Pages

Wednesday, January 16, 2013

Kampung Naga ♥

NIM : 11140110177
Nama : Elizabeth Ivan
Kelas : F1




Pas masih bingung buat observasi dimana padahal deadline udah mepet , akhirnya salah satu teman kasih tau kalau dia mau ke kampung naga (Thanks ya Albert :p). Awalnya sih agak ragu soalnya letak Kampung Naga yang jauh , belum lagi ada yang bilang kalau untuk mandi dan keperluan manusiawi lainnya harus dilakukan dibilik yang tingginya hanya sepinggang . Tapi mau gimana lagi , deadline juga uda mepet , jadi ya pasrah aja .. Haha .. Tapi untungnya ga sebegitunya kok :) . Mulai pembahasannya ya .....
 Kampung naga itu terletak di  Desa NeglasariKabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Kampung naga yang keindahan alamnya masih sangat alami dan jarang dilihat di kota , bikin aku dan orang-orang kota lain tertarik buat datang ke kampung naga , bukan cuma dari dalam atau luar daerah aja , bahkan turis-turis asing sering terlihat disini . Bahkan , waktu masih diperjalanan , kita (temen-temen semobil) excited banget ngeliat pemandangan yang super keren , sampe-sampe kita sempet berenti di pom bensin yang belakangnya itu blong , jadi kita bisa liat pemandangan lebih jelas disana . Sempet foto-foto juga malah :D
Disana juga ada semacem kandang kambing / domba yang unyu-unyu ..
 

Waktu ga berasa banget sih , tiba-tiba kita udah sampe aja di depan Kampung Naga ..

Nah , gambar-gambar diatas itu Tugu Kujang Pusaka yang dibangun sama Pemda dan papan yang maksudnya sama aja sama “Welcome To Kampung Naga” . Ditempat ini juga kita parkir mobil , yang jagain parkirnya baik loh , mobil kita-kita dibersihin sampe kinclong (ga ada yang gratis kan ya ? iya tentu aja kita bayar sama si bapaknya .. hahahaha) . Selain tempat parkir , ada juga warung-warung yang jual makanan kecil sampai indomie , dll . Disediain juga kamar mandi disebelah-sebelahnya .
Nah , sekarang saat yang ditunggu-tunggu sama semua orang , khususnya saya sendiri .. Anak tangga yang jumlahnya 439 anak tangga yang bikin kita sukses kehabisan nafas dan kaki kita gemeteran . Tapiii , dari tangga itu kita bisa liat keseluruhan Kampung Naga loh dan pas masih dibagian atas , ada kios-kios yang jual kerajinan ,ada mushola , dan ada warung .



Awalnya sih bingung , kenapa ada warung lagi disini .. Kan ada warung juga diatas-atasnya .. Ternyata oh ternyata , warung disini sangat sangat berguna khususnya buat aku .. Kita semua mandi harus keatas , karena ga terbiasa buat mandi di bilik , khususnya perempuan .Jadi ya mau ga mau kita harus bolak balik naik turun tangga yang aduhai itu .. Nah warung itu lah yang menyelamatkan aku , pas naik dan tenaga udah terkuras , kita duduk dulu di warung , beli minum dan ngumpulin nafas dan nyawa ..
Saat akhirnya kita masuk ke kampung nya , kita di ajak ke balai untuk ketemu sama salah satu Pundu biar bisa nanya-nanya .. Didepan balai itu , ada juga yang jual-jual kerajinan , salah satunya istri nya mang Eno (Guide kita).

Wawancara kita dengan Pundu berjalan lumayan mulus , dibilang lumayan karena kita ga ngerti bahasa Sunda dan Pundu juga ga terlalu bisa ngomong bahasa Indonesia . Tapi untungnya lagi ada mang Eno yang jadi translator (wawancaranya ada divideo). Hanya pemuda atau orang yang belum tua yang dapat berbicara bahasa Indonesia karena pernah sekolah , orang-orang yang sudah tua biasanya hanya menggunakan bahasa sunda .
Masyarakat Kampung Naga sendiri sudah modern dan terbuka , mereka memperbolehkan jika ada orang dari luar kampung naga untuk tinggal di kampung naga atau menikah dengan warga kampung naga , asalkan orang itu beragama Islam , agama yang dianut oleh semua masyarakat Kampung naga . Bahkan orang-orang yang berada dikampung naga itu hanya 3% dari keseluruhan masyarakat kampung naga , 97% dari mereka sudah tinggal diluar kampung naga , namun saat ada perayaan-perayaan adat , mereka akan datang . Lahan yang hanya 1,5 hektar tidak mencukupi untuk mereka semua tinggal karena sudah terpakai semua , untuk rumah , sawah , dan lain-lain .
Saat ditanya , apa ada pandangan kalau anak pertama harus laki-laki atau harus perempuan , Pundu mengatakan tidak karena mereka mensyukuri apapun yang diberikan oleh Tuhan , baik itu perempuan maupun laki-laki. Mereka juga memperbolehkan terjadinya poligami dan perceraian sebagaimana yang diajarkan di agama Islam. Namun , sampai sekarang poligami dan perceraian belum pernah terjadi di kampung naga .
Untuk acara pernikahan , ada Pundu lain yang dikhususkan . Pundu-pundu yang ada di kampung naga tidak dipilih oleh warga , melainkan turnun temurun . Maksudnya pundu-pundu yang sekarang merupakan keturunan dari pundu-pundu yang sebelumnya . Hanya yang termasuk dalam garis keturunan saja yang bisa menjabat sebagai Pundu.
Saat ditanya tentang pernah terjadi atau tidak konflik antara kampung naga sendiri dengan kampung-kampung lainnya karena adanya perbedaan pandangan atau budaya yang masing-masing kampung pegang , Pundu berkata tidak pernah karena masyarakat kampung naga sendiri tidak pernah menginginkan terjadinya konflik baik antara internal maupun eksternal . Mereka selalu mencoba untuk saling mengerti antar satu dengan yang lain . Namun jika sampai ada konflik yang terjadi di internal kampung naga , ada Pundu yang khusus untuk ini . Pundu akan menjadi penengah dan menasehati pihak-pihak yang bersangkutan dan mencari jalan tengah bagi keduanya . Lagi-lagi Pundu berkata “Alhamdulilah sampai sekarang belum ada” .
Dan setelah nanya-nanya lebih lengkap sama Mang Eno , ada lagi yang belum sempat dijelasin sama Pundu . Pertama , tentang wasiat amanat akibat , jadi penduduk kampung naga percaya kalau kita melakukan sesuatu pasti ada akibat yang kita terima . Jadi , dari kecil mereka ditanami nilai ini . Mang Eno kasih contoh , misalnya kita menjaga lingkungan dan alam dengan baik , pasti alam juga akan menjaga dan menghargai kita , liat aja kampung ini , kan berada di lembah jadi rawan longsor , banjir dan lain-lain . Tapi ga pernah tuh terjadi bencana-bencana itu karena kita juga menghargai alam . Terbukti saat saya di ajak oleh Mang Eno untuk naik ke atas untuk melihat kambing Etawa yang super gede itu , ternyata susu dari kambing ini bisa dikonsumsi dan bagus buat yang mengalami sesak nafas. Mang Eno juga memberikan dengan gratis susu kambing Etawa ini untuk di minum oleh warga kampung Naga yang sedang sesak nafas. 

Disebelah kandang ada pohon yang biasanya dikonsumsi . Mang Eno bilang , pohon-pohon ini kalau mau ditebang satu , kita harus tanam 10 pohon . Biar bagaimana kita harus tanggung jawab sama alam , karena alam juga berasalnya dari atas (Tuhan). Saat pertama saya liat sungai di sebelah kampung , arusnya sangat kencang karena curah hujan , saya tanya apa pernah ada yang tenggelam , Mang Eno menyatakan tidak pernah karena seperti yang tadi ia bilang . Menghargai alam. Dan hal yang paling menarik menurut saya , Mang Eno bilang bahwa jika mau makan belut , belut itu tidak boleh dibunuh . Jadi hanya direndam semalaman di air bersih agar kotoran-kotorannya terlepas , lalu langsung dimakan . Kalaupun mau dimasak , harus dimasak hidup-hidup . Saat ditanya alasannya , pamali.
Yang kedua , tentang silih asih , silih asah , silih asuh , dan silih payungan . Silih asih itu artinya harus saling mengasihi dan saling memberi sesame misalnya di kampung naga ini terdapat sawah yang lumayan luas dan hasil panen padi itu tidak dijual melainkan diberi ke semua masyarakat kampung untuk dikonsumsi jika ada sisa baru akan dijual. Silih asah artinya saling menyayangi , silih asuh artinya saling menjagai dan menghargai satu sama lain , dan silih payungan artinya kita harus saling merangkul . Dan yang ketiga , hal-hal yang dilarang di kampung naga . Selain tidak boleh duduk , tidur , dll yang mengarahkan kaki kearah barat , ada juga tidak boleh ngadu , nywadon dan nyamadat . Arti dari ga boleh ngadu itu tidak boleh mengadu makhluk hidup . Contohnya mengadu domba orang , ngadu binatang pun ga boleh . Arti nyawadon itu ga boleh bermain wanita . Yang terakhir nyamadat , maksudnya tidak boleh berjudi apapun itu bentuknya .
 Tidak hanya itu , Mang Eno menceritakan tentang masa lalu kampung naga , ternyata dulu kampung naga pernah di bakar oleh organisasi islam Indonesia . Karena itu , kampung naga kehilangan benda-benda sejarah , rumah-rumah warga habis terbakar dan menyebabkan meninggalnya satu anak . Hal itu dikarenakan organisasi islam tersebut mengajak kampung naga untuk ikut dan bergabung dengan organisasi mereka , tapi kampung naga menolak karena menganggap ajaran organisasi tersebut tidak sesuai dengan apa yang mereka anut .
Dan saat mau kembali ke rumah masing-masing , Mang Eno menawarkan untuk  mampir kerumah nya dan kami pun disambut dengan baik oleh istri dari Mang Eno , sampai-sampai mereka menyajikan gula aren (yang dibuat sendiri oleh istri Mang Eno untuk di konsumsi dan untuk dijual) dan juga nanas yang luar biasa manisnya .. Dirumah Mang Eno , Mang Eno banyak memberikan nasihat-nasihat yang menurut saya sangat berguna dan juga Mang Eno menjelaskan kenapa semua rumah dikampung naga ini sama antara satu dengan yang lain , kenapa kampung naga tidak menggunakan listrik , kenapa tidak ada kursi atau bangku di dalam rumah , dan kenapa rumah-rumah harus berhadapan dengan rumah disebrangnya .
 Rumah memang sengaja dibuat sama di kampung ini agar tidak ada kecemburuan sosial antar sesama penduduk , bahkan bentuk ruangan pun dibuat sama .

Di dalam rumah Mang Eno

Kampung naga sudah ditawari untuk memakai listrik dari dulu bahkan sempat mau diberi generator dari Belanda tapi mereka menolak , karena mereka tidak ingin ada kecemburuan sosial , misalnya yang satu beli TV baru , yang satu iri dan mau beli juga , selain itu bangunan-bangunan dikampung naga terbuat dari bahan-bahan yang mudah terbakar. Tidak ada bangku atau kursi karena yang duduk dikursi itu dianggap berkuasa , mereka mau menanamkan nilai rendah hati dan tidak sombong . Rumah harus berhadapan untuk saling menghormati , seperti halnya manusia harus saling menghormati . Saat saya tanya ke Ibu Cucu tentang listrik , Ibu langsung bilang dengan lantang “Engga ah . Takut kebakaran.” Lalu saya Tanya , apa pernah berantem atau cekcok sama tetangga . Ibu Cucu menjawab “ Ah , ga pernah lah .. Lagian mau ributin soal apa?” .  Dan soal anak tangga , Mang Eno sebelumnya sudah menjelaskan tentang 439 anak tangga , Mang Eno bilang anak tangga itu mengibaratkan sulitnya , susahnya untuk menuju ke atas , jadi saat sampai diatas jangan di sia-siakan kesulitan yang sudah kita alami tersebut . Misalnya , anak-anak kampung naga harus bersekolah diluar kampung naga dan setiap harinya harus naik turun tangga , nah saat di sekolah , jangan sia-siakan tenaga yang udah di keluarkan Cuma dengan main – main , harus belajar dengan baik .
Nilai-nilai yang dari tadi saya tulis , menurut saya adalah upaya masyarakat kampung naga untuk menjaga dan menghindari terjadinya konflik yang termasuk dalam manajemen konlik berupa kolaborasi . Sperti yang ditulis oleh Samovar dalam bukunya Komunikasi Lintas Budaya , bahwa kolaborasi adalah pandangan bahwa semua pihak bekerja sama untuk memecahkan masalah . Defleur dan rekannya menjelaskan kolaborasi sebagai usaha yang mempertahankan hubungan yang produktif yang akan mengatasi ketidaksetujuan ketika bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu . Dengan menggunakan cara yang kreatif, tujuan dan kebutuhan setiap orang dapat tercapai .
Saya merasa sangat beruntung bisa mendapatkan pengalaman berharga seperti ini , jika ga karena Pak Inco dan tugas nya saya ga mungkin bisa ke kampung naga . Banyak hal yang bisa saya pelajari dan diimplementasikan dalam kehidupan , khususnya saya sendiri . Saat mendengarkan Mang Eno bercerita , saya berpikir alangkah baiknya jika seluruh dunia bisa berpikiran seperti ini , kesederhanaan , toleransi , dll . Sampai sekarang saya masih merasa takjub dengan orang-orang kampung naga yang bisa memperthankan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan mereka . Mereka juga sangat baik hati dan terbuka kepada orang-orang asing seperti kami . Menurut saya , mereka sangat luar biasa , bisa hidup dengan kesederhanaan walaupun lingkungan sekitar mereka sudah menikmati teknologi yang ada .
Terakhir , saya ingin berterimakasih kepada Pak Inco selaku dosen Komunikasi Antar Budaya yang sudah membuat saya sadar akan perbedaan dan toleransi , kepada Pak Pundu , Mang Eno dan istri , untuk Nenek Tisah yang sudah bersedia menerima kami untuk menginap di rumahnya , Ibu Cucu yang memasakan makanan-makanan yang luar biasa enaknya dan yang terakhir untuk teman-teman saya yang juga pergi ke kampung naga , khususnya untuk yang semobil dengan saya Yogi , Reza , Ervina , Catherine , Michelle , Jessica dan Ayu.. ♥
















No comments:

Post a Comment