Pages

Sunday, January 20, 2013

Yuk Intip Budaya Suku Dayak di Pontianak …. :D


Nama : Lili Julianda – 11140110256 – kelas F1 - Jurusan Public Relations 2011 UMN

Yuk  Intip  Buday Suku Dayak di Pontianak …. :D

Akhirnya saya sudah menentukan hari dan tanggal kapan saya akan melakukan sesuatu yang ‘gak cuma asal observasi 1 atau 2 hari aja. Yups ! tanggal 4 januari  2013, saya berangkat menuju ke kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Melalui perjalanan selama kurang lebih 1 jam 20menit dengan pesawat terbang dari Bandara Soekarno Hatta, Jakarta. Selama di perjalanan, dari jauh sudah terlihat pemandangan hijau di Pulau Kalimantan ini. Ya, memang masyarakat sekitar sangat menjaga pelestarian kehutanan mereka. Eh ya, tujuan saya ke kota ini ialah untuk menelusuri kebudayaan masyarakat Pontianak, terutama pada suku Dayak untuk keperluan tugas akhir mata kuliah Komunikasi Antar Budaya di Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang terletak di Gading Serpong, Tangerang, Banten.
Apa sich Komunikasi Antar Budaya itu? Menurut Stewart L.Tubbs , ialah komunikasi yan terjadi di antara orang-orang yang memiliki perbedaan budaya (ras, etnik/perbedaan sosio ekonomi). Komunikasi antar budaya ini dapat terjadi dimana saja , kapan aja dan pada siapa aja. Nah, makanya kita harus mengenal budaya satu sama lain. Buat apa? Buat mengurangi konflik, lebih mengerti satu sama lain gak’ salah paham, biar bisa mencapai mutual understanding. Komunikasi antar budaya ini melibatkan interaksi orang-orang yang punya persepsi budaya dan sistem symbol yang beda saat sedang berkomunikasi.
Nah pengertin dari kebudayaan itu penting buat kita ketahuin, menurut Triandis (para ahli) kebudayaan itu merupakan elemen subjektif dan objektif yang dibuat oleh manusia di masa lalu dengan meningkatkan kemungkinan untuk bertahan hidup dan berakibat dalam keputusan pelaku dalam ceruk ekologis, dan demikin tersebar di antara mereka yang dapat berkomunikasi satu sama lainnya. Kenapa? Ya, karena mereka memiliki kesamaan bahasa dan hidup dalam waktu serta tempat yang sama.
Lalu, fungsi budaya itu apa? Inti penting dari budaya itu sendiri ialah suatu bentuk pandangan yang memiliki tujuan untuk mempermudah hidup dengan “mengajarkan” orang-orang bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungannya. Kayak yang udah ditulis sama para ahli, misalnya Triandis > Budaya berperan untuk memperbaiki cara anggota kelompok suatu budaya beradaptasi dengan ekologi tertentu dan hal ini melibatkan pengetahuan yang dibutuhkan orang supaya mereka dapat berperan aktif dalam lingkungan sosialnya. Ada pendapat lain dari Sowell, yaitu budaya ada untuk melayani kebutuhan vital dan praktis manusia- untuk membentuk masyarakat juga untuk memelihara species, menurunkan pengetahuan dan pengalaman berharga ke generasi berikutnya untuk menghemat biaya dan bahaya dari proses pembelajaran semuanya mulai dari kesalahan kecil selama proses coba-coba hingga menjadi kesalahan fatal.
Tuh kan, penting banget adanya suatu budaya. Bayangin kalo nenek moyang kita enggak punya budaya yang tetap, pasti kita sebagai penerusnya enggak tahu apa yang mereka lakukan saat itu, apa yang terjadi, bagaimana proses revolusi peradaban manusia dari jaman dulu ampe sekarang. Makannya guys, kita harus banyak mengenal budaya lain. Seperti peribahasa: “bahasamu adalah duniamu”. Memang bener loh, budaya itu harus dipelajari dan perlu ! gimana caranya? Di sini akan dibahas kok, So.. check it out !
Kita itu bisa belajar budaya dari :
1.    Peribahasa, hampir nsemua bahasa yang ada di peribahasa itu mengandung arti sekumpulan nilai-nilai kepercayaan dari anggota suku budaya. Sebuah peribahasa juga dapat merefleksikan kebijaksanaan, prasangka, bahkan sampai ke hal-hal takhayul loh. Tujuan diciptakan peribahasa ini ialah untuk menyampaikan kebenaran atau pandangan yang terakumulasi dari suatu budaya. Tiap Negara punya kok gaya peribahasa mereka masing-masing. Misalnya nih ya, Negara Jerman : “Seseorang yang tidak menghargai sesen tidak layak menerima sedolat.” Kalimat ini tentu memiliki nilai edukasi yang tinggi, ada juga di Negara Jepang dan China yang sangat menghargai ‘diam’. Hal ini dapat dilihat dari peribahasa “Bebek yang berbunyi akan menjadi bebek pertama yang ditembak”. Seperti yang ditulis Mieder, bahwa “mempelajari peribahasa dapat menawarkan wawasan tentang pandangan budaya mengenai masalah seperti pendidikan, hokum, bisnis dan perkawinan.”
2.    Dongeng, Legenda dan Mitos. Memang sih arti ketiga kata ini berbeda, tapi  kata-kata ini berhubungan erat dengan karya tulis yang bertujuan menyebarkan aspek penting dari budaya. Cerita-cerita yang diturunkan dari sutu generasi ke generasi yang lain, menekankan person moral yang dianggap penting oleh suatu budaya.
3.    Karya seni, hasil dari kreatifitas suatu budaya  dapat mencerminkan masyarakat tersebut dan bahkan berpengaruh kuat dalam setiap kebudayaan. Sebuah karya seni berfungsi untuk menjelaskan  “elemen sosial dalam budaya seperti gender, identitas dan status.” Para ahli, Haviland menuliskan “melalui pembelajaran karya seni dan kreatifitas antarbudaya, kita menemukan banyak perbedaan pola pikir,kepercayaan, aliran politik, nila-nilai sosial, struktur kekerabatan, hubungan ekonomi dan juga sejarah.”
4.    Media massa, ketika kita berbicara mengenai media massa maka kita juga bicara tentang media yang diciptakan, dirancang, dan digunakan untuk mengajarkan banyak orang. Keberagaman jenis media massa (surat kabar, radio, film, televisi, internet,..) hanya berfungsi untuk menguatkan dan memperbesar pengaruh media massa pada budaya lain.

Sudah dulu ya teorinya, yuk kita lanjut lagi ke cerita ke Kota Pontianak. Kota ini terkenal dengan Kota Khatulistiwa karena ya memang dilalui garis lintang nol derajat ( 0̊ ) bumi, selain itu terdapat sungai terpanjang di Indonesia yaitu Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Kedua sungai inilah yang membelah Kota Pontianak dan disimbolkan dalam logo kota ini sendiri. Struktur tanah kota ini merupakan lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas, lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak ini termasuk iklim tropis dengan suhu tinggi yaitu 28-32̊ C dan pada siang hari 30̊ C.

Suku Dayak itu ternyata macam-macam loh ! ‘gak Cuma ada beberapa aja, apalagi sub-suku nya bisa mencapai 405. Wow !! Jadi, ada 6 rumpun yang tersebar di Pulau Kalimantan yaitu apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Nah seperti yang tadi saya bilang, dari 6 rumpun ini masih terbagi lagi menjadi 405 sub-suku. Tapi dari segala perbedaan yang ada, mereka memiliki beberapa ciri khas yang sama kok misalkan nih yah… Rumah panggung (rumah panjang dan tinggi), hasil budaya material (tembikar, Mandau, sumpit beliong/kapak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (berladang) dan seni tari tradisional mereka.
Kata “Dayak” berasal dari kata "Daya" yang artinya hulu, untuk menyebutkan masyarakat yang tinggal di pedalaman atau perhuluan Kalimantan umumnya dan Kalimantan Barat. Ada pendapat bahwa orang Dayak ialah salah satu kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan (Tjilik Riwut 1993: 231). Gagasan tentang penduduk asli ini didasarkan pada teori migrasi penduduk ke Kalimantan. Namun,ada juga yang mempercayai bahwa nenek moyang orang Dayak berasal dari China Selatan, sebagaimana yang dinyatakan oleh Mikhail Coomans (1987: 3).
Nah, dari sekian banyak sub-suku dari Dayak. Saya memilih untuk menelusuri suku dayak Kanayatn, penduduk di sini menggunakan bahasa ahe/nana’. Sekarang ini banyak orang Dayak Kanayatn yang menganut agama Kristen dan segelintir memeluk Islam. Walaupun mereka sudah memeluk agama, ‘gak bisa di bilang juga kalau orang Dayak Kanayatn ini meninggalkan adatnya. Tapi tuh ya, ada hal menarik yaitu kalau misalkan ada  seorang Dayak Kanayatn memeluk agama Islam, ia tidak lagi disebut Dayak, melainkan Melayu.
Oh ya, ini adalah semboyan dari suku dayak Kanayatn >> “Adel ka' talino, bacuramin ka' saruga, basengat ka' jubata”.  Artinya ialah “Adil kepada manusia, bercermin kepada surga, bernafas kepada Tuhan”. Dari semboyan itu sendiri dapat dilihat betapa penduduk suku dayak mencintai alam lestari mereka, loyalitas mereka terhadap alam memang sangat kental. Lokasi yang saya kunjungi ialah Kampung Lingga, Sungai Ambawang, Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Untuk menuju ke sana dapat melalui 2 jalur, yaitu jalur darat dan perairan. Pada saat berangkat, saya menggunakan jalur darat dengan menaiki kendaraan roda empat lalu selanjutnya berjalan kaki melalui jalan panjang yang menuju ke rumah-rumah penduduk. Perjalanan darat ini ternyata dapat menembus ke Negara tetangga kita yaitu Malaysia, dapat ditempuh dengan menaiki bus hanya beberapa jam saja. Eh ya, ke Brunei Darusallam juga bisa loh guys ! Sesampai di hulu sungai, saya meminta penduduk disana untuk menyeberangkan saya ke tetangga seberang. Perlu diketahui jarak antar tetangga harus ditempuh dengan sampan (perahu kecil).

Asyiknya belajar mendayung sampan ... ^_^


Selama 6 hari saya berada di Sungai Ambawang ini, tidak akan saya sia-siakan waktu yang ada. Saya berkeliling rumah-rumah penduduk sekitar sana, dan kebetulan ada yang sedang mengadakan acara makan-makan bersama, letaknya lumayan jauh dan harus ditempuh dengan menaiki sampan dan berjalan kaki. Acara makan-makan bersama ini ternyata adalah acara arisan yang dilakukan oleh penduduk suku dayak Kanayatn, dilakukan setiap tanggal 5 berdasarkan sistem kocok. Sama seperti budaya lainnya, para wanita sibuk memasak di dapur dan para bapak-bapak menunggu hidangan di ruangan tengah.
Ini loh hasil getah karetnya ... didalam tempurung batok  kelapa
          Selain itu, saya juga bisa melihat mereka mengambil getah karet langsung loh ! masuk hutan , menikmati udaranya seger banget apalagi di tengah sungai. Banyak penduduk disana yang mengambil getah karet, ternyata getah karet itu awalnya dari setetes demi setetes hingga menggumpal lalu nanti diolah lagi loh guys !!












Agama :

Hmm,, kalau ngomongin tentang agama,  para penduduk suku Dayak Kayanatn pada jaman ini sudah memeluk agama yang memang mereka percayai, pada jaman sebelumnya mungkin aliran animisme lebih banyak dianut oleh penduduk suku dayak. Namun agama Khatolik dan Kristen Protestan sudah banyak menyebar di daerah. Hal itu dapat dibuktikan dengan banyaknya gedung gereja di berbagai tempat.



SMA Katholik Talino





Peralatan  memasak :
Setiap wanita di daerah sini harus dan diwajibkan bisa memasak, masih banyak yang masi menggunakan tungku kayu. Dengan menggunakan beberapa balok kayu bakar, menurut mereka nanti aroma makanan akan lebih alami dan jauh lebih wangi bila dibandingkan gas elpiji. Pada jaman sekarang sudah banyak masyarakat penduduk suku Dayak Kayanatn yang sudah memiliki kompor gas elpiji namun untuk memasak masakan dalam jumlah besar, mereka lebih suka menggunakan tungku tradisional :D.






Pemandangan :
Bicara mengenai pemandangan di Sungai Ambawang ini boleh diacungkan 4 jempol, kenapa? Perlu diketahui bahwa kota Pontianak adalah kota Khatulistiwa, disamping itu karena ini merupakan area perairan maka akan banyak terlihat berbagai pepohonan di samping kanan-kiri dan kicauan burung-burung yang indah di pagi hari.
 



Ciri khas makanan yang saya temui :
Pada umumnya apa yang mereka makan hampir sama dengan apa yang kita makan di kota lainnya, hanya saja ada 1 jenis sayuran yang hanya terdapat di hutan yaitu tanaman pakis atau biasa disebut paku, oleh orang dayak  menyebut’nya dengan sebutan “lamidingk”. Jenis sayuran ini merupakan tanaman merambat, sehingga mudah dikenali dan dipetik serta memiliki bentuk unik di beberapa daunnya yang melingkar. Selain itu , di sana terdapat banyak buah cempedak yang bijinya ternyata bisa direbus dan dimakan. Disamping itu, ada juga buah “lambai/belambe” yang terkenal dengan rasa asamnya. Kebanyakan para penduduk di Sungai Ambawang ini memetik hasil dari kebun mereka sendiri, seperti beras, sayuran dan buah-buahan.

Buah nasi-nasi atau disebut juga dengan buah “ubah”. Buah-buahan ini biasa tumbuh di pepohonan tepi sungai, jadi bila kalian ingin merasakan asamnya buah ini harus menaiki sampan dan memetiknya sendiri. Rasanya asam tapi segar…





Buah cempedak, merupakan buah musiman bahkan tahunan. Biasanya ada di akhir tahun hingga bulan Febuari. Buahnya manis , hampir mirip dengan buah nangka namun tekstur dalamnya sedikit berbeda. Ternyata tupai-pun juga sangat menyukai buah manis ini.




 Ada juga nih berikut adat-adat yang ada di suku Dayak Kanayatn :
Adat adalah salah satu istilah yang selalu erat kaitannya dengan tradisi lisan. Adat juga meliputi aspek-aspek kehidupan manusia dengan lingkungannya , kayak misalkan tempat tinggal, pekerjaan, hubungan antar sesama, pakaian, alam, makanan dan lainnya.   Semua ini berlangsung dengan seimbang di lingkungannya secara generasi ke generasi sampai saat ini. Nah, di suku Dayak Kanayatn ini memiliki beberapa adat yang memberi petunjuk tentang apa yang baik dan boleh dilakukan, tentang bahaya, larangan, tentang yang tidak baik  dan lainnya. Adat ini dilakukan dan terikat pada bermacam aturan dan persyaratan, seperti dalam masa waktu, imam kepercayaan/keyakinan, peralatan dan perlengkapan dalam bentuk hari/bulan  tertentu, mensyaratkan sesuatu seperti doa, makanan, pakaian  untuk berlangsungnya acara upacara atau kegiatan adat tersebut. Untuk Dayak Kanayatn ini, doa (Nyagahatn) mutlak dalam setiap upacara adat dan wajib disertai dengan perangkat pelengkapnya seperti beras, sirih, rokok, jarum, telur ayam atau babi. Dari upacara yang berhubungan dengan aspek kehidupan dan berhubungan dengan alam lingkungan ialah :
1.    Adat Patahunan, ialah tata cara membuka, memulai, mengerjakan,mengambil, mengucapkan syukur atas pekerjaan bertani terutama di Ladang, sehingga ada adat pada pengetahuan dan teknologi bertani yang disebut “patahunan” yaitu upacara adat yang mengikuti lingkaran masa setahun (Mei-April) saat bekerja di Ladang. Adapun upacarannya :
-          Ka’ Panyugu = upacara permohonan di tempat sembahyang sebelum pekerjaan dimulai, dilakukan pantangan dan berpuasa (balala’)
-          Baburukng = upacara pada senja atau malam hari di lokasi calon lahan ladang untuk mendengarkan rasi baik atau buruk  melalui suara burung.
-          Ngawah = upacara melihat pertanian
-          Nunua’ = upacara memohon membakar ladang agar hangus dan tidak merembet ke hutan atau lahan lain yang bukan ladang
-          Balabuh/ngalabuhatn pabanihan = upacara mohon berkat benih
-          Mare’atn rawatatn payuh = upacara memberi makan roh jahat yang dapat mengganggu benih dan padi yang akan tumbuh
-          Ka’ lubakng tuga = upacara berkat bagi lubang benih / tugal
-          Ngiliratn panyakit pad = upacara mengusir hama dan penyakit pada padi
-          Ngaladakng buntikng padi = upacara berkat batang padi yang sedang mulai berbunga
-          Nuruti = upacara sewaktu menuai padi ala kadarnya pertama kali untuk memohon dan permisi pada Sang Yang Kuasa
-          Baroah, naik dango = upacara menaikkan padi ke rumah dan ucapan syukur akan penghasilan padi sebagai hasil pekerjaan selama setahun.

2.    Adat Paridp, ialah tata cara kehidupan yaitu usaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, rukun dan bahagia sehingga nanti terdapat adat balaki-babini, adat sapat dinikng, adat bagago’atn, ngaladankng buntikng, adat batalah, adat babalak.

3.    Adat Karusakatn/Kaseraatn/Kamatiatn, ialah tata cara kehidupan yang berhubungan dengan kematian (kepercayaan adat untuk mencoba menjaga hubungan baik antara yang sudah meninggal dan yang masih hidup). Terdapat adat buat tangah murutatn batakng, pangalulut, pangarukng sumangat, bacece’, pamidara baripakng.

4.    Adat Kasalahatn, ialah tata cara adat untuk hukuman/sanksi karena kesalahan yang dilakukakn oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat adat yang bersangkutan. Misalnya, adat bata api, adat balaki-babini, sakamarkapala dan lainnya. Hukuman ini biasanya dalam bentuk barang (piring, parang, gong) dan hewan (ayam dan babi).

5.    Adat Petunjuk, Teguran, Larangan atau Pantangan, ialah beberapa bentuk perbuatan yang berhubungan dengan kepercayaan tentang perbuatan baik dan jelek, perbuatan tentang boleh dan tidak boleh. Contohnya, adat kepercayaan tentang rasi (kejadian / peristiwa yang berasal dari bunyi/suara alam seperti suara burung, pohon, atau angin tertentu yang dipercya dapt mendatangkan keberuntungan atau justru malapetaka.

-          Dalam bentuk pantangan tidak boleh melakukan sesatu, ada kepercayan yang disebut amali’ yaitu jangan dilakukan karena memang larangan adat kebiasaan bila tetap dilanggar maka akan mendatangkan musibah. Misalnya, amali’ membakar / memasak makanan tertentu di hutan dan  bersiul di malam hari.
-          Di samping rasi, ada yang dinamakan sungkak (jukat), sumpanan, dan badi. Ini merupakan bentuk kepercayaan lisan yang merupakan tanda/akibat bersalah karena melanggar aturan suatu kebiasaan.
-          Jukat merupakan suatu kesalahan besar dalam bersikap dan bertindak yang melawan adat yang memang sudah digariskan dan seharusnya dilakukan. Kesalahan ini berupa penyakit cacat. Jukat ini dipercaya dapat disembuhkan dengan upacara adat tertentu seperti baliatn.
-          Sumpanan,  kalau seseorang mau pergi ke hutan tidak minum kopi / makan / merokok  terlebih dahulu tapi dalam hati memiliki keinginan untuk melakukannya. Orang yang bersangkutan dipercaya akan kena bencana seperti sakit/luka karena jatuh, diserang binatang berbisa dan lain sebagainya.


Demikian guys, seberapa macam kebudayaan itu perlu kita ketahui sebagai pengetahuan umum. jangan asal cuek atau masa bodoh dengan budaya lain, nanti di masa depan kita pasti akan selalu bertemu yang namanya komunikasi antar budaya.. so, penting banget tuh makahnya.. Berikut penjelasan saya melalui artikel di blog ini, mohon maaf bila ada salah kata ya... semoga yang saya paparkan di sini dapat bermanfaat untuk kita semu.. hehehe.. Thanks ya ! :D

8 comments: