Pages

Wednesday, January 9, 2013

Mendalami Perkampungan Budaya Betawi



Nama : Felintya Fellicya

NIM : 11140110034

Kelas : E1


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki beraneka ragam pulau beserta dengan keanekaragaman budaya di dalamnya, beserta suku, bahasa, etnis, dan agama. Perbedaan ini lah yang membuat negara Indonesia terkenal dengan keunikannya. Salah satu suku yang terkenal di Indonesia adalah betawi, dimana betawi ini berlokasi tepat di Ibukota Indonesia yaitu Jakarta. Perkampungan kebudayaan betawi di setu babakan ini didirikan pada bulan oktober 2000 dan diresmikan pada tahun 2001 tepat pada tanggal 20 januari oleh Bapak Sutiyoso. Perkampungan kebudayaan betawi ini di bentuk berkat inisiatif dari tokoh-tokoh seniman betawi dengan tujuan agar masyarakat Indonesia khususnya Jakarta tidak melupakan suku budaya asli Jakarta yaitu betawi. Di dalam perkampungan kebudayaan betawi ini terdapat banyak sekali kesenian-kesenian betawi seperti permainan alat musik, tari-tarian bahkan pancak silat khas betawi. Ada juga perumahan-perumahan khas betawi tapi memang tidak asli dari jaman dulu karena telah mengalami perubahan akibat renovasi menjadi lebih ke modern.



Suku Betawi itu datang ke Jakarta karena adanya hasil percampuran dari berbagai suku dan negara seperti arab,cina dan melayu. Dikatakan bahwa betawi berasal dari orang Belanda yang singgah ke Batavia. Awalnya karena pedagang-pedagang di pelabuhan yang singgah ke Jakarta, mereka berbaur di sunda kelapa. Betawi pun juga terbentuk berdasarkan hasil perkawinan campur berbagai negara. Asal mula nama Jakarta terbentuk dari Sunda Kelapa kemudian Jayakarta kemudian Batavia lalu berakhir menjadi Jakarta.


Pintu masuk utama.



Saya pergi menuju Kampung Kebudayaan Betawi pada hari minggu, 9 desember 2012 pukul 11.30 WIB. Agak sulit juga untuk menemukan lokasi perkampungan budaya betawi tersebut karena kami harus belok-belok melewati perumahan/perkampungan kecil. Sesampainya disana ternyata telah disediakan tempat parkir yang cukup luas, tapi ternyata tarif nya cukup mahal per dua jam kalau tidak salah kami harus membayar Rp 5000,00. mungkin memang karena banyak sekali pengunjung yang suka datang kesana untuk menikmati makanan khas betawi atau bahkan menikmati pertunjukkan khas betawi, apalagi itu adalah hari minggu dimana setiap hari minggu aka nada pertunjukkan-pertunjukkan unik khas betawi, kebetulan pada hari itu diadakan nya pertunjukkan Gambang Kromong, dimana pertunjukkan tersebut adalah pertunjukkan tentang alat musik betawi, tari-tarian khas betawi, nyanyi-nyanyian juga diadakan nya adu pantun. 

contoh rumah adat betawi yang telah di perbaharui


Ketika saya sampai disana ternyata sudah banyak sekali pengunjung entah dari warga sekitar maupun warga luar yang datang untuk menikmati pertunjukkan disana, tak jarang juga saya bertemu dengan mahasiswa/mahasiswi dari kampus lain yang memang berkunnjung kesana entah untuk tugas kampus atau mereka hanya ingin menikmati keindahan danau di perkampungan budaya betawi yang adadisana. Ada beberapa jenis kesenian tradisi betawi di antara nya adalah Tanjidor, Gambang Kromong, Rebana biang, Samrah, Lenong, dan Topeng, pada hari itu saya diberi kesempatan untuk melihat kesenian Gambang Kromong, Semua warga boleh terlibat di dalam acara pertunjukkan-pertunjukkan tersebut namun pertama-pertama mereka harus mendaftarkan diri mereka dalam Sudin Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan, dan setelah mereka mendaftarkan diri mereka harus dengan rajin datang ke setiap waktu latihan yang telah ditentukan. 

danau luas dengan pemandangan indah.


Di dalam perkampungan budaya betawi juga terdapat danau yang luas loh, ada bebek-bebekan nya juga jadi siapa saja yang mau merefleksikan dirinya bisa datang kesana, tidak jarang juga saya melihat banyak keluarga-keluarga yang membawa anak-anak mereka untuk refreshing kesana, karena memang danau nya yang indah, mereka juga bisa menikmati danau disana sembari mencicipi banyak jajanan di pinggir danau, salah satunya ada otak-otak, harganya hanya 5000/3 bungkus otak-otak.

Di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya disana diajarkan bagaimana cara kita untuk dapat membentuk dan menetapkan identitas budaya. Salah satu caranya adalah kegunaan komunikasi, terdapat beberapa bentuk juga untuk dapat menggunakan komunikasi, yaitu percakapan, peringatan sejarah, musik, tarian, ritual, upacara, dan berbagai drama sosial. Sama seperti kebudayaan betawi, orang-orang atau masyarakat betawi membentuk identitas diri mereka pribadi dengan diadakan nya beberapa upacara-upacara adat seperti salah satunya yaitu upacara hakekat seperti memotong kambing untuk acara tujuh bulanan ibu hamil mengandung, atau upacara hari ke 7,14,21,40. Biasanya kalau sang ibu mengandung anak perempuan maka mereka akan memotong 1 ekor kambing, lalu jika anak nya itu adalah pria mereka akan memotong 2 ekor kambing, hal tersebut sudah menjadi upacara tradisi adat betawi.

Menurut Pinney (Komunikasi Lintas Budaya) tujuan utama dari masa remaja adalah membentuk identitas dan “mereka yang gagal dalam mencapai identitas yang aman akan dihadapkan pada kerumitan identitas itu sendiri, kejelasan akan siapa diri mereka, dan apa peranan mereka dalam hidup” maka dari itu banyak sekali anak-anak kecil maupun remaja di sana yang banyak mengikuti pertunjukkan kesenian dari budaya betawi, saya terkadang salut dengan mereka yang mau menyisihkan sedikit waktu mereka untuk ikut berpartisipasi dalam memperkenalkan kesenian betawi kepada orang-orang, padahal saya sendiri saja yang asli warga Jakarta tidak tahu bahwa ternyata kebudayaan betawi itu memiliki banyak kesenian dari tari, menyanyi, dan juga alat musik nya, remaja-remaja di sana ternyata sangat gigih dalam mempertahankan identitas budaya betawi itu sendiri dengan ikut berpartisipasi dalam kesenian-kesenian yang selalu dipertunjukkan setiap minggunya.

kesenian Gambang Kromong




Di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya kita belajar bahwa Budaya Itu Sistem yang Terintegrasi, Ferraro mengemukakan bahwa “budaya harus diajarkan sebagai suatu kesatuan yang utuh, bagian yang sampai taraf tertentu, berhubungan satu sama lainnya. Ketika kita memandang budaya sebagai sistem yang terintegrasi, kita dapat mulai melihat bagaimana sifat budaya tertentu cocok terkait dengan seluruh sistem.” Jadi disini dimaksudkan ketika kita ingin mempelajari suatu budaya baru tak bisa hanya dengan kita tahu asal usul budaya tersebut atau bahasa yang digunakan, seperti saya ketika masuk ke perkampungan betawi, saya merasa budaya betawi itu unik, saya semakin ingin memiliki hasrat untuk menicicipi semua makanan khas yang ada disana, mengenakan baju pengantin yang dinamakan kebaya none dengan cara cina (cadar) untuk menutupi wajah, lalu saya pun juga sedikit-sedikit bisa mengikuti bahasa khas yang digunakan warga disana seperti akhiran yang selalu berbunyikan ‘e’.

Sekilas Mendalami Kuliner khas Betawi yuk..........


Kampung Kebudayaan Betawi memiliki banyak sekali jajanan kuliner, disana terdapat gado-gado, kerak telor, rujak, toge goreng, arum manis, dan gulai Jakarta, juga tak ketinggalan minuman khas betawi yaitu Bir Pletok,es selendang mayang, es cincau, dan es doger. Bir pletok adalah salah satu minuman populer orang betawi, karena Bir Pletok ini memiliki kegunaan atau manfaat yang baik untuk kesehetan tubuh, yaitu pegel-pegel, masuk angin, dan batuk/pilek.

Bir Pletok
Bir Pletok


Salah satu makanan khas paling populer dari betawi adalah kerak telor. Tentunya tak ada satu orang Jakarta pun yang tidak tahu tentang makanan ini, mungkin memang ada beberapa yang belum pernah mencicipinya, seperti saya yang jujur baru sekali makan kerak telor itu pun beberapa tahun lalu, dan kemudian saya mencicipinya kembali ketika pergi ke kampong betawi ini. Kerak telor ini sudah ada sejak jaman ketika Jakarta masih bernama Batavia, pada masa itu Batavia banyak sekali ditumbuhi pepohonan kelapa yang dimanfaatkan penduduk untuk berbagai macam keperluan, kerak telor ini dimasak dengan cara yang unik karena tidak menggunakan kompor melainkan diatas bara api, bahan-bahan untuk membuat kerak telor ini tidak terlalu sulit, yaitu beras ketan, santan kental, garam, kelapa parut, daun jeruk, gula, bawang goreng, telur ayam/bebek, tepung ketan, merica bubuk, sedangkan cara memasaknya adalah  Ketan dikukus sampai setengah matang (sekitar 15 menit), siram dengan santan, tambahkan garan, aduk rata, sisihkan. berikutnya adonan isi : Campur bumbu yang dihaluskan dengan kelapa parut, daun jeruk, ebi dan gula, sangrai hingga kering, beri bawang goreng, angkat, sisihkan. Adonan Telur : Pecahkan telur satu persatu tambahkan tepung ketan, santan dan garam, aduk rata, sisihkan. Adonan pengikat : Campur semua bahan menjadi satu, lalu masak sambil diaduk aduk hingga mendidih, angkat, sisihkan. Tahap penyelesaian nya yaitu : Ambil wajan dadar teflon kecil(diameter 12 cm) beri 4 sendok makan adonan telur, beri 1 sdm adonan ketan, ratakan, dimasak hingga matang, balik , setelah matang angkat, beri adonan pengikat kemudian beri adonan isi , lalu dilipat dan dihiidangkan selagi hangat. Untuk variasi isi bisa dipakai/ditambahkan irisan keju,nugget ayam,ikan sarden atau lainnya sesuai selera. Namun sekarang banyak orang mengatakan bahwa kerak telor itu sendiri sudah sangat jarang dihidangkan dalam rangka acara-acara hari besar karena terkalahkan dengan era globalisasi dan masuknya makanan asing ke Indonesia, padahal dulu kerak telor akan selalu tersedia di berbagai acara besar.

Proses Pembuatan Kerak Telor

Selain kerak telor sebenarnya masih banyak jajanan khas betawi lainnya yang dijual disana, salah satunya lagi adalah toge goreng, saya memang tidak mencoba membeli makanan ini tapi saya diceritakan oleh teman saya yang membeli dan mencicipinya, dia bilang toge goreng nya enak dan gurih, sepertinya memang semua jajanan disana enak, saya juga melihat banyak jajanan minuman yang segar-segar disana.




Saya mencoba mewawancarai salah satu pedagan kerak telor, Beliau mengatakan bahwa Dia telah bekerja menjual kerak telor sejak Ia berusia sekitar 20an tahun dan sekarang Beliau telah memasuki kepala 6, Beliau selalu didampingi sang istri ketika sedang berjualan, sang istri biasanya membantu dalam hal memegang uang dan mencatat pesanan. Saya bertanya berapakah penghasilan yang Beliau dapatkan seharinya, Beliau mengatakan jika sedang ramai seperti hari sabtu atau minggu, kira-kira 20kg telur akan habis dalam seharinya, dapat dibayangkan ternyata penghasilan yang didapatkan oleh Beliau cukup besar karena harga satu porsi kerak telor dengan telur bebek saja Rp. 12.000,00-.

Oh iya, tidak ketinggalan bahwa budaya betawi juga memiliki pakaian adat mereka loh, kalau pria biasanya mengenakan baju bernama baju sadariah, kalau resminya (seperti mau menikah) namanya Jas tutup ujung serong, nah sedangkan wanita mengenakan baju khas bernama kebaya none & kebaya encim. Saya padahal ingin sekali mencoba mengenakan pakaian-pakaian adat betawi tapi ketika saya bertanya kepada pengurus disana bajunya sedang tidak disediakan, tapi akhirnya kami dperlihatkan sekilas foto-foto tentang baju khas betawi. 

contoh pakaian adat khas betawi
Akhirnya waktu sudah menujukkan pukul sekitar 17.00 WIB, karena pertunjukkan kesenian nya juga sudah selesai alhasil banyak warga yang telah pulang ke rumah masing-masing, oleh karena itu saya pun memutuskan pulang. Saya mendapatkan banyak pelajaran setelah mengobservasi perkampungan budaya betawi ini, salah satunya adalah saya menjadi sadar bahwa kebudayaan yang dimiliki negara Indonesia itu unik-unik, dan sangat patut untuk kita mempertahankan nya, apalagi membuat orang-orang diluar sana mengenal lebih dalam tentang kebudayaan Indonesia, itu membuat kita sebagai masyarakat Indonesia memiliki kebanggaan tersendiri, dan tentunya menjadi nilai positif yang sangat berarti bagi bangsa kita Indonesia.

Sekilas perjalanan saya mengobservasi kampung kebudayaan betawi, semoga dengan hal ini kita semua sebagai warga negara Indonesia dapat meningkatkan kesadaran kita masing-masing untuk dapat lebih mencintai kebudayaan yang ada di negara Indonesia kita ini, dan tidak lupa juga untuk tetap menjaga identitas dari masing-masing budaya. Sekian dan terima kasih.

saya dan Ibu Irma




No comments:

Post a Comment