Pages

Saturday, January 19, 2013

Berlayar ke Kampung Betawi



Nama: Rio Jerry
Nim: 12140110333
Kelas: B-1



Kampung Betawi

Perkampungan Budaya Betawi terletak di Jakarta Selatan yang merupakan suatu daerah atau komunitas bercirikan budaya dalam hal fisik maupun non fisik seperti: kesenian, adat istiadat, kuliner, sastra, pakaian dan arsitektur khas betawi. Kawasan ini telah dilindungi oleh Pemerintah Daerah Propinsi DKI Jakarta, dibangun pada bulan Oktober 2000 dan diresmikan pada tanggal 20 Januari 2001 oleh Gubernur DKI saat itu, Fauzi Bowo.

Luas Kampung Betawi ini mencangkup luas 165 hektar dan dengan Perda No. 3 tahun 2005 menjadi seluas 289 hektar. Kampung ini berada pada pinggiran ibu kota Jakarta yang berbatasan dengan Depok dan masih dalam proses pembangunan yang kini berpusat pada RW 8. Wilayah Kampung Betawi sendiri meliputi RW 5, 6, 8, dan 9.

Kawasan Kampung Betawi terletak di kelurahan srengsengsawah kecamatan jagakarsa dalam Kota Administrasi Jakarta Selatan. Adapun batas fisik yang dimiliki Kawasan Kampung Betawi ini adalah sebelah utara Jl. Mochammad Kahfi II sampai pada Jl. Desa putra yang merupakan Jl. H. Pangkat. Sebelah timur JL. Desa putra (Jl. H. Pangkat) dan Jl. Pratama (Wika, mangga bolong timur) juga Jl. Lapangan merah. Sebelah selatan merupakan batas wilayah Provinsi DKI Jakarta dengan Kota Depok. Sebelah Barat Jl. Mochammad Kahfi II. 

Waktu pengunjung untuk berkunjung di Kampung Betawi ini adalah dari jam 09.00 pagi sampai jam 17.00 sore. Dari jam 17.00 sore, warga juga tidak boleh berada pada wilayah danau Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong melalui peraturan daerah. Kampung Betawi ini juga dapat ditempuh dari hotel-hotel berbintang di Jakarta dengan kurun waktu kurang lebih 45 menit, sedangkan dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta dapat ditempuh denagn kurun waktu kurang lebih 60 menit.

Agenda kegiatan di Kampung Betawi sendiri dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama yaitu agenda tahunan yang terdiri dari pekan Desember, pekan nuansa Islami, dan pekan lebaran. Bagian kedua yaitu agenda rutin yang merupakan pergelaran rutin kesenian Betawi setiap hari Sabtu dan Minggu di gedung kesenian. Bagian ketiga yaitu agenda/kegiatan insidentil yang dilakukan oleh masyarakat umum, pemerintah atau swasta sebagai kegiatan hiburan, pertemuan, pengembangan dan pembinaan yang sesuai dengan visi dan misi Kampung Betawi. 

Tema pada tahun 2012 adalah Festival Budaya Betawi yang merupakan pengenalan budaya Betawi. Festival ini dibantu oleh Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Pada tahun 2013 ini terdapat Proses Ngarak Sunat yang berfungsi untuk memperkenalkan budaya betawi lebih dalam.

Dalam Kampung Betawi dapat dengan gampang ditemui aktifitas keseharian dari masyarakat Betawi yaitu latihan pukul atau pencak silat, ngederes, injek tanah, aqiqah, memancing khususnya di Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, menjala, budidaya ikan-ikan tawar, ngarak penganten sunat, berdagang, dan bertani.
Memasuki Kampung Betawi, disana tidak dipungut biaya masuk sama sekali, hanya ada sesekali biaya parkir, hal itupun hanya apabila ada petugas parkir. Suasana yang ditawarkan juga rindang dan asri dikarenakan banyaknya pepohonan dan penghijauan juga jauh dari kebisingan dan teriknya kota Jakarta sekarang ini. Dengan dua danau yang dimiliki oleh Kampung Betawi, Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong, pengunjung dan masyarakat merasa nyaman berada di Kawasan Kampung Betawi ini.

Pengunjung Kampung Betawi pada hari-hari biasa atau hari kerja sedikit bahkan kadang-kadang sama sekali tidak ada pengunjung. Berlawanan dengan hari-hari biasa atau hari kerja, pada akhir pekan dan juga hari libur pengunjung sangatlah banyak. Tidak jarang orang menggelar tikar dan koran untuk bersantai disana, khususnya di wilayah Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong.

Acara-acara yang dipentaskan di Aula Kesenian Kampung Betawi ini memiliki satu syarat yang wajib dipatuhi oleh semua pengisi acara. Harus ada unsur budaya Betawi dalam setiap acara yang dipentaskan karena tujuan dari Kampung Betawi ini memang untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya Betawi.

Penduduk yang tinggal di kawasan Kampung Betawi ini berasal dari berbagai etnis dan suku atau ras, seperti yang ditulis oleh Chuang, “Identitas budaya menjadi kabur di tengah-tengah integrasi budaya, integrasi bikultur, pernikahan antar-ras, dan proses adaptasi yang menguntungkan.” Persentase secara kasar yaitu 60 persen orang Betawi dan 40 persen orang pendatang seperti orang Sunda, Jawa, Aceh, Papua, Padang, dan Batak. Meskipun memiliki banyak etnis dan suku, sampai sekarang belum ada konflik di Kampung Betawi yang terkait masalah ras. Walaupun jelas ada juga konflik-konflik kecil, tetapi lebih pada perorangan bukan menyangkut masalah etnis, suku, dan ras. Di wilayah Kampung Betawi sendiri para tetangga hidup dengan rukun.

Kimball mengatakan, “Tradisi agama menyediakan struktur, disiplin, dan partisipasi sosial dalam komunitas,” dalam kampung Betawi ini terdapat lima agama besar Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Budha, dan Hindu. Mayoritas penduduk yang tinggal di daerah Kampung Betawi ini beragama Islam. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya mushola di daerah Kampung Betawi. 

Kampung Betawi ini dibangun dari nol, tidak ada bangunan Betawi, sebelumnya tempat itu masih asri dan jauh dari perkotaan. Mulai pada pertengahan bulan Oktober 2000 baru Kampung Betawi mulai dibangun dan sekarang sudah berdiri panggung kesenian serta rumah-rumah adat Betawi. Dengan adanya Kampung Betawi ini, lapangan pekerjaan juga  bertambah bagi penduduk-penduduk sekitar. Penduduk sekitar banyak yang mulai berdagang makanan khas Betawi dan oleh-oleh khas Betawi. Ada juga yang membuka usaha wisata air dengan memanfaatkan Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Usaha wisata air ini berada di bawah naungan Kampung Betawi seperti Sepeda Air dan Perahu Naga.
Kesenian-kesenian Betawi

Dalam Kampung Betawi terdapat panggung kesenian, disini sering diadakan pentas kesenian Betawi. Sanggar yang tampil di Kampung Betawi ini sudah di daftar di Sub Dinas DKI Jakarta dan memiliki sertifikat masing-masing. Sanggar yang tampil tidak terbatas dari JakSel saja melainkan mencakup seluruh Jakarta.

Salah satu budaya Betawi yang sangat terkenal adalah Gambang Kromong. Budaya musik ini bisa dipadukan dengan musik modern. Gambang Kromong juga dimainkan oleh orang dewasa dan anak-anak.

Tanjidor merupakan salah satu budaya yang sudah langka karena tidak modern dan banyak yang beranggapan budaya ini tidak bisa dikolaborasikan dengan budaya modern saat ini. Walaupun terkesan kuno, semua budaya Betawi tetap dilestarikan dan dikembangkan di Kampung Betawi ini.

Terdapat juga Wayang Betawi yang merupakan hasil serapan dari Wayang Kulit asal kesenian Jawa. Beberapa perbedaan Wayang Betawi dengan Wayang Kulit Jawa adalah pemain Wayang Betawi memainkan wayang dengan tidak terlihat oleh para penonton dan bahasanya bersifat lebih langsung dan agak ceplas-ceplos.

Ondel-ondel dalam budaya Betawi lahir pertama kali sebagai boneka pengusir burung pemakan gabah atau biasa disebut orang-orangan sawah. Ondel-ondel ini kemudian dikembangkan dan dianggap memiliki suatu kekuatan untuk mengusir roh jahat. Selain itu, ondel-ondel ini digunakan untuk pesta panen. Melalui perkembangan zaman, ondel-ondel dimodif sebagai hiasan panggung kesenian Betawi.

Orang-orang Betawi sendiri memiliki kebiasaan ngomong secara langsung apa adanya dan agak ceplas-ceplos. Betawi identik dengan jeblak cara bicaranya dan biasanya cara bicara ini dimiliki oleh Betawi tengah, sedangkan Betawi pinggir menggunakan Bahasa Indonesia.

Ferraro menuliskan, “simbol mengikat orang yang mungkin saja bukanlah bagian dari suatu kelompok bersatu,” dalam budaya Betawi kita dapat menemui beberapa contoh dari simbol tersebut. Dalam hal rumah adat Betawi, rumah adatnya memiliki ciri-ciri khusus warna dominan yaitu  warna hijau dan kuning. Warna hijau sendiri melambangkan kesejukan dan warna kuning melambangkan keceriaan. Motif pagar dari rumah adat Betawi juga memiliki keistimewaan tersendiri, motif segitiga runcing dilambangkan sebagai manusia. Arti dari motif segitiga runcing ini adalah di dalam rumah itu terdapat penjaga dan kita harus sopan apabila berkunjung masuk ke rumah Betawi.

Baju daerah khas Betawi meliputi kebaya encim (untuk ibu-ibu dewasa), dan kebaya none (untuk perempuan muda) yang biasa dipakai kontes Abang None. Kainnya tumpal tumbak atau bermotif segitiga zigzag. Model baju daerah Betawi sangat bertabrakan warna yang memiliki warna-warna cerah. Bagi kaum laki-laki terdapat Sadariah yang berbentuk baju koko, celana boim, dan memiliki kain cukin yang bermanfaat untuk menghilangkan roh jahat, Ikat pinggangnya sendiri memakai gesper yang lebih ketat. Pada acara-acara resmi memakai jas tutup dengan ujung serong yang berbentuk kain, dan panjangnya lima jari diatas dengkul dan miring.

Wisata Air

Untung meningkatkan daya tarik wisata di Kampung Betawi ini, terdapat aspek olahraga air yang mampu menarik para wisatawan yang berkunjung. Di Kampung Betawi ini sendiri terdapat dua buah setu yaitu: Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Wisata air yang dapat dinikmati untuk saat ini di Kampung Betawi adalah sepeda air, olahraga kano, dan pemancingan.

Biaya untuk menaiki sepeda air yang berbentuk bebek ini adalah Rp 5000,00 untuk satu orang dewasa. Sepeda air ini biasanya dinaiki oleh dua orang dewasa.  Sepeda air di Setu Babakan sangat dinikmati oleh pengunjung dan warga yang datang berkunjung ke Kampung Betawi ini, dilihat dari ramainya orang yang naik pada hari akhir minggu atau hari libur.

Olahraga kano di Kampung Betawi yang menggunakan perahu naga juga tidak kalah menarik bagi para wisatawan. Banyak warga yang juga naik ke perahu naga dan dapat melihat lebih jelas pemandangan Setu Babakan. Biaya untuk satu orang untuk menaiki perahu naga juga sama seperti biaya sepeda air yaitu Rp 5000,00 untuk satu orang. Wisatawan yang menaiki perahu naga juga dapat mencoba mendayung di perahu naga tersebut.

Pemancingan di Setu Babakan juga salah satu hal yang sangat menarik bagi pengunjung dan warga. Memancing dengan menggunakan alat pancing atau jala. Terdapat juga peraturan yang jelas bahwa dilarang memancing menggunakan peralatan-peralatan yang berbahaya dan merusak lingkungan seperti alat peledak dan racun.

Wisata Agro

Selain wisata budaya dan wisata air yang ditawarkan oleh Kampung Betawi, terdapat juga wisata agro yang merupakan suatu kegiatan parawisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai suatu obyek wisata. Tujuan dari wisata agro ini adalah untuk rekreasi, keperluan studi ilmu pengetahuan, menambah pengalaman, dan memberikan peluang usaha di bidang agro ini. 

Salah satu hal yang menarik dari wisata agro di Kampung Betawi ini adalah lokasi pertanian yang tidak berada pada suatu kawasan khusus. Dalam hal ini bisa berada di pelataran dan rumah-rumah penduduk sekitar sehingga apabila musim panen buah datang, aneka buah khas Betawi ini dapat dinikmati oleh warga. Wisatawan juga biasanya akan ditawarkan buah-buah yang menggambarkan tanda hormat dan tanda selamat datang.

Buah-buah yang ditanam dan ditawarkan di Kampung Betawi ini adalah buah rambutan, buah nangka, buah belimbing, dan buah mangga. Dapat dilihat juga betapa asri dan sejuknya lingkungan di Kampung Betawi karena banyak pohon-pohon dari wisata agro ini.

Makanan Betawi

Makanan khas Betawi sangat banyak dan beraneka ragam mulai dari bentuk dan rasa. Beberapa dari makanan khas Betawi adalah Sayur Asem, Sayur Lodeh, Nasi Uduk, Gado-gado, Kerak Betawi, Soto Lodeh, Soto Babat, Ikan Pecak, Soto Mie, Kerak Telor, Laksa, Toge Goreng, Geplak, dan Soto Betawi. Makanan yang paling terkenal di kalangan masyarakat adalah Gado-gado, Nasi Uduk, dan Soto Betawi.
Di bagian jenis-jenis kue, dapat kita jumpai ada kue Kembang Goyang, kue Cucur, Dodol Betawi, Wajik, dan Es Putu Mayang. Di bagian minuman, masyarakat Betawi memliki minuman khas yaitu Bir Pletok.

Bir Pletok ini memiliki sejarah yang unik. Bir yang dapat menghilangkan rasa pegal-pegal dan tanpa alkohol ini dibuat pertama kali pada masa penjajahan Belanda. Orang-orang Belanda yang suka minum bir karena menurut mereka bir dapat menghilangkan stress dan pegal-pegal, akan tetapi bir tersebut sering membuat mabuk. Sehingga mereka meminta agar ada minuman khas yang dapat menghilangkan pegal-pegal tanpa memabukkan pada warga-warga sekitar yang merupakan warga Betawi. Bir Pletok kemudian dibuat oleh warga sekitar dan menjadi salah satu ciri khas Betawi sampai saat ini. 

Bahan-bahan dari Bir Pletok ini adalah jahe, kayu manis, secang, kapulaga,  pala, cabe jawa, lada hitam, cengkeh, daun pandan, batang sereh, gula putih, dan garam. Proses membuat Bir Pletok ini memakan waktu kurang lebih satu jam.

Terdapat juga roti khas Betawi yaitu Roti Buaya. Roti yang dibuat berbentuk buaya ini sering dihidangkan pada prosesi pernikahan Betawi. Buaya merupakan simbol bagi orang Betawi yang menganggap buaya sebagai binatang yang paling setia terhadap pasangannya. dimana buaya diyakini tidak akan mengganti pasangan sampai mereka sendiri meninggal. Diharapkan calon pengantin menikah sekali seumur hidup dengan memakan Roti Buaya ini sebagai suatu simbol kesetiaan.

Ciri khas orang Betawi

Orang Betawi identik dengan sifat-sifat yang “ramai” atau bisa dibilang berisik atau ceria. Orang Betawi juga memiliki rasa solidaritas yang tinggi terhadap sesamanya, memiliki ketaatan dalam beragama, dan sangat pandai bersosialisasi atau beradaptasi. Bahasa mereka yang ceplas ceplos juga membuat orang-orang senang berteman dengan orang Betawi. Cara bicara orang Betawi jelas memakai konteks-rendah seperti yang dituliskan oleh Lynch, “Komunikasi konteks-rendah berbicara lebih banyak, lebih cepat, dan kadang menaikkan intonasi suara mereka.”

Rakyat Betawi juga memiliki kesenian pantun yaitu saling berbalas pantun. Biasanya acara saling berbalas pantun ini juga ditunjukkan pada kesenian Gambang Kromong, sambil diisi lagu sebagai latar belakang suara. Pantun-pantun ini dibuat untuk menghibur penonton dengan pantun-pantun dan aksi yang lucu. Masyarakat Betawi juga kental dengan sikap ramah tamahnya.

Kebudayaan Betawi ini sendiri memiliki tingkat adaptasi yang tinggi menghadapi perubahan zaman dan waktu. Seperti yang dikatakan oleh Ethington, budaya merupakan “proses penciptaan” yang tidak pernah berakhir, begitu pula budaya Betawi ini. Sering budaya Betawi mengambil budaya lain dan memberntuk buadayanya sendiri yang khas. Terdapat Betawi-Arab yang memiliki kesenian irama gambus, Betawi-Eropa dengan kesenian Tanjidor, dan Betawi-China dengan kesenian Gambang Kromong. 

Dengan berbagai sub kultur budaya Betawi yang dapat dicampur dengan budaya-budaya lain, dapat dikatakan bahwa Betawi merupakan suku dengan berbagai macam campuran budaya dari berbagai suku dan berbagai negara.

No comments:

Post a Comment