Pages

Wednesday, January 9, 2013

Nama : Ardhi Atthacariya
NIM  : 10120110274
Kelas : E-1





Pruralisme Gunung Kawi


Pesarean Gunung Kawi adalah salah satu objek wisata Kabupaten Malang, Pesarean Gunung Kawi adalah sebuah tempat yang sudah dikenal sejak masa sebelum kemerdekaan atau semenjak masa pendudukan kolonial Belanda. Letaknya di sebelah selatan lereng Gunung Kawi berjarak kurang lebih 40 KM dari arah barat daya Kota Malang.

 
Pesarean Gunung Kawi juga merupakan salah satu objek wisata terbaik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, hal itu dapat dilihat dari keindahan alamnya yang luar biasa. Seperti daerah hutannya yang hijau membentang melapisi seluruh area Gunung Kawi. Akan tetapi tidak hanya keindahan alam dan udara pegunungannya saja yang menjadi unggulan dari objek wisata Pesarean Gunung Kawi, tapi ternyata yang menjadi inti dari objek wisata Pesarean Gunung Kawi adalah dua buah makan orang suci yang berjasa menjadi pembuat sejarah terciptanya kawasan suci di area Gunung Kawi.











Kedua tokoh ini adalah Kanjeng Kyai Zakaria II alias Raden Mas Soerjokoesoemo alias Raden Mas Kromodirejo alias Mbah Jugo. Yang kedua adalah Mbah RM. Iman Soedjono adalah murid kesayangan Mbah Jugo yang merupakan bangsawan dari Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat (Yogyakarta).  Semasa hidupnya kedua beliau pernah bersama dan sebelum meninggal Kyai Zakaria berwasiat jika meninggal dunia minta dimakamkan di Lereng Gunung Kawi begitu juga Raden Mas Iman Soedjono berwasiat apabila meninggal minta dimakamkan di dekat gurunya yaitu eyang Jugo (Kyai Zakaria).

Mbah Jugo meninggal di padepokannya di Desa Jugo, Kecamatan Sanan, Kabupaten Blitar, pada hari Minggu Legi (malam Senin Pahing pukul 01.30 WIB tanggal 1 Selo Dzulhijah tahun 1799 dal, atau pada kalender Masehi tanggal 22 Januari 1871). Kemudian jenazah diberangkatkan menuju Lereng Gunung Kawi sampai disana pada hari Rabu Wage, 24 Januari dan disemayamkan di padepokan RM. Iman Soedjono dan esoknya kamis kliwon, 25 Januari 1871 jasadnya dikebumikan secara muslim dipimpin oleh RM. Iman Soedjono.



 

Nah makan tersebut lah yang dijadikan objek wisata utama sekaligus menjadi tempat berziarah  bagi semua orang kususnya orang-orang dari kebudayaan Jawa, berikut adalah tata cara berziarahnya.






Tata Cara Berziarah

1.    Pengunjung / peziarah harus bersih secara lahir dan batin. Bersih secara lahir, maksudnya ialah selain para pengunjung yang berziarah ke makam itu dimaksudkan harus mandi keramas terlebih dahulu, juga dihimbau untuk berpakaian yang bersih dan sopan. Sedangkan bersih secara batin, maksudnya bahwa pengunjung / peziarah tidak boleh memikirkan sesuatu tujuan yang tidak baik / negatif.
      Berkaitan dengan keadaan yang harus bersih secara lahir dan batin inilah maka bagi para pengunjung / peziarah wanita yang sedang mendapat hambatan rutin (maaf, maksudnya yang sedang menstruasi / haid ), dimohon dengan hormat untuk tidak masuk ke ruang pendopo Pesarean.
2.    Pengunjung – peziarah yang masuk ke ruang pendopo Pesarean, harus melepaskan sepatu atau sandal didepan pendopo ( ditempat yang telah disediakan ). Hal ini dimaksudkan agar kebersihan pendopo Pesarean tetap terjaga dengan baik.
3.    Bagi para pengunjung / peziarah yang memerlukan bunga tabur, dapat membelinya ditempat penjual bunga depan Gedung Kwan Im. Kemudian setelah para pengunjung  / peziarah masuk dalam ruang Pesarean menyerahkan bunga tabur tersebut kepada Juru Kunci yang akan menaburkan bunga itu ke pusara makam. Sementara itu para pengunjung / peziarah berdo’a semoga amal kedua tokoh masyarakat yang beragama Islam tersebut diterima oleh TuhanYang Maha Esa.


Akan tetapi. banyak orang sering salah prasangka terhadap objek wisata Pesarean Gunung Kawi ini yang mengangap Gunung Kawi adalah sebagai tempat pesugihan untuk mencari kekayaan yang berakhir dengan pemberian pengorbanan berupa tumbal nyawa manusia. “Perlu diketahui bahwa Hal tersebut tidak benar sama sekali adanya”, ujar dari Bpk.Tjandra Jana selaku Juru Kunci yang bertanggung jawab menjaga makam di objek wisata Pesarean Gunung Kawi. Beliau sangat menyangkal isu yang tidak benar tersebut, karena dalam pengalaman Beliau, Ia pernah sekali menolak atau mengusir sepasang suami istri yang datang untuk meminta kekayaan kepada Beliau karena terlilit masalah hutang, dan yang mengejutkannya lagi sepasang suami istri itu telah menyiapkan anaknya yang berusia 3 tahun sebagai tumbal segar sebagai ganjaran dari kekayaan yang akan ia tukarkan. Spontan melihat hal itu Bpk Tjandra langsung marah kepada sepasang suami istri itu karena sampai hati ingin mengorbankan anak semata wayangnya demi kesenangan pribadi mereka,  dan mengusir mereka untuk kembali ke daerah asalnya dan mencari pekerjaan yang layak bukan mengambil jalan pintas seperti ini. Namun isu ini sulit sekali dihapuskan dari benak masyarakat Indonesia, karena kesirikan dari beberapa pengusaha  kepada pengusaha besar sukses yang sering berziarah ke Pesarean Gunung Kawi, sekaligus menjadi donatur utama pembangunan infrasruktur di area objek wisata Pesarean Gunung Kawi misalnya saja seperti Salim Grup, Bank BCA (Liem Sioe Liong), Owner perusahaan rokok Bentoel, dsb. Akhirnya desas desus negatif kepada mereka muncul dan disebarkan dari mulut kemulut hingga menjadi sebuah skeptis yang mengangap bahwa semua pengusaha sukses yang pergi bersiarah ke  Pesarean Gunung Kawi tentu saja kaya karena menggunakan pesugihan. Padahal ada juga orang-orang yang tidak kunjung sukses meski pun telah berziarah ke Pesarean Gunung Kawi, “semua itu pada dasarnya kembali lagi kepribadi manusianya masing-masing, jikalah mau bekerja keras pasti akan menjadi orang sukses dikemudian harinya dan jika malas maka akan sebaliknya”, ujar Bpk Tjandra.

Hal menarik lainnya yang menjadi unsur KAB dari objek wisata Pesarean Gunung Kawi adalah 
Bagaimana “World View” dari masing-masing kebudayaan yang berbeda pada akhirnya bisa berbaur menjadi satu kepercayaan yang sama tentang bagaimana cara memandang sebuah karya ilahi dimana hal yang bersifat spiritual tersebut dipercayai dapat membawa pengaruh yang baik bagi hidup seseorang dari semua jenis etnis, suku, dan agama yang ada di Indonesia bahkan sampai ke mancanegara karena beberapa turis yang saya ajak bicara mengaku percaya dengan hal spiritual semacam ini. Disamping itu masih ada lagi hal yang membuat saya kagum yaitu tentang keberagaman budayanya yang berbaur menjadi satu dalam satu komplek objek wisata Pesarean Gunung Kawi ini. Kebudayaan tersebut diantaranya adalah kebudayaan Etnis Jawa dan Tiong Hua, dari sisi agama terdapat beragam tempat ibadah seperti Gereja, Masjid, Kelenteng. Hal tersebut sangat menggambarkan sisi ke pruralan masyarakat Pesarean Gunung Kawi yang hidup dengan nilai toleransi dan sikap saling menghormati yang tinggi antar masyarakatnya sehingga dapat hidup berdampingan dengan baik tanpa adanya konflik antar etnis dan agama di dalamnya. Hebatnya lagi ternyata objek wisata Pesarean Gunung Kawi tidak hanya dibuka untuk suatu etnis dan agama tertentu saja, akan tetapi untuk seluruh agama dan etnis yang percaya dan mau berziarah kepada Makam Mbah RM. Iman Soedjono dan Mbah Jugo.



Tempat – tempat Ibadah

Adapun tempat – tempat ibadah yang ada di Gunung Kawi adalah :

MASJID AGUNG IMAN SOEDJONO
Masjid ini terletak 500 meter antara Pesarean dan Padepokan Raden Mas Iman Soedjono. Masjid ini dibangun lebih memadai dan seimbang dengan derapnya era pembangunan yang pesat dan modern. Masjid ini diresmikan penggunaannya oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang pada tanggal 4 Februari 1985. Masjid Agung Iman Soedjono ini dibangun untuk menampung para jemaah yang menjalankan ibadah sholat, mengingat Masjid Kyai Zakaria di Pesarean sudah tidak dapat menampung lagi.





TEMPAT PERIBADATAN DEWI KWAN IM SERTA CIAMSI

Tempat peribadatan ini sebenarnya khusus disediakan untuk menampung pengunjung yang beragama Budha atau Tri Dharma dalam menjalankan ibadahnya. Namun disana ada sarana lain yang mengundang perhatian umum untuk mengetahui perihal peruntungan nasib seseorang, yaitu berupa sarana yang dinamakan Ciamsi. Ugom atau surat peruntungan nasib yang ada di Ciamsi itu klasifikasinya sama dengan astrologi, yaitu ilmu pengetahuan tentang tabiat dan peruntungan nasib seseorang berdasarkan perhitungan perbintangan. Maka di dalam ruangan ini banyak pula pengunjung lain agama yang ikut memanfaatkan kesempatan untuk ikut mengambil kartu peruntungan nasib atau Ciamsi tersebut.








Hasil dari bentuk kepruralan masyarakatnya yang baik dapat dilihat setiap upacara tanggal 1 Suro yang menjadi bentuk upacara masal bersama yang penyelenggaraannya adalah hasil dari seluruh kerjasama masyarakat dari latar belakang etnis yang berbeda. Hal ini sangat luar biasa sekali dan patut untuk dijadikan contoh bagi seluruh masyarakat Indonesia tentang bagaimana indahnya hidup berdampingan meskipun dari latar belakang etnis, ras dan agama yang berbeda.



                          Acara Khol Raden Mas Iman Soedjono Menuju Pendopo Pesarean




                                 Prosesi Acara Khol RM. Iman Soedjono  disambut Jurukunci Padepokan



Tempat-Tempat dan Peninggalan-Peninggalan Sakral yang dapat dikunjungi di area Pesarean Gunung Kawi sekaligus yang menjadi kepercayaan bersama dari semua etnis di Indonesia:

Pohon Dewa Daru:







diantara sekian banyak koleksi yang ditinggalkan oleh Raden Mas Iman Soedjono ada satu hal yang membuat saya sangat tertarik yakni, sebuah pohon yang memiliki keistimewaan. Yaitu sebatang pohon sejenis cerme. Pohon itu ditanam disebelah kanan bangunan pendopo agung Pesarean. Dari masyarakat setempat pohon itu dinamakan “ Pohon Dewa Daru “. Menurut analisa botanik, pohon tersebut dinamakan : “EUGENIA UNIFLORA”, termasuk rumpun suku MYRTACEAE, yaitu suku jambu – jambuan, banyak juga kalangan masyarakat yang menyebutnya dengan “ CERME LONDO ”.  semula tanaman ini hanya tumbuh disatu tempat saja, tetapi kini sudah banyak yang menyemainya. Bahkan petani – petani disekitar kini sudah banyak yang menanam dan kemudian menjualnya kepada para pengunjung atau para tamu di Pesarean Gunung Kawi sebagai tanaman hias. Tanaman yang satu ini ( dalam hal ini yang ditanam langsung oleh Raden Mas Iman Soedjono di sebelah kanan pendopo makam). Oleh para peziarah sering dianggap sebagai “pohon bertuah”. Yaitu sebagai batu uji keberhasilan. Mereka yang percaya, mengangap bahwa barang siapa yang kejatuhan buahnya pohon Dewa Daru tersebut, maka akan mendapat rejeki. Pohon ini oleh orang Tionghoa dinamakan dengan SHIAN THO (Pohon Dewa), artinya jenis pohon yang banyak ditanam oleh para dewa. Maka tidaklah mengherankan bila disekitar tumbuhnya pohon itu tiap saat banyak pengunjung pesarean bergerombol menunggu jatuhnya daun kering, bahkan buahnyapun sangat didambakan. Benarkah pohon tersebut sebagai lambang keberhasilan ? Wallahu Allam, karena ini menyangkut masalah kepercayaan umat manusia, marilah kita serahkan saja semuanya kepada Sang Maha Pencipta dan Sang Pembagi Rejeki yaitu Tuhan Yang Maha Kuasa.



GUCI PENINGGALAN MBAH DJOEGO:

Dua buah guci kuno adalah merupakan peninggalan Mbah Djoego yang semula tersimpan di Padepokan Sanan Jugo. Kemudian oleh Raden Mas Iman Soedjono diboyong ke Gunung Kawi. Pada zamannya, Raden Mas Iman Soedjono sering menggunakannya dalam mengobati orang – orang sakit dengan cara memberikan air yang diambil dari dalam guci tersebut. Setelah melihat khasiat guci itu, kemudian masyarakat setempat menamakannya dengan nama
Jan Jam


Guci kuno peninggalan Mbah Djugo (Kyai Zakaria)

Selain tempat – tempat tersebut, pada waktu Raden Mas Iman Soedjono masih hidup dahulu, mempunyai berbagai jenis koleksi tanaman yang terdiri dari berjenis – jenis pohon langka, antara lain, pohon kesemek, pohon kepel, sawo kecik, tanjung, kuweni, jambu klampok, katimaha, nogosari, jenar, duku, locari dan lain – lain.

Memang dari semua peninggalan tersebut kedua macam benda yang ditinggalkan ini membuat hati saya bertanya-tanya sekali dan ingin benar-benar mencobanya, sayang sekali pohon dewa daru tersebut masih terlihat segar sehingga kemungkinan untuk buah dewanya jatuh sangat kecil sekali, nah kalau air jam-jam ini selain bisa untuk mengobati berbagai penyakit, diyakini juga sebagai penghapus dan penangkal hal-hal buruk seperti terhindar dari bencana dan lain-lain. Bahkan ada juga yang percaya bila air ini dibasuh kewajah konon katanya, wajah kita bisa terlihat lebih bercahaya dan cerah alias yang ganteng bisa tambah ganteng dan yang cantik bisa buat cowok yang ngeliat klepek-klepek haha XD. Tapi sekali lagi hal ini bole dipercaya bole tidak tetapi yang pasti benda-benda peninggalan ini memiliki nilai sejarah dan kebudayaan serta world view dari masyarakat Jawa yang sangat mendalam, yang pada akhirnya berbuah positif yang dapat dijadikan pedoman untuk hidup berdampingan dengan semua etnis, suku, dan agama lain dengan baik, sehingga tercipta keharmonisan yang sinergi sehingga menciptakan sebuah kesatuan dan tradisi-tradisi kecil yang baru sebagai hasil dari akulturasi kebudayaan yang terjadi di objek wisata Pesarean Gunung Kawi.

Demikian adalah hasil observasi Etnografi saya untuk tugas KAB selama 4 hari di objek wisata Pesarean Gunung Kawi. Sebelumnya saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Tuhan yang Maha Esa karena atas penyertaannya saya dapat menyelesaikan karya tulis tentang KAB yang terjadi di objek wisata Pesarean Gunung Kawi, dan kiranya semoga fakta-fakta seputar objek wisata Pesarean Gunung Kawi ini dapat menjadi contoh yang baik bagi keberagaman seluruh etnis, ras, dan agama yang beragam di negeri tercinta kita ini Indonesia, serta disisi lain saya berharap bisa mengubah semua persepsi negatif seputar objek wisata Pesarean Gunung Kawi ini di mata masyarakat Indonesia. Karena ditempat yang dianggap sangat buruk biasanya menyimpan nilai-nilai baik yang luar biasa, Terima kasih.

No comments:

Post a Comment