Pages

Sunday, January 20, 2013

Komunitas HOPE Asia Foundation



Nama : Michelle
Nim : 11140110183
Kelas : B

Komunitas HOPE Asia Foundation - UNITY!






Perbedaan suku dan budaya di negara kita Indonesia bukanlah suatu hal yang menjadi hambatan untuk kita dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan orang lain. Pancasila telah menjadi sebuah ideologi di tanah air kita tercinta yang menyatakan bahwa pentingnya persatuan Indonesia bagi seluruh rakyat di berbagai pulau dan daerah yang tersecbar. Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak suku, bahasa, budaya dan keunikan tersendiri di setiap daerah. Kekayaan akan budaya kita mencerminkan bagaimana negara kita memiliki keberagaman budaya yang menarik dan perlu kita ketahui karena kita sebagai warga negara Indonesia harus belajar untuk memahami dan menghargai keanekaragaman budaya di Indonesia.


Seperti yang kita ketahui, masyarakat Indonesia memiliki beragam suku, ras, budaya, dan bahasa. Hal ini dapat menjadi sebuah konflik jika kita tidak memiliki sebuah ideologi yang mengedepankan sebuah persatuan di Indonesia. Bersyukur kita memiliki Pancasila sebagai ideologi yang kita pegang dan kita anut. Semua masyarakat Indonesia dipayungi ideologi yang harus dipatuhi agar terjalin keharmonisan antar masyarakat.

Dalam berkomunikasi kita pasti memiliki beberapa hambatan yang disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktornya adalah perbedaan budaya antar kelompok atau individu dengan yang lainnya, yang belum saling kenal sehingga ada miss-communication atau miss-understanding yang terjadi antara individu satu dengan individu lainnya. Perlu adanya pengertian dan saling memahami satu sama lain budaya dari orang lain yang tidak kita ketahui. Karena sifat budaya yang begitu kompleks, luas dan abstrak, kita perlu mengetahui unsur budaya bersosialisasi itu apa saja. Unsur budaya dalam bersosialisasi tersebut sebagai berikut:

1. Persepsi - sistem kepercayaan, nilai, dan sikap; organisasi sosial ; pandangan dunia atau worldview.

Dalam berkomunikasi antar budaya, merupakan suatu komunikasi yang berhadapan dengan perbedaan persepsi dari setiap masing-masing budaya yang berbeda. Hal yang diharapkan dalam berkomunikasi antar budaya adalah persamaan persepsi dan persamaan pengalaman dari setiap masing-masing budaya. Ada beberapa hal yang mempengaruhi persepsi dalam komunikasi antar budaya, yaitu:

a. Sistem kepercayaan, nilai, dan sikap
Tidak ada hal yang benar atau salah dalam berkomunikasi antar budaya. Kepercayaan dari setiap individu tidak dibatasi dan agar komunikasi antar budaya dapat berjalan dengan baik, perlu adanya pengenalan akan kepercayaan orang tersebut sehingga persepsinya tidak salah. Nilai itu bersifat normatif yang berbicara mengenai salah atau benarnya suatu tindakan. Contohnya seperti datang tepat waktu ke sekolah.

b. Pandangan dunia
Pandangan dunia atau worldview tentunya mempengaruhi komunikasi antar budaya karena sebagai individu yang berbudaya pastinya memiliki perilaku komunikasi dan pandangan dunia yang sudah tertanam sejak lama kepada orang yang dianggap benar dan secara otomatis mereka menganggap hal itu benar. Pandangan dunia dari setiap budaya berbeda-beda dan hal ini berdampak kepada persepsi dari masing-masing budaya.

c. Organisasi Sosial
Seperti yang kita ketahui, organisasi sosial yang paling dominan dalam kehidupan bersosialisasi adalah keluarga dan sekolah. Latar belakang keluarga dapat mempengaruhi persepsi masing-masing budaya, begitu juga jika dilihat dari latar belakang sekolah. Lingkungan keluarga dan sekolah tentu berperan penting dalam mempengaruhi sebuah kebiasaan yang menjadi sebuah komunikasi antar budaya. Contohnya seperti anak-anak yang sejak kecilnya dididik dalam sebuah keluarga yang dengan hobby bermain musik, kelak anak tersebut akan terbiasa dengan alat musik yang setiap hari ia hadapi dalam sebuah lingkungan keluarga. Anak tersebut juga dituntun untuk dapat memilih tujuan apa yang ingin dicapainya dan sekolah menjadi salah satu organisasi penyambung masa depannya.


2. Proses komunikasi verbal
Bahasa menjadi sebuah simbol atau lambang yang sudah disepakati secara bersama oleh indvidu-individu dari hasil pembelajaran dan nantinya akan berguna untuk menyatakan setiap pengalaman-pengalaman dari budayanya masing-masing. Alat utama dalam berkomunikasi adalah bahasa. Dengan bahasa kita dapat menyalurkan nilai dan norma, dan menjadikan sebuah alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Bahasa memudahkan kita untuk memberikan ekspresi dan perasaan kita. Hal ini dapat memperlihatkan pikiran yang berasal dari individu terhadap kita dalam berkomunikasi antar budaya.

3. Proses komunikasi non verbal.
Komunikasi secara nonverbal ini berlandaskan setiap budaya masing-masing yang memiliki ciri khas tersendiri. Contohnya seperti penggunaan ekspresi wajah, gerakan tubuh, potongan rambut, gaya berpakaian, kontak mata, gerakan isyarat, dan masih banyak lagi bentuk komunikasi non verbal lainnya.

Ketiga unsur budaya di atas membuat kita mengerti akan konsep komunikasi antar budaya yang baik dan benar. Apalagi seperti kita yang tinggal di Jakarta, dengan berbagai macam pendatang dari luar daerah untuk merantau dan mencari sesuap nasi hingga terjadinya banyak percampuran budaya yang cukup banyak sering terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Banyak sekali orang-orang dari luar pulau yang datang ke kota Jakarta untuk melakukan bisnis atau mencari pekerjaan demi mendapatkan kehidupan yang layak. Tidak sedikit orang yang melakukan transmigrasi dan berpindah tetap di suatu daerah. Ada yang bertujuan untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi, mencari pekerjaan, atau pun ingin merasakan perbedaan budaya di suatu daerah.

Berbicara mengenai percampuran budaya, ada suatu komunitas yang menampung banyak sekali perbedaan suku dan budaya. Komunitas yang sangat baik untuk saling mengenal satu sama lain dan mengerti akan setiap kebudayaannya masing-masing melalui perkumpulan ini. Dengan berbasis komunitas kristiani, ada sebuah yayasan komunitas di daerah Tangerang, tepatnya di Bumi Serpong Damai. Di sana terdapat suatu yayasan sekaligus komunitas yang mengedepankan kesatuan dari berbagai budaya, khususnya daerah-daerah terpencil yang berasal dari Indonesia Timur. Yayasan ini bernama HOPE ASIA dan pendiri dari Yayasan ini bernama Ibu Eriana.



Ibu Eriana memiliki dedikasi yang tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak yang ingin mendapatkan pendidikan dan pembinaan dari yayasannya tersebut. Sejak awal didirikan Yayasan Hope Asia di Indonesia, Ibu Eriana memiliki kerinduan untuk menolong anak-anak yang membutuhkan pendidikan bagi mereka yang tidak memiliki biaya untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Maka dari itu HOPE Asia mengajak anak-anak muda di Indonesia untuk ikut bergabung dan ikut dalam pembinaan karakter sekaligus pelajaran yang memiliki kurikulum yang berbeda dari sekolah lain pada umumnya.

Ibu Eriana ini lahir di kota Tegal, tanggal 5 Januari 1961. Beliau memang memiliki kerinduan yang besar untuk membagikan pengalaman dan pengetahuannya kepada orang lain. Ia memiliki latar belakang pendidikan dokter hewan dan juga magister lingkungan hidup dari UGM (Universitas Gajah Mada). Keinginannya untuk membagi hati kepada generasi muda membawanya untuk pergi mencari ilmu hingga pada negara mancanegara seperti Thailand, Malaysia, India, hingga pada negara Jerman dan Canada.

Kegiatan di komunitas HOPE Asia ini telah membawa banyak sekali anak-anak dari daerah yang bermacam-macam, khususnya yang berasal dari daerah Indonesia Timur, seperti Papua, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi, dan masih banyak lagi. Kegiatan belajar mengajar diadakan setiap hari dengan beberapa dosen yang mengajar mata pelajaran mengenai banyak hal seperti kewirausahaan, ilmu komunikasi, ekonomi, dan pembinaan karakter yang menjadi fokus utama dari seluruh visi dan misi HOPE Asia sendiri.

Kebudayaan yang berbeda bukanlah menjadi sebuah hambatan untuk HOPE Asia karena komunitas ini mementingan persatuan dan kesatuan. Perbedaan bukanlah menjadi masalah karena mereka diajarkan untuk saling menghargai satu sama lain dan mengasihi sesamanya.




Pembinaan yang dilakukan oleh yayasan HOPE Asia telah menjangkau hampir di seluruh bagian Indonesia, khususnya di Indonesia bagian timur. Daerah yang dijangkau HOPE Asia meliputi Indonesia bagian barat NTT, Sumba, Kupang, Soe, Antabua, Rote, Papua, Jayapura, Nabire, Sorong, Sentani, Biak, Maluku, Ambon, Ternate, Manado Sulut, Kalimantan Barat, Sumatera, Nias , Medan, Lampung, Palembang. Beragamnya suku dan budaya inilah yang menjadi keunikan dari komunitas HOPE Asia dan memang sebagian besar anak-anak murid yang bersekolah


Perpustakaan HOPE Asia Foundation


Kebiasaan yang mereka lakukan dalam komunitas ini banyak sekali, dari mulai berdoa bersama setiap hari dan saat teduh pukul 5 pagi di asrama tempat mereka tinggal, perjamuan kasih atau makan bersama yang setiap hari dilakukan di HOPE Asia, dan juga selain belajar mengenai kewirausahaan, ilmu komunikasi, mereka juga belajar untuk praktik keluar lapangan dengan melakukan job training sesuai dengan keahlian dan kemahirannya masing-masing. Usia mereka memang beragam, yaitu mulai dari usia 16 tahun hingga pada usia 29 tahun. Karena angkatan di tahun ini hanya ada 10 orang, maka kelas yang ada di gabung dan memiliki materi pelajaran yang sama.
\

Selain itu banyak juga hasil-hasil karya kreativitas mereka lainnya yang unik dan bermanfaat seperti hiasan, gantungan kunci yang lucu, gelas, sandal, lampu hias , serbet untuk memasak, lampu hias, hingga pada peralatan rumah tangga seperti cairan pembersih toilet yang dapat dijual di pasaran, dan kegiatan lainnya yang dilakukan oleh murid-murid HOPE Asia salah satunya adalah menganyam dompet dan tas dari bahan tali kur dengan berbagai warna yang menarik. Hasil karya mereka ini telah banyak di jual dan dipasarkan oleh mereka ke berbagai tempat.


Mereka saat ini berada di angkatan sembilan di tahun 2013 dengan tiga bulan pembinaan di HOPE Asia, Tangerang. Tepatnya di hari Jumat, tanggal 11 Januari 2013 HOPE Asia mengadakan sebuah pelantikan atas kelulusan mereka selama tiga bulan. Acara pelantikan tersebut diawali dengan kebaktian singkat oleh pembicara untuk pembekalan bagi para anak-anak murid agar mereka termotivasi dan dibangun kepercayaannya terhadap suatu kunci sukses yang akan mereka raih di kemudian hari. Acara pelantikan ini merupakan sebuah simbol di mana para murid sudah selesai dalam pembelajarannya selama tiga bulan di HOPE Asia dan mereka yang sudah bersekolah akan menerima penghargaan dan kelulusan dari HOPE Asia.


Para murid telah mendapatkan pembekalan karakter selama tiga bulan dan pembekalan pengetahuan mengenai kepemimpinan yang baik dan benar. Namun pembangunan karakter yang sesungguhnya bukan hanya dalam sebuah karantina di asrama selama tiga bulan ini saja, tetapi sebenarnya pembangunan karakter itu terjadi setiap hari dan dalam kehidupan sehari-hari, kita dituntut untuk selalui mengakui kesalahan kita dan belajar dari kesalahan untuk mencapai hal yang lebih baik lagi di kemudian hari. Perbedaan bukan menjadi sebuah halangan untuk mencapai cita - cita yang tinggi setinggi langit.

Ucapan syukur yang setiap hari mereka lakukan dalam doa menjadi sebuah kebiasaan yang berakar menjadi sebuah budaya yang positif dalam menghadapi setiap kehidupan, masalah, maupun kesenangan dan kebahagiaan. Visi dan misi dari HOPE Asia Foundation sendiri adalah menjangkau banyak generasi muda agar menjadi pemimpin yang berdedikasi, mempunyai integritas, serta berdampak bagi orang lain, dan juga mempunyai hati misi untuk menjadi berkat bagi setiap orang. Tujuannya adalah untuk menjadikan generasi muda sebagai anak bangsa yang cerdas dan berbudaya baik sesuai dengan karakter yang diajarkan yayasan HOPE Asia kepada anak-anak murid.

Pelantikan Angkatan 9. Jumat, 11 Januari 2012


Nah bagaimana dengan generasi muda Indonesia lainnya? Bagi anak-anak muda yang saat ini telah bersekolah dan mendapatkan pendidikan yang layak, pasti akan merasa semua hal itu mudah untuk di raih dan cenderung tidak mempunyai usaha yang lebih untuk memperjuangkan cita-cita mereka Tapi perlu di ingat bahwa mereka pun yang mendapatkan pendidikan selama tiga bulan saja dapat menjadi mereka saat ini masih belum selesai dan masih banyak yg harus mereka lakukan untuk mencapai cita-cita mereka. Jika kita memiliki motivasi, semangat dan usaha untuk berhasil, kita pasti bisa melakukannya. Dengan menerima perbedaan dan menghargai setiap budaya masing-masing, kita dapat belajar dari berbagai sisi kehidupan dan persepsi dari budaya lainnya. Lupakan semua perbedaan dan jadi satu kesatuan di tanah air kita Indonesia tercinta!!!



2 comments: