Para peserta di berikan sertifikat dan photo dengan nama buddhis di dalamnya. Saya mendapat nama cattamalo yang berarti pikiran yang jernih. Semua peserta terlihat sangat senang dengan nama yang mereka dapatkan begitu pun dengan keluarga mereka yang menjemput kepulangan mereka. Namun tidak hanya sampai disitu hari ini kita masih harus merapihkan seluruh peralatan dan kamar yang kita gunakan selama kegiatan berlangsung.
            Saya sempat bercengkrama dengan biku yang paling muda berumur 20 tahun bernama bante buchai .dia berasal dari USA namun orang tuanya masih berdarah thailand saat ini dia masih kuliah dan mengambil cuti selama satu tahun. Awalnya ia hanya ingin mencoba mengikuti samanera beberapa bulan namun lanjut sampai menjadi bante. Ketika saya tanya bagaimana dengan kelanjutan kuliah anda? Dia bilang saya akan melanjutkan kuliah saya. Bagaimana dengan biku anda? Saya juga akan tetap menjadi biku. Sambil kuliah. Whaa thats great saya bilang. Walaupun masih muda dia sangat pintar dan fasih dalam berceramah dan disiplinnya sangat tinggi dalam melakukan sesuatu . dia mementori bagian cucian baju dalam mencuci kita di ajarkan agar mencuci bersih dan menjemur secara rapih dan teratur.
            Note : Yang saya hitung selama kegiatan ini kita kurang lebih sujud 600kali dalam 10hari dan meditasi 50jam dalam 10hari makan hanya 20kali dalam 10hari mencuci paling tidak 25kali sesi cuci dalam 10 hari  hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya dalam 10hari.         Namun kebersamaan membawa kebahagiaan semua hal yang kami lakukan tidak terasa berat bila di lakukan bersama-sama. Akhir kata sabesatta bavantusukitata semoga semua mahkluk berbahagia.

Kampung Adat "Sindang Barang"






Tanah Cirebon, Tanah Wali -- Novita Damayanti 1114010054 F1


Nama : Novita Damayanti
Kelas : F1
NIM : 1114010054



Bendera Pertama Cirebon

“CIREBON KOTA BERINTAN” begitulah slogan kota Cirebon, kota kecil yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Cirebon berasal dari kata Cai (air) dan Rebon (udang), kota ini berada di pesisir utara Jawa atau yang dikenal dengan jalur pantura yang menghubungkan Jakarta - Cirebon – Semarang – Surabaya. Kota ini jauh dari kata modern tetapi kota yang mandiri. Kota ini masih memiliki beberapa peninggalan yang unik dan memperkuat kota Cirebon sebagai kota yang berbeda dari kota yang lainnya. Cirebon merupakan kota para wali dikarenakan dahulu kala pernah ada wali yang tinggal di kota cirebon yaitu Sunan Gunung Jati yang menyebarkan agama islam di Cireboni. Sejarah kehidupan Sunan Gunung Jati saat ini masih menjadi sejarah yang sering dibahas di buku-buku sejarah. Sejarah itu ada di dalam keraton Kesepuhan yang merupakan keraton termegah dan masih dirawat hingga saat ini. Di dalam Keraton Kasepuhan pula ada bendera pertama kota Cirebon yang bergambarkan Macan Ali dengan tulisan syahadat Islam. Hal ini membuat saya semakin tertarik ingin mempelajari budaya sejarah Keraton Kasepuhan tersebut dan akhirnya saya memutuskan untuk datang ke Keraton yang fenomenal tersebut.


Keraton Kasepuhan didirikan oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II dengan gelar Panembahan Pakungwati I yang menggantikan tahta Sunan Gunung jati yang bersemayam di Dalem Agung Pakungwati. Keraton Kasepauhan dulunya bernama Keraton Pakungwati. Sekarang, Keraton Pakungwati berada di dalam Keraton Kasepuhan. Sayang, saya tidak boleh masuk ke dalam keraton kecil ini dikarenakan ada pantangannya, wanita dilarang masuk karena tidak muhrim, dan mengalami datang bulan. Kenapa masyarakat hingga saat ini mematuhi larangnnya? Yang saya pelajari adalah saling menghormati budaya orang lain adalah nomor satu di tempat ini. Sebagai penganut agama Islam, mereka memang harus menjaga jarak dengan lawan jenis agarterjauh dari nafsu tubuh.

Sifat yang terbuka membuat masyarakat dekat dengan sejarah Cirebon itu sendiri, namun masih sedikit orang yang ingin mengenal dan mempelajari budaya peninggalan leluhur kita, salah satunya adalah menghormati semua agama di dunia ini. Dilihat dari pengalaman sosial, politik, dan ekonomi di Indonesia perbedaan budaya mengakibatkan perpecahan dan bahkan menimbulkan konflik. Bagi masyarakat Cirebon sendiri, masih banyak yang tidak mengerti bahwa dari zaman dahulu sudah diajarkan untuk menghargai budaya orang lain. Batu Tuju Manunggal merupakan bukti bahwa Keraton Kasepuhan mengajarkan hal yang baik. Batu Tuju Manunggal merupakan symbol dari satu keyakinan, satu kepercayaan, satu budaya, dan satu panutan, hal ini mengajarkan saya bahwa pendahulu kita mengajarkan untuk tetap bersatu. Adanya keramik-keramik dari Cina yang menempel pada dinding bangsal Pringgadani berceritakan tentang kehidupan nabi Nuh yang diambil dari kisah Kristiani. Cukup mengherankan. Bagaimana bisa budaya yang berangkat dari agama Islam terdapat benda seperti itu. Melalui bukti sejarah tersebut keraton Kasepuhan mencoba memberitahu kita bahwa kita harus menerima perbedaan dari agama lainSelain itu Sunan Gunung Jati menikahi Putri Ong Tien yang adalah keturunan Cina. Keterbukaan ini sudah ada sejak dahulu kala yang seharusnya terus dijaga agar kehidupan berjalan dengan baik.

Budaya menghormati perbedaan sudah sejak lama dilakukan oleh zaman kerajaan di Cirebon merupakan penghuni pertama kota Cirebon.  Budaya menghormati orang tua dan leluruh juga sangat kental di Keraton ini contohnya adalah kita tidak boleh sembarangan menginjak situs-situs peninggalan dari nenek moyang kita. Contohnya adalah Bangsal Panembahan. Bangsal ini tidak boleh diinjak oleh pengunjung, selain faktor realistis ada juga faktor mistiknya. Faktor realitisnya adalah lantainya sudah beratus-ratus tahun tidak diganti sehingga pihak Keraton takut adanya insiden berbahaya bagi pengunjung karena lantai yang sudah tua dan rapuh. Faktor mistiknya adalah, bangsal tersebut merupakan bangsal yang digunakan oleh raja untuk memimpin kerajaan dan di dibelakangnya ada tempat tidur raja yang apabila dia letih siang hari ia akan tidur di tempat tersebut. Masyarakat diajarkan untuk menghormati area orang tua sehingga tidak semua orang boleh menginjak tempat tersebut. Zaman dahulu yang kita ketahui bahwa anak-anak sangat takut dan menghormati orang tuanya sehingga tidak adanya pertentangan, seperti kasus perjodohan, dll. Anak-anak zaman sekarang sudah mengenal bagaiamana menentang orang tua sehingga semuanya ingin ia coba dan tidak menghargai orang tua.

Tujuan hidup haruslah baik, haruslah benar. Keraton Kasepuhan mengjarkan saya bagaimana bersikap apabila memiliki tujuan. Contohnya tidak semua tempat bisa saya jelajahi tanpa membersihkan hati saya terlebih dahulu. Saya harus cuci muka terlebih dahulu ketika saya ingin melihat gua sirna raga yang terkenal di Cirebon. Mungkin pada umumnya sebagian orang pernah mendengar  ada gua yang bisa membawa seseorang sampai ke tanah suci Mekah. Guanya ada di sini, di Keraton Kesepuhan. Gua Sirna raga inilah yang membawa Sunan Gunung Jati kemana pun dia mau. Gua ini dipercaya dapat membawa Sunan Gunung Jati ke tanah suci Mekah dan ketika beliau harus bersembunyi, dia akan masuk ke dalan gua tersebut dan akan muncul di Gua Sunyaragi yang areanya masih berada di kota Cirebon. Sebelum kita memasuki area tersebut, ada beberapa situs yang membuat saya tertarik. Ternyata ada sumur-sumur yang menghantarkan kita ke Sumur Agung yang zaman dahulunya digunakan untuk seseorang masuk ke agama Islam. Saya melewati tempat dimana kita harus membersihkan diri dan kemudian bertemu dengan Sunan Gunung jati untuk diajarkan apa itu agama islam dan kemudia bertapa sehari semalam di gua yang sekarang sudah ditutup dengan alasan takut digunakan oleh masyarakat yang tidak bertanggung jawab. Setelah saya sudah melewati situs tersebut, barulah saya masuk ke dalam Sumur Agung yang merupakan Sumur terakhir dalam proses penyucian diri. Ibaratnya ketika saya ingin bertemu dengan Sang Pencipta, saya harus dalam keadaan suci. Saya berkesempatan utuk memanjatkan doa di depan gua tersebut. Dilengkapi oleh Batu Kilan yang merupakan batu dimana Sunan Gunung Jati menjalankan ibadah sholat 5 waktu. 

Keraton Kasepuhan merupakan tempat ziarah bagi pihak yang masih percaya dengan budaya masing-masing yang masih memiliki khasiat. Batu yang ditaburi kembang itu adalah batu kilan tempat dimana sunan Gunung jati menjalankan ibadah sholatnya. Sungguh beruntung saya datang ke dalam Keraton Kasepuhan. Saya diajak oleh pemandu saya yang ternyata adalah abdi dalam dari Keraton Kasepuhan itu sendiri, nama beliau adalah Mas Parmin. Beliau menghantar saya ke area Kereta Pedati yang dulu kala di gunakan untuk membawa peti kemas milik sultan, kereta ini di tarik oleh 4 sapi bule, sapi bule adalah sapi putih yang berada di pekalongan. Kereta Pedati yang berada di Keraton Kasepuhan merupakan kereta duplikat, Kereta yang asli berada di kota Pekalongan. Hal ini menjadi keberuntungan kita karena tidak semua pengunjung dapat mengunjungi situ ini.
Bersama Tiara

Keberuntungan saya dalam tujuan pembelajaran hidup saya masih terus berlangsung. Saya bertemu dengan cucu keponakan dari Sultan yang sekarang yaitu Sultan Arief Natadiningrat. Ia bernama Raden Tiara Nurviana Dewi anak dari Ratu Eka Dewi Septiani yang merupakan keponakan dari Sultan yang sekarang. Perbincangan kami sangat singkat karena ia masih merasa malu apabila ditanya-tanya tentang keadaan keluarganya karena biasanya orang asli keturunan darah biru akan sulit mejawab karena meereka takut salah menjawab dan ingin dianggap seperti orang biasa. Kehidupan yang sederhana melingkupi keseharian mereka. Tiara sekolah di sekolah negeri biasa di Cirebon. Ia bersosialisasi selayaknya anak umur 15 tahun pada umumnya dan seperti orang tradisional, ia tidak menyukai berbelanja di mall, ia lebih senang bermain dengan temannya di wilayah keraton saja. Ia bertahan untuk mempertahankan budaya tradisional yang sudah lama menjadi bagian dari hidup keluarga besarnya. Walaupun keluarga keraton memiliki ekonomi yang tinggi, ia tetap menggunakan angkutan umum untuk pergi ke sekolah. Pada dasarnya, sejak dahulu kala sistem ekonomi kerajaan akan lebih tinggai ketimbang perekonomian rakatnya, dan hal ini sudah menjadi garisan sejak dahulu kala bahwa kerjaan pasti akan lebih kaya ketimbang masyarakatnya. Rezeki selalu saja ada jalannya untuk datang menghampiri mereka. Perbincangan menarik ini hanya berlangsung dengan cepat karena saya pun masih harus menjelajahi isi keraton ini.

Perjalanan saya terus berlangsung. Kami dihantar oleh Mas Parmin untuk mengunjungi Gunung Indra Kila yang merupakan tempat di mana Raja mengawasi rakyatnya. Saya memang dapat melihat beberapa situs dari ketinggian ini. Raja sangat peduli dengan perkembangan rakyat sehingga ia dulu sering berada di Gunung Indra Kila tersebut hingga saat ini juga masih aktif digunakan. Ketika Sultan memiliki waktu senggang ia akan mengunjungi Gunung Indra Kila sambil mengobrol dengan abdi dalamnya. Sultan sudah terbuka dengan bentuk demokratis dimana abdi dalam berhak bicara dan mencari solusi bersama-sama. 

Ketika saya melihat-lihat situasi yang ada di sana, saya bertemu dengan pemandu yang lain. Ia mengajak saya untuk berbincang di pinggir rawa yang cukup besar dengan pemandangan seperti ada di film laga dan background kerjaan zaman dahulu kala. Perbincangan kami diawali dengan rasa ingin tahu saya tentang sejarah keraton terbentuk, dan bagaimana sikap sultan kepada para pekerja di keraton. Para pekerja di keraton memiliki panggilan dan tugas masing-masing. Ada bagian kebersihan, juru kunci sejarah, dan ada bagian umum dimana ia diberi upah 35ribu rupiah per minggu. Mas Aji yang saya temui ini adalah bagian umum sama seperti Mas Parmin yang menjadi pemandu saya. Bagian umum ini merangkap bermacam-macam pekerjaan, mereka dapat ditempatkan di depan sebagai pemandu dan dapat di tempatkan di dalam sebagai orang yang mengurus keperluan sultan. Sultan bersikap sangat terbuka, beliau selalu bertanya bagaimana pendapat mereka dan selalu mengirim sms apabila ada sesuatu yang dibutuhkan. Budaya mereka sudah terbuka dengan adanya teknologi tetapi hanya sebatas pengetahuan tidak mengembangkannya. Mereka tetap mempertahankan budaya tradisionalnya. Teknologi menjadi fasilitas mereka bukan sebagai pegangan hidup mereka. 

Saya duduk santai di aula yang luas ditemani oleh rekan saya Arwinda Pritami Yahya, Mas Parmin, dan Mas Usman yang adalah ketua abdi dalam bagian umum. Mas usman adaalah kakak dari Mas aji yang tugasnya memberi perintah kepada bagian umum seperti Mas Parmin. Mas Parmin yang berumur 22 tahun memiliki pengalam pernah kabur dari tempat ini dikarenakan tidak percaya akan hidup bahagia ditamabah dengan uang saku hanya beberapa ribu rupiah saja. Namun ia kembali lagi, merasa Keraton ini adalah rumah bagi dia.

Kami dibocorkan tentang hal menarik di sini yaitu membuat nasi jimat yang dibuat hanya setahun sekali dan hanya dibuat ketika Maulud Nabi tiba. Nasi jimat ini berwarna putih dan merah, sayang sekali kami tidak bisa nasi tersebut, namun kami diajak ke lokasi dapur pembuatannya. Saya merasa terhormat karena tidak semua orang dapat memasuki situs ini. Di tempat ini juga ada tempat kerajinan kayu miliki Ratu Eka. Aura mistik yang kental membuat saya merinding di tempat ini. Saya hanya boleh melihat-lihat dari luar saja. Saya terkejut, di dapur ini tidak ada apa-apa tetapi mereka dapat membuat nasi jimat. Bagiamana cara membuatnya? hmmm... Hanya mereka yang tahu. 

Perjalanan saya pada hari ini sangatlah menyenangkan, saya mendapat pengalaman yang seru dan mengajari saya banyak hal. Budaya Keraton Kasepuhan mengajari saya bagaimana menghormati agama lain, yang seharusnya masyarakat umum tahu bahwa sejak dahulu kala menghormati dan hidup berdampingan dengan suku, ras, agama yang berbeda. Dibuktikan dengan pernikahan Gunung Jati dengan Putri Ong Tien dari suku Cina yang tinggal di cirebon. Budaya menjaga sopan santun juga sangat di perhatikan. Wanita dilarang masuk ke dalam Keraton Pakungwati dikarenakan wanita tidak muhrim dan wanita mengalami dating bulan. Keraton Kasepuhan mengajari saya banyak hal. 

Mas Parmin dan Mas Usman
Abdi Dalam yang setia dan bersungguh-sungguh menjaga budaya keraton menginspirasi saya untuk menjaga budaya di mana saya tinggal. Hati yang bersih menjaga kita dari nafsu diri.Tidak ada perang manusia dengan manusia lagi, tapi perang dengan diri sendiri. Sebagai Generasi muda Indonesia, mengenal budaya bangsa sendiri adalah hal yang sulit. Budaya populer hadir di tengah-tengah kehidupan generasi muda yang membutakan mata hati kita. Keraton Kasepuhan menjadi saksi dimana kota Cirebon menghargai budaya lain, dan menerima perbedaan yang bisa menjadi panutan dalam hidup kita. Keluarga keraton yang terbuka membuat masyarakat Cirebon mudah mengenal asal usul kota cirebon namun rasa ingin tahu masyarakat mulai padam tentang budaya tradisional IndonesiaMelalui budaya kita akan mempelajari banyak hal, bukan hanya sejarah, tapi nasihat dari nenek moyang kita.

-- Novita Damayanti 11140110054 F1