Pages

Wednesday, January 16, 2013

Alam Budaya Kampung Naga

William Alexander Wijaya
11140110006
Kelas : F

- Kampung naga -




Indonesia adalah negara dengan ribuan pulau dan budaya yang melintas dari sabang sampai merauke di mana Indonesia sebagai negara multicultural memiliki sesuatu yang unik untuk kita jelajah salah satunya tentang bagaimana suatu budaya dapat bertahan dengan ancaman budaya modern atau juga satu budaya dengan budaya lain nya dan apa yang mereka lakukan sehingga masi dapat bertahan hingga sekarang  , di sini saya akan membahas tentang suatu budaya  di Indonesia yaitu budaya di Kampung naga yang terletak di daerah Tasikmalaya, tepatnya di Desa Neglasari , kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya – provinsi Jawa Barat. Kata Naga berasal dari kata Nagawir yang berarti kampung di bawah lembah dan di kelilingin oleh tebing tebing , tidak ada hubungan dengan ular naga atau binatang naga , di karnakan untuk mempermudah menyebutkan nama kampung tersebut maka seiring waktu kampung ini di namakan kampung Naga .
27 Desember 2012 saya dan keluarga pergi untuk berwisata ke Garut dan kami menginap di hotel Sumber Alam dan menghabiskan 1 hari kami berjalan jalan lalu ke esokan harinya saya dan keluarga pergi mengobservasi budaya di kampung Naga , kami berangkat dari pagi hari pukul 9 pagi dan tiba pada pukul 10 , kami bersyukur karna jalanan tidak ada hambatan yang berarti , sepanjang perjalanan kami melewati gunung gunung dan pemandang yang indah ,  sesampai nya di sana kami pun langsung Melihat sebuah tugu yang besar yang bernama “ TUGU KUJANG PUSAKA “ Setelah melewati Tugu tersebut kami melanjutkan perjalanan dengan tour guide kami Mang Adi yang membawa kami memasuki daerah kampung Naga dan untuk memasuki kampung Naga kami harus melewati 439 anak tangga di sepanjang perjalanan menuju Kampung naga terdapat pemandangan alam yang masi begitu asri dan hijau walupun matahari cukup terik  membuat perjalanan ke kampung naga tidak begitu terasa dan ketika kami hampir memasuki kampung Naga maka  dapat kami lihat di sebelah kanan akan ada sawah yang  luas dikarnakan  memang rata-rata pekerjaan penduduk kampung Naga adalah bertani namun hasil tani tersebut tidak semua untuk di jual melainkan kebanyakan untuk di makan atau di olah sendiri . 

Di Kampung Naga sendiri terdapat 108 Kepala keluarga dengan 113 bangunan dan total warga 314 jiwa dengan luas area sekitar 1 setengah hektar untuk kepemimpinan nya sendiri di kampung naga terdapat RT dan Rw namun ada juga Kuncen sebagai pemimpin dalam ziarah makam , Pundu yang bertugas untuk melayani dan membantu warga serta Lebe yang mengurusi segala sesuatu tentang jenazah dari pemakaman , pemandian , dan sebagainya , Jabatan inipun berlaku semumur hidup jika di rasa masi sanggup yang biasa nya jabatan ini juga  di teruskan secara turun temurun .


Ketika kami memasuki kampung naga maka bangunan yang terlihat pertama kali adalah sawung sawah yang berguna untuk ber istirahat saat jika ingin panen namun pemilik sawung ini sudah tidak lagi tinggal lagi di kampung naga namun tempat nya boleh di pakai oleh para warga kampung naga  , selain itu sawung ini juga dapat di gunakan untuk menyimpan hasil panen sementara .


Masuk lebih dalam lagi maka kita akan melihat rumah rumah pemukiman di kampung naga yang semua bentuk nya sama dan setelah melaju lebih lagi maka kita dapat melihat ada tempat untuk berternak , seperti ternak ikan , kambing atau juga ayam di sekililing pemukiman juga terdapat kolam kolam ikan , setelah itu terdapat saung untuk menumbuk yang bernama Halu , sedangkan di sini tempat untuk buang air besar ada yang tertutup semua ada yang setengah badan  . Saat memasuki balai desa orang orang yang pernah berkunjung ke kampung Naga akan meninggalkan jejaknya dengan menulis nama dengan tanda tangan di buku pengunjung yang sudah di sediakan dan warga kampung naga sendiri memiliki budaya konteks tinggi dan ketika kita perhatikan warga kampung naga berbicara cukup cepat dan masih terbawa dialeg sunda .


Letak dan batas batas Kampung Naga
Kampung ini secara terdaftar berada di wilayah Tasikmalaya, tepatnya di Desa Neglasari , kecamatan Salawu, kabupaten Tasikmalaya – provinsi Jawa Barat. Kampung Naga juga tidak terletak jauh dari kota Garut kurang lebih 1jam menggunakan mobil pribadi. Sebelah Timur kampung naga di batasi oleh Hutan larangan , kenapa di sebut keramat/larangan ? di sebut keramat bukan karna ada hantu dan sebagai nya tetapi di karnakan para warga kampung naga mencintai hutan dan alam sehingga tidak diperbolehkan merusak alam atau menebang pohon sembarangan bahkan membunuh hewan ,di tambah dengan ada beberapa makam leluhur dari kampung naga di dalam hutan tersebut sedangkan di sebelah selatan dibatasi oleh sawah-sawah penduduk, dan di sebelah utara dan timur dibatasi oleh kali Wulan . Kampung naga juga Pemukimannya di batasi oleh pagar pagar .

Rumah di kampung naga pada umumnya meiliki luas 7 x 12 .








Sejarah dan Fakta
Pada abad 14 Islam turun ke kampung Naga dan masuk ke kampung naga namun tidak ada Masjid namun hanya Sholat di bebatuan yang di sebut “ Bekas Pengsholatan .
Kampung naga sempat  Warga kampung Naga sendiri menyebut sejarah kampungnya dengan istilah "Pareum Obor yang berarti mati, gelap daan obor itu sendiri berarti penerangan, cahaya, lampu yang di artikan Matinya penerangan.Hal ini di sebabkan Warga kampung Naga sendiri tidak tau jelas asal usul dari kampung Naga tersebut karna dokumen ataupun jejak budaya terdahulu,kampung naga sendiri sudah terbakar hangus oleh DI/TII yang pada saat itu ingin “ meng-Islamkan “  negara Indonesia namun tidak di sambut baik oleh warga kampung naga yang mementingkan kebersamaaan tanpa membedakan agama dan lebih berpihak pada pihak republik, namun karna langkah ini juga kampung naga di bakar hangus oleh DI/TII pada tahun 1956 di bawah kepemimpinan Kartosoewiryo.
Kampung naga juga menolak untuk memakai listrik bukan karna listrik tidak sampai di kampung naga , karna pada masa kepemimpinan Pak Harto pun kampung naga sudah di tawarkan untuk memaki listrik namun - ---warga kampung naga percaya dengan adanya listrik maka akan dapat menimbulkan kesenjangan sosial antar warga yang dapat merusak solidaritas serta kebersamaan antar warga dan juga karna rumah rumah di kampung naga masi  menggunakan bambu makan di takutkan jika ada listrik yang konslet akan menyebakan kebarakan yang dapat merusak seluruh bangunan di kampung Naga .
-          -Hanya tersisa 2 – 3% warga kampung Naga yang masi tinggal di daerah asli kampung Naga sedangkan sisanya sudah tinggal berpencar di luar kampung naga .
-          -Warga kampung naga memakai air dari sungai Ciwulan untuk mandi , cuci piring namun untuk memasak memakai mata air sendiri dari pegunungan yang di ambil lansung tidak di alirkan ke setiap rumah .
-          -Sampah di kumpulkan di satu tempat dan di bakar lalu di jadikan pupuk .
-Proses memanen di kampung Naga biasanya para warga di ambil dengan tangkai tangkai nya setelah itu melepaskan butiran padi pada tangkai nya di tempat penumbuk kedua , setelah itu tangkai bisa di jadikan sapu sedangkan kulit padinya bisa di jadikan makanan ayam ataupun ikan .
-Kampung Naga saat musim hujan kekurangan air sedangkan pada musim kemarau air subur di karnakan saat kemarau semua air masuk ke kampung naga .
-Warga kampung naga melakukan 1 tahun persiapan untuk mencari barang yang di butukan untuk membuat rumah di kampung naga karna barang seperti kayu tepus cukup sulit untuk di cari .

- Saat gempa warga kampung naga memasuki rumah mereka tidak keluar dari rumah mereka .

Bentuk dan Komponen bangunan
Rumah rumah dan bangunan yang ada di kampung naga terbuat dari kayu mangli dan pohon alba yang di serut sendiri tanpa menggunakan listrik ( tradisional ) . Satu rumah memiliki dua pintu , pintu yang kosong menadakan ruang tamu sedangkan pintu dengan anyaman sasak menandakan dapur dan pintu hanya ada di depan rumah tidak ada pintu di belakang dan rumah warga kampung naga biasanya membelakangi atau saling berhadapan untuk tidak menganggu satu sama lain jika mengerjakan pekerjaan di depan rumah sedangkan atap rumah warga kampung naga di dapat dari pohon tepus yang mereka dapatkan dari gunung , dan menggunakan tali untuk pemasangan atap dari rumah kampung naga ini dan kira kira bangunan di kampung naga dapat bertahan 15-20 tahun namun sayangnya jika terjadi kebocoran maka seluruh atap harus di cabut dan di ambil semua untuk kemudian di buat ulang , fondasi dari rumah di kampung naga ini juga hanya menggunakan batu dan hanya di tempel dan tidak terpengaruh banyak saat gempa terjadi karna struktur rumahnya mengikuti arah gempa tidak berlawanan . Di bawah rumah  kampung naga ini juga merupakan tempat untuk ayam – ayam , jarak antar rumah cukup lumayan karna warga kampung naga tidak mau menganggu satu sama lain dan ingin mempunyai ruang gerak pribadi .

Kepercayaan ( Religi ) dan Adat

Warga Kampung Naga pada dasarnya beragama Muslim dan berbicara tentang agama maka Osborne mengatakan “ agama dan perilaku tidak dapat di pisahkan , memuja suatu yang sakral bukanlah suatu hal yang dapat di pisahkan dari kehidupan sehari – hari karna itu merupakan kehidupan “  ini juga yang terjadi di kampung naga di mana semua warga kampung naga menjalankan ritual serta adat istiadat seperti pemeluk agama Muslim lain pada umum nya namun bukan berarti mereka tidak menerima agama lain  karna mereka menerima pemeluk agama lain untuk masuk dan berinteraksi .
Para warga kampung naga pada umum nya berpegang pada 1 kata dalam menjankan kehidupan moral sehari - harinya yaitu :
 “ Pamalik”  ( pantangan ) yang di maksud di sini adalah suatu tindakan yang baik akan mendapat hasil yang baik begitu juga sebaliknya sehingga ada pantangan pantangan yang tidak boleh di langgar hal ini juga merupakan worldview dari para warga kampung naga .
Acara adat di Kampung Naga juga hanya di ikutin oleh para pria sedangkan para wanita membuat nasi tumpeng untuk di doakan dan di makan bersama-sama setelah upacara selesai di lakukan .
Acara adat di kampung Naga di lakukan 6x setahun sesuai dengan hari besar Islam yaitu Muharam , Idul Adha , Idul Fitri , Syaban , Rajab serta  Rabiul awal .
Di dalam kampung naga  terdapat 3 tempat yang di tabukan oleh para warga kampung naga yaitu Bekas Pengsholatan , bekas lumbung padi dan bumi agung ( tempat lembaga adat ) yang suci dan tidak boleh di foto .
Para warga kampung Naga juga percaya bahwa Alam tidak akan memberi bencana karna Alam itu Rohman Rohim dan para warga juga masi tergantung pada Alam yang membuat alam harus di lestarikan karna jika kita mencintai alam , alam kan menjaga kita , karna hal ini pula mereka tidak setuju dengan penebangan hutan secara besar besaran dan ganti dengan komplek , hal ini juga yang menjadi alasan daerah di perkotaan terkena banjir kata salah satu warga kampung naga .









Pernikahan
Warga kampung naga tidak melarang para warganya untuk menikah dengan orang dari luar kampung naga namun mereka mempunyai  3 hal yang harus di penuhi jika ingin menikah dengan warga di luar kampung naga yaitu :
-          Seiman yaitu islam
-          Tampan atau cantik ( Manusia pada umumnya )
-          Lawan jenis
Pada acara pernikahan warga kampung naga tidak memiliki baju atau pakaian khusus yang harus di pakai mereka hanya memakai busana muslim atau sunda dan jika sudah menikah dengan orang luar boleh memilih ingin tinggal di luar atau di kampung Naga namun jika ingin tinggal di kampung naga maka harus mempunyai lahan dan mengikuti aturan yang ada di kampung Naga.


Kesenian
Terdapat 3 alat musik yang ada di kampung naga yaitu
-          Terbang gemerung ( berbentuk seperti rebana dan hanya di gunakan di acara tertentu )
-          Terbang sejak
-          Angklung
Selain dari alat musik ini juga para warga kampung Naga terbiasa membuat anyaman dan berbagai macam barang lain seperti tas , dompet dari anyaman untuk di jual .
Pakaian adat  di kampung naga adalah memakai jubah berwarna putih sarung dan penutup kepala namun pakaian adat di kampung naga hanya dapat di pakai saat ada upacara tidak bisa untuk sehari hari ataupun untuk sekedar di tunjukan sedangkan untuk sehari - hari para warga kampung naga memakai baju pada umumnya .

Pendidikan

Para warga kampung naga biasanya hanya lulus pendidikan dasar saja dan mereka bersekolah di luar daerah kampung naga dan hanya sedikit saja warga kampung naga yang dapat meneruskan ke  pendidikan selanjutnya namun bagi warga Kampung Naga sendiri yang saya dapat dari mang Adi adalah “ bagi warga kampung naga tidak perlu pintar yang penting mengerti “ , salah satunya adalah mengerti kebudayaan mereka yang di teruskan turun temurun .

2 comments: