Pages

Sunday, January 20, 2013

Kemegahan Keraton Kesepuhan :D


Nama : Cinthia 
NIM : 11140110277 
Kelas : F1

KEMEGAHAN KERATON KESEPUHAN :D


 
Pada Sabtu, 22 Desember 2012, penjelajahan budaya Cirebon pun dimulai. Kutempuh perjalanan selama tiga jam. Sebuah kereta sederhana mengantarku pada pengalaman yang luar biasa. Aku pun tidak sendirian dalam penjelajahan ini, aku pergi bersama teman-temanku yang  juga luar biasa. Ada Clara, Christy, Berli, Karis, Ivander, Nicko dan Patric. Mereka semua juga merupakan penghuni UMN, mereka yang juga datang ke Cirebon dengan satu tujuan yang sama yaitu menjelajahi budaya Cirebon untuk memenuhi tugas akhir Komunikasi Antar Budaya. Namun tujuan kami tidak hanya sampai disitu saja, kami ke Cirebon juga untuk mengawali liburan akhir tahun kami, juga memperkaya pengetahuan kami akan kebudayaan yang Cirebon miliki.
Kami berkumpul di Stasiun Gambir pada pukul 5.30 pagi, kereta kami berangkat pada pukul 6.00 pagi. Sungguh waktu yang cukup pagi untuk mengawali penjelajahan kami. Stasiun Gambir saat itu juga ramai oleh orang-orang yang hendak kembali pulang ke daerah masing-masing untuk liburan akhir tahun mereka. Sesampai kami di Stasiun Gambir, kami menukar tiket kereta kami di loket. Seusai kami menukar tiket kami, tanpa menunggu lama-lama lagi kami pun langsung bergegas ke kereta yang telah menunggu kami. Oh iya, ini merupakan pengalaman pertama kami naik kereta api loh! Kami merasa norak saat pertama kali naik kereta..hahaaaa..Hari masih begitu pagi, kami pun masih setengah mengantuk. Beberapa dari kami memutuskan untuk tidur dalam tiga jam perjalanan ini. Namun sebelum tidur, tidak lupa kami mengambil beberapa gambar untuk tugas kami ini.
Kami sampai di Cirebon sekitar pukul 9 pagi. Sesampai kami di stasiun Kejaksaan Cirebon, Rachel yang merupakan adik dari Abraham Ryan (PR UMN 2010) yang kebetulan adalah warga dari kota Cirebon ini telah menunggu kedatangan kami. Karena perut kami yang sudah mulai keroncongan, sebelum penjelajahan kami dimulai, kami pun memutuskan untuk pergi mencari makan terlebih dahulu. Berhubung kami tidak tahu tentang makanan Cirebon, kami pun hanya ikut-ikut saja kemana Rachel membawa kami. Dan yak! Kamipun dibawa untuk pergi makan Nasi Jamblang. Nasi Jamblang ini merupakan makanan khas Cirebon.  Bisa dilihat gambarnya yak sodara-sodara dibawah ini :


Seusai kami mengisi perut kami, kami melesat ke tempat kami menginap, letaknya juga tidak jauh dari tempat kami makan. Kami menginap di salah satu Hotel di Cirebon, yaitu Hotel Grand Tryas. Tujuan kami ke hotel ialah untu meletakkan barang-barang bawaan kami. Setelah itu, penjelajahan kami pun dimulai! YAY ^^
Kami pergi menuju Kampung Arab. Sebelumnya kami datang menemui saudara Abra yang kira-kira tahu tentang daerah kampung Arab. Di kampung Arab kami bertemu dengan salah satu Bapak yang tinggal disitu yang katanya sedikit banyak tahu tentang seluk beluk kampung Arab. Kami pun mewawancarai Bapak tersebut. di kampung Arab terdapat sebuah masjid, masjid ini disebut dengan masjid merah karena warna bangunannya yang berwarna merah. Di sekitar masjid ada beberapa warga yang mendatangi kami dan bertanya kami datang dari mana. Beberapa dari kami menanyai seorang ibu yang sudah agak tua. Ibu tersebut menjawab pertanyaan kami dengan senang hati.
Saat kami ingin masuk ke dalam masjid, ternyata kami tidak diperbolehkan untuk masuk. Hal ini dikarenakan kami semua non-muslim. Kami pun tihanya melihat masjid ini dari luar saja. Sejujurnya di Kampung Arab ini jarang sekali orang Arabnya, hanya terlihat segelitir saja. Mata pencaharian orang-orang di Kampung Arab ini kebanyakan adalah berdagang sarung, kain, dan semacamnya. Toko-tokonya terlihat berada di sisi-sisi jalan depan ketika akan masuk ke dalam kampung Arab.
Dari hasil wawancara yang kami peroleh, daerah Kampung Arab ini warganya itu beraneka ragam, ada Tiong Hua, ada orang sunda juga tentunya. Dari segi agama juga macam-macam ada orang Muslim, Kristen, Katholik, Budha. Hubungan mereka konon katanya baik, namun saya agak bertanya-bertanya. Kata Bapak yang kami wawancarai, orang Kristen disitu dilarang untuk mengadakan perkumpulan seperti komsel misalnya. Jika ada yang melaksanakan hal ini, akan di bubarkan. Jika memang hubungan baik dan saling terbuka, mengapa harus ada larangan seperti itu ya? bicara soal agama akan menjadi begitu sensitif, sehingga saya pun tidak menanyakan tentang hal tersebut dengan lebih lanjut. Melihat bahwa ternyata di Kampung Arab kami tidak menemukan banyak hal unik yang bisa kami angkat, maka kami pun pergi ke Keraton Kesepuhan :D
Keraton Kesepuhan letaknya juga tidak jauh dari Kampung Arab, saya merasa letak tempat-tempat di Cirebon sepertinya semuanya saling berdekatan /:) Hari saat itu begitu terik, namun udara yang panas itu tidak melelehkan semangat kami untuk menelusuri Keraton Kesepuhan ini :D
Cirebon disebut juga kota Wali, dominasi agama di kota ini tentu adalah agama Islam. Keraton Kesepuhan ini pun juga dipimpin oleh seorang wali, kita mengenalnya dengan nama Sunan Gunung Jati. Keraton ini didirikan olehnya berdasarkan Serikat Islam, bukan karena kemauan politis melainkan berdasarkan siar agama. Para wali dulu menyiarkan agama itu melalui akulturasi budaya. Oleh karena itu muncul adnaya wayang kulit, topeng, dan lain-lainnya. Jadi bisa dikatakan bahwa sebebnarnya dari dulu itu, masyarakat merupakan bagian dari keraton dan keraton juga merupakan dari masyarakat. terbukti dengan banyaknya kegiatan acara-acara yang diadakan di keraton, seperti mauludan, upacara 1 muharam, dan lain-lain. Acara Mauludan merupakan acara yang paling besar di Keraton ini, puluhan ribu masayarakat datang dalam acara tersebut. Berarti secara emosional kita bisa melihat bahwa masyarakat Cirebon tidak lepas dari Keraton.
Nama Cirebon berasal dari kata Caruban, dimana artinya itu adalah campuran. Dulunya pada zaman Witana awalnya di Cirebon hanya ada 36 rumah. Penduduk-penduduk itu terdiri dari orang Jawa, Melayu, Arab dan Cina. Tidak heran jika ada orang Cina yang merupakan asli Cirebon, karena sebelum abad ke-12 Chinese itu sudah datang ke Cirebon dibawa oleh Panglima Cengho. Panglima Cengho ini datang sebelum Putri Ongtin datang ke keraton sebagai Istri dari Sunan Gunung Jati. Keraton ini didirikan muka hanya semata sebagai pemimpin politik saja namun lebih diutamakan sebagai pemimpin agama dan budaya. Namun dikatakan bahwa, agama sudah selesai, jadi sekarang lebih kepada budayanya.


Keraton kesepuhan ini merupakan keraton yang terbesar di Cirebon. Ohh ya, di Cirebon ini terdapat beberapa keraton, ada Keraton Kanoman, Keraton Keprabon, dan Keraton Kacirebonan. Keraton Kesepuhan merupakan Keraton yang pertama kali berdiri di Cirebon, yang berarti Keraton Kesepuhan merupakan keraton yang tertua. Kata kesepuhan memiliki sebuah arti loh, artinya itu adalah tempat yang tua. Sultan di kesepuhan ini juga bergelar Sepuh.
Setalah berdirinya Keraton Kesepuhan, berdirilah sebuah Keraton yang dinamakan Keraton Kanoman. Keraton Kanoman ini letaknya juga tidak begitu jauh dari Keraton Kesepuhan. Saya dan teman-teman saya juga sempat mengunjungi Keraton Kanoman, keratonnya tentu tidak sebesar Keraton Kesepuhan, jauh lebih kecil. Keraton Kanoman terlihat seperti tidak terurus. Didalamnya terdapat banyak pepohonan, dan banyak nyamuk. Keraton Kesepuhan dengan Keraton Kanoman itu ada kaitannya, jadi Keraton Kesepuhan berarti yang tua dan Keraton Kanoman berarti yang muda karena Keraton ini ada setelah Keraton Kesepuhan ada.
Lokasi bangunan Keraton Kesepuhan membujur dari utara ke selatan, atau menghadap ke utara. Seperti keraton-keraton di Jawa, semuanya menghadap ke utara, menghadap magnet dunia. Ini ada artinya juga loh, artinya itu sang raja mengharapkan kekuatan. Didalam Keraton yang megah ini, terdapat sebuah Masjid, Masjid ini bernama Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Bangunan masjid ini dibangun oleh wali sanga pada tahun 1500M. Sang berarti keagungan, Cipta berarti dibangun, dan Rasa berarti digunakan, artinya pergunakanlah bangunan besar ini dipergunakanlah untuk ibadah atau kegiatan agama. Setiap hari Jumat, adzan itu dikumandangkan oleh 7 orang. Hal ini tidak dapat kita temukan di tempat-tempat lain, bahkan di seluruh dunia, hanya ada di Keraton Kesepuhan saja. Adzan ini disebut adzan pitu. Pitu dalam bahasa jawa berarti 7.
Sebelum masuk ke dalam keraton. kami diharuskan untuk membeli tiket masuk terlebih dahulu, harganya 5000 rupiah dan setiap yang membawa kamera ke dalam diharuskan untuk membayar 2000 rupiah. Setiap tamu yang masuk ke dalam keraton akan dipandu oleh seorang pemandu yang pakaiannya pun ala-ala keraton lengkap dengan blangkon dan selopnya. Selain itu, kami juga melewati sebuah gerbang besi. Gerbang ini dinamakan Pintu Gledegan. Dahulunya pintu ini dijaga oleh 2 orang prajurit bersenjatakan tombak. Setiap tamu yang masuk akan digeledah dengan suara yang sangat keras bagaikan bunyi gledek yang menggelegar.
Didalam keraton terdapat sebuah alun-alun, alun-alun ini dahulunya digunakan untuk latihan perang-perangan, baris-berbaris para prajurit, rapat akbar, dan juga perayaan-perayaan negara. Begitu kentalnya kebuadayaan Islam pada keraton ini, kami pun menemui sebuah masjid lagi, masjid ini dinamakan Masjid Langgar Agung. Masjid ini biasa digunakan oleh orang-orang dalam keraton untuk beribadah setiap harinya. Dan biasanya juga digunakan untuk perayaan Mauludan.
Didekat Masjid Langgar Agung terdapat sebuah sumur, sumur ini terlihat dipagari oleh besi. Dahulunya sumur ini digunakan unutuk mencuci alat-alat perang seperti keris, pedang, tombak, dan lain-lain. Beranjak dari Masjid Langgar Agung dan sumur Kemandungan, kami masuk melewati sebuah taman yang cukup besar, yaitu Taman Bunderan dewan Daru. Di taman ini terdapat patung lembu kecil sebagai lambang kepercayaan Hindu, pohon Soka sebagai lambang suka maksudnya adalah hidup dengan bersuka hati. Kemudian ada lagi 2 patung macan putih yang merupakan lambang dari Pajajaran. Didepan Taman Bunderan Dewan Daru, terdapat sebuah bangunan putih, gapuranya terukir batik mega mendung. Batik mega mendung ini merupakan ciri khas dari batik Cirebon. Tempat ini dinamakan Jinem Pangrawit, fungsi dari Jinem Pagrawit ini ialah untu tempat pangeran patik atau wakil sultan menerima tamu.


Tepat disebelah Jinem Pangrawit, terdapat sebuah Gapura lagi, Gapura ini berwana putih juga, terdapat ukiran-ukiran  juga piringan kecil yang berwarna merah hijau gitu. Pintu ini disebut pintu Buki Bacem. Piring-piringan yang ada di pintu ini berasal dari Cina. Melalui hal ini kita bisa melihat bahwa adanya pengaruh budaya Cina dalam Keraton ini. Hal ini terjadi, karena seringkali etnis Cina datang ke keraton untuk belajar agama, maupun hanya sekedar singgah saja. Selain itu, salah satu istri dari Sunan Gunung Jati juga merupakan Putri dari Cina yaitu Putri Ongtin. Kita mengenal adanya istilah amalgamasi yang berarti perkawinan antara 2 budaya yang saling berbeda. Hal ini lah yang terjadi di dalam keraton. Percampuran antara budaya Jawa dengan budaya Cina. Amalgamasi bisa menjadi pendorong dari terjadinya integrasi sosial. Apa itu integrasi sosial? Integrasi sosial merupakan sebuah proses penyesuaian antara budaya-budaya yang berbeda sehingga menghasilkan keserasian fungsi antara budaya yang saling berbeda tersebut.
Selain itu, didalam keraton saat Tahun Baru Imlek suka ada pertunjukan barongsai loh ! bingung gak tuh? Di dalam keraton yang biasanya teng tong teng tong bunyi gamelan jadi bunyi iringannya barongsai..hahaa.. Pemandu kami juga mengatakan bahwa hubungan warga keraton dengan dengan warga di luar keraton terjalin dengan sangat baik, tidak ada pembatasan diri terhadap orang dari budaya lain, terbuka, tidak ada sekat yang membedakan diantaranya. Keraton membutuhkan masyarakat dan masyarakat juga membutuhkan keraton. Dari gapura unik itu, kemudian kami masuk ke dalam sebuah bangunan, bangunan ini disebut Los Gajah Nguling. Bentuk bangunan ini tidak tidak lurus (pintu depan dan pintu belakangnya) seperti belalai gajah. Hal ini mengikuti sebuah seni, yaitu seni Feng Shui. Los Gajah Nguling ini menghubungkan antara Jinem Pangrawit dengan Bangsal Pringgandani.
Keraton Kesepuhan terdiri dari beberapa bangsal yaitu Bangsal Panembahan, Bangsal Pringgandani, dan Bangsal Prabayaksa. Bangsal Prabayaksa berfungsi untuk tempat sidang para Menteri Negara Keraton Kesepuhan. Bangsal Pringgandani berfungsi untuk tempat menghadap bupati Cirebon, Kuningan, Indramayu, dan Majalengka. Bangsal Panembahan fungsinya ialah untuk tempat Singgasana Gusti Panembahan. Di dalam Bangsan Agung Panembahan terdapat Kursi Singgasana dan meja yang berkaki gambar ular. Arti dari gambar ular ini ialah melambangkan bahwa ucapan Raja merupakan hukum. Selain itu terdapat juga sebuah ranjang tidur di belakang dari Kursi Singgasana dan meja itu. Ranjang tidur ini disebut Ranjang Kencana, biasanya digunakan Raja/Sultan untuk istirahat siang.
Di tembok-tembok dekat Bangsal Panembahan terdapat ukiran buah manggis dan burung. Manggis itu melambangkan kejujuran dan sayap burungnya itu melmbangkan bahwa Raja memimpin rakyatnya dengan kasih sayang dan tangan yang besar. Lambang buah manggis ini ada maksud tersendiri bila dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Kita tahu bahwa buah manggis bagian luarnya itu hitam, gelap, namun isinya itu berwarna putih dan manis. Jika diibaratkan sebagai manusia, yang luarnya kelihatan tidak baik belum tentu dalamnya juga tidak baik. oleh karena itu kita tidak boleh hanya menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Selain ukiran-ukiran tadi, terdapat juga poselen-porselen yang menggambarkan kisah-kisah dari Alkitab. Porselen ini berasal dari Belanda, warnanya biru dimana biru merupakan lambang keindahan Belanda. Uniknya lagi, ukiran-ukiran tadi bukan terbuat dari semen, melainkan terbuat dari kapur sirih yang dicampur aren dan dibalut dengan putih telur. Keunikkan dari Keraton Kesepuhan tidak berhenti sampai disitu, kami menemukan sebuah lukisan yang terpampang megah di sisi salah satu Bangsal keraton ini. lukisan ini lebih dari 3 dimensi, yang kalau dilihat dari arah mana saja, mata dari yang ada di lukisan tersebut akan mengikuti arah tempat kita melihatnya.


Saat kami berada di bangsal-bangsal tadi, keraton diguyur hujan yang sangat deras, sehingga kamipun duduk-duduk sebentar dan foto-foto bersama pemandu kami sambil menunggu hujan reda. 


Setelah hujannya reda, kamipun melanjutkan perjalanan kami. Kami berjalan menuju sebuah tempat yang didalamnya itu dijual souvenir-souvenir keraton. Ada kain-kain batik, baju batik, gantungan kunci, dan lain-lain. Beranjak dari tempat souvenir kami berjalan menuju Bangsal Pagelaran, bangsal ini biasa digunakan untuk perayaan 1 muharam, atau kita lebih mengenalnya dengan perayaan tahun baru. Pada perayaan tersebut, biasanya di Bangsal Pagelaran ini diadakan berbagai macam pertunjukan kesenian. Tepat disebelah bangsal ini, terdapat sebuah kereta yang sangat gagah, kereta ini biasa digunakan Sultan saat perayaan Mauludan. 


Kereta ini merupakan yang imitasinya, yang aslinya berada di dalam museum, kebetulan museumnya saat itu sedang di renovasi, sehingga kami tidak bisa masuk kesana.
Ada sebuah gapura dari bata yang modelnya seperti pura di Bali, tempat ini tidak b oleh dimasuki oleh wanita. Menurut kepercayaan keraton, wanita itu kan cenderu banyak bicara, jadi takut kalau-kalau pembicaraan didalam akan bocor kemana-mana. Selain itu juga dikatakan bahwa jika ada wanita, para pria menjadi tidak fokus. Tempat ini biasa digunakan untuk semedi. Kami menemukan sebuah sumur, sumur ini dinamai Sumur Soka. Sumur ini dahulunya digunakan untuk membuktikan kebenaran. Jadi jika ada pencuri yang masuk, ia akan disuru minum air sumur ini, jika ia berbohong atau tidak mengakui kesalahannya maka setelah minum air sumur ini, ia akan menjadi seperti orang gila. Bagian terakhir yang kami temukan adalah kolam mandi untu keluarga Sultan. Kolam ini keadaannya sudah tidak terurus lagi, sehingga sudah tidak lagi digunakan.
Betapa megahnya Keraton Kesepuhan ini, terdiri dari berbagai bagian bangunan dan beserta isinya yang unik dan kaya akan budaya. Bukan hanya 1 budaya saja yang bisa kami temukan di dalam keraton megah ini, namun berbagai macam budaya. Mulai dari budaya Jawa itu sendiri, barat sampai budaya Cina juga. Kekayaan budaya mengalir deras melalui ukiran-ukiran, banda-benda yang ada di setiap sudut keraton serta kisah dibalik keberadaan keraton ini sendiri. Kemegahan keraton dengan kekayaan budaya yang ada didalamnya mendorong kita untuk menyadari bahwa sebenarnya keanekaragaman budaya yang kita miliki sekrang ini telah ada sejak dahulu kalam, tidak dapat kita pungkiri bahwa terdapat berbagai perbedaan diantara budaya-budaya yang ada. Namun pada kenyataannya kita adalah SATU. Kita saling membutuhkan satu sama lain, karena setiap budaya itu pada dasarnya saling mempengaruhi dan melengkapi satu sama lain :)



1 comment: