Nama: Savira Nadia Putri
NIM: 11140110132
Kelas: E1
pintu masuk ke perkampungan budaya betawi |
Jika kita terus
berjalan kearah dalam, nantinya kita akan menemukan sebuah tempat dimana
biasanya wisata budaya betawi dilaksanakan. Disana ada sebuah panggung untuk
pementasan, seperti pergelaran seni music, tari dan teater tradisional di arena
teater yang terbuka. Kemudian juga ada pelatihan seni tari, music, teater
tradisional bagi anak-anak dan remaja. Selain itu ada juga atraksi wisata
Perkampungan Budaya Betawi dan prosesi budaya, seperti upacara pernikahan,
sunatan, aqiqah, khatam Qur'an, ’ujuh bulan, injak tanah, ngederes, dan masih
banyak lagi. Namun sayang, karena saya datang di hari sabtu, jadi pada hari itu
tidak ada wisata budaya yang ditampilkan. Biasanya jika ingin melihat wisata
budaya, wisatawan bisa hadir pada hari minggu, pada hari itulah terdapat banyak
pementasan yang menarik.
rumah penduduk yang bercirikan kebetawian |
Menurut saya,
Perkampungan Budaya Betawi itu memiliki potensi lingkungan alam yang baik dan
tentunya sulit dijumpai ditengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Lingkungannya
begitu menyatu, sehingga penduduk yang tinggal disana dekat satu dengan yang
lainnya dan bersama-sama menjaga lingkungan mereka agar tetap asri dan enak
dilihat.
Selain dari
wisata budaya dan wisata air, Perkampungan Budaya Betawi juga memiliki wisata
agro yang merupakan bentuk kegiatan dari pariwisata yang memanfaatkan usaha
pertanian. Lokasi pertanian dari wisata agro di Perkampungan Budaya Betawi
tidak berada di areal khusus, melainkan ada dihalaman rumah penduduk. Mengapa?
Karena ranumnya aneka buah khas dari Betawi dapat menggiurkan para wisatawan untuk
singgah di rumah-rumah penduduk dan biasanya sang tuan rumah akan segera menyapa
wisatawan dan bergegas memetikan buah untuk diberikan kepada wisatawan sebagai
tanda hormat. Jadi sangat amat menyenangkan bukan ketika kita datang dan disambut
hangat oleh penduduk setempat di perkampungan tersebut, bahkan mereka tidak
sungkan-sungkan untuk memberikan kepada pengunjung hasil panen buah mereka loh. Itulah
keramah-tamahan yang didapatkan ketika berkunjung ke wilayah mereka.
wisata agro yang dapat dinikmati oleh wisatawan |
Walaupun hari
biasa seperti senin sampai jumat, perkampungan mereka relatif sepi dari
pengunjung atau wisatawan, mereka juga tetap menjalankan aktifitas mereka
seperti biasanya, seperti mengantarkan anak-anaknya pergi ke sekolah, memasak,
membuatkan kopi untuk suami, berdagang, memancing, bercocok tanam, dan masih
banyak lagi. Namun setiap malam jumat diadakan latihan silat Betawi.
Yang saya senang
dengan penduduk di Perkampungan Budaya Betawi adalah mereka sangat menjaga
dengan gaya hidup mereka yang tradisional dan sangat sederhana. Mereka tidak hanya
sekedar untuk menjaga kelangsungan budaya dan tradisi betawi, tetapi mereka
juga turut ikut dalam melestarikan lingkungan hidup dengan menjaga penghijauan
didaerah mereka. Berbeda sekali bukan dengan orang Jakarta yang dipenuhi oleh
gedung-gedung tinggi, tingat kemacetan dan kepadatan polusi kendaraan yang
sangat parah yang berakibat mengganggu kelangsungan hidup. Mungkin untuk
sebagian orang mereka tidak tahu menahu tentang Perkampungan Budaya Betawi ini
sampai saya sendiri datang langsung dan melihat yang sebenarnya. Sungguh amat
disayangkan jika budaya kita tidak bisa dilestarikan sebaik mungkin, bukan
untuk kita sekarang ini, tapi yang penting adalah untuk masa depan anak cucu
kelak. Dari penelitian pendidikan inilah saya bisa mengerti dan bangga terhadap
budaya tanah air.
Pada hari
minggu, di Perkampungan Budaya Betawi ini juga selalu digelar berbagai
pertunjukan khas dari Betawi, seperti permainan musik Gambang Kromong, Lenong
yang dibawakan oleh artis ibu kota layaknya Mpok Nori dan kawan-kawan. Tentu
saja acara yang diselenggarakan ini dapat ditonton secara gratis oleh para
pengunjung di teater terbuka. Ada juga acara besar yang diadakan ketika
menyambut hari ulang tahun kota Jakarta. Jika anda bisa datang lebih awal, anda
dapat menyaksikan pembuatan ondel-ondel, dodol khas Betawi, dan juga bir
pletok. Bir pletok bukanlah minuman yang mengandung alcohol, melainkan minuman
ini merupakan minuman penyegar yang terbuat dari bahan dasar rempah-rempah
seperti jahe, daun pandan, dan serai. Awalnya saya kira juga tidak aman tetapi
ternyata dapat di konsumsi oleh siapa saja.
permainan musik gambang kromong di arena teater terbuka |
Dewasa ini, kota
Jakarta sudah mengalami perubahan globalisasi dimana mengakibatkan kebudayaan
Betawi yang merupakan budaya asli penduduk Jakarta mulai tergerus secara
perlahan oleh para pendatang yang tidak dapat mengadopsi budaya setempat.
Segala upaya sudah mulai dijalani oleh pihak pemerintah agar tetap melestarikan
Perkampungan Budaya Betawi. Tetapi hal tersebut tidaklah cukup jika tidak
diimbangi oleh aksi nyata dari masyarakat untuk bisa menaikkan citra budaya
Betawi ke permukaan agar dapat terlihat dan dilestarikan secara terus-menerus.
Sebagai suatu pembelajaran yang sangat berharga, saya datang ke perkampungan
tersebut dan merasakan langsung bagaimana keramah tamahan penduduk disana
ketika menyambut saya dan teman-teman. Walaupun rumah mereka terlihat
sederhana, tetapi dengan kesederhanaan tersebut saya dapat merasakan ikatan
yang erat antar sesama anggota keluarga maupun para tetangga mereka.
Dengan tulisan
ini saya mengajak pembaca untuk mengenal pusat budaya Betawi di Setu Babakan
yang banyak menyimpan potensi bagi generasi muda untuk bisa mengenal lebih
dalam lagi tentang berbagai macam peninggalan dari seni dan budayanya. Salah
satunya adalah pencak silat betawi yang sampai saat ini masih dilestarikan di
Perkampungan Budaya Betawi. Konon dahulu betawi dikenal dengan Jawaran dan juga
pendekar yang tangguh, ada juga aliran pencak silat seperti aliran Tanah Abang,
Kemayoran, dan lain-lain. Kita juga bisa mengenal seperti apa budaya Betawi
dalam bentuk adat istiadat mereka, lingkungan tempat tinggal mereka, serta
kesenian yang belum dikenal secara menyeluruh.
Datang ke
Perkampungan Budaya Betawi tidak hanya memberikan pengetahuan kepada anak-anak,
namun untuk ke segala kalangan juga dapat belajar dari lingkungan tersebut. Di
Jakarta banyak tersedia sarana transportasi yang dapat dipilih dan Perkampungan
Budaya Betawi inilah salah satunya yang dapat anda jadikan tempat untuk berbagi
kesenangan sekaligus pengetahuan. Dengan letak yang strategis, di Jakarta
Selatan, tidaklah sulit untuk mencapai Perkampungan Budaya Betawi.
Tidak lupa saya
menjelaskan bahwa ketika kita memasuki kawasan Perkampungan Budaya Betawi, ada
para bapak-bapak dan pemuda yang menyambut sekitaran danau. Sebenarnya mereka
sedang bertugas sebagai keamanan dan pengatur parker agar para wisatawan bisa
tenang ketika sedang berkunjung di sana. Bapak-bapak dan pemuda tersebut
memakai pakaian sehari-hari laki-laki khas Betawi, seperti baju koko
(sadariah), bentuknya sama saja seperti baju koko yang biasa kita lihat pada
umumnya, hanya saja warnanya baju koko yang digunakan polos. Kemudian mereka
mengenakan celana panjang berwarna hitam, tetapi kalau khas dari Betawi itu
mengenakan celana batik dengan warna yang tidak terlalu ramai, biasanya hanya
warna putih, hitam, atau coklat pada motif-motifnya. Mereka juga memakai kain
pelekat, dimana kain pelekat ini berbentuk seperti selendang yang ditempatkan
sebelah pundak atau biasanya mereka pakai diselempangkan di leher. Last but not least adalah peci, peci ini
pada umumnya yang mereka gunakan berwarna hitam dengan bahan beludru yang
merupakan ciri khas dari masyarakat Betawi. Berikut tampilan gambarnya:
pakaian sehari-hari pria khas betawi |
Dari pakaian
yang merupakan ciri khas masyarakat Betawi tersebut merupakan bentuk dari pesan
non-verbal mereka. Yang menurut Ruben bahwa penampilan seseorang dapat
menunjukkan “kepandaian, gender, usia, pendekatan, kemapanan ekonomi, kelas,
selera, nilai, dan tentunya latar belakang budaya” mereka. Selain itu pesan
dari pakaian mereka juga merupakan suatu bentuk dari komunikasi karena dari
situlah mereka bisa memberitahukan yang lain bahwa “ini loh orang betawi
sesungguhnya”.
Selain pakaian,
Budaya Betawi juga terkenal dengan Parabahasanya. Menurut buku Komunitas Lintas
Budaya karangan Samovar, parabahasa berkaitan dengan karakteristik komunikasi
suara dan dengan bagaimana orang-orang menggunakan suara mereka. Parabahasa
meliputi seperti cekikikan, tawa, aksen, erangan, mendesah, nada, tempo,
volume, dan resonansi. Sebenarnya penelitian menyatakan bagaimana nada suara
seseorang dapat mempengaruhi persepsi behubungan dengan kelas sosial dan
kreadibilitas. Hal ini juga dapat mempengaruhi pemahaman dari kata-kata yang
diucapkan. Apa yang sedang kita bicarakan adalah bagian kecil dari apa yang
disebut dengan parabahasa.
Kualitas vocal
yang dimiliki oleh orang-orang khas Betawi adalah nada suara dan tempo yang
berbeda ketika berbicara dengan lawan bicaranya. Kalau orang Betawi khas dengan
nada bicara yang sepintas seperti orang sedang marah-marah dan terkesan
nyablak. Itulah ciri dari orang-orang khas Betawi. Ketika saya berada didalam
rumah, terdengar suara gaduh antar anggota keluarga tersebut, kedengarannya
seperti sedang berantem dan saya pun tersentak kaget. Kata-kata yang keluar dari mulut mereka keluar
sesuai kata hati mereka tanpa ada penyaringan. Dari situlah dapat disimpulkan
bahwa ketika kualitas vokal memiliki banyak komponen, perbedaan budaya
kelihatan jelas dari volume suara.
Didirikannya
Perkampungan Budaya Betawi membuat saya mengerti tentang pandangan suatu budaya
dan keakuratan dapat diprediksi dalam dimensi yang lain, dimana merupakan cara
saya untuk memahami bagaimana orang lain memandang dunia ini dan berkomunikasi
di dalamnya. Contohnya masyarakat yang menetap di Perkampungan Budaya Betawi
sangat menjaga karya fisik maupun non fisiknya seperti kesenian, adat istiadat,
foklor, sastra, kuliner, pakaian serta arsitektur yang bercirikan kebetawian.
Mereka ingin menyebarluaskan upaya mereka kepada masyarakat DKI Jakarta bahwa Budaya
Betawi patut dilestarikan agar tidak di klaim oleh negara lain. Keramah-tamahan
mereka juga membuat para pengunjung atau wisatawan betah untuk kembali lagi ke
perkampungan ini. Dengan cara pandang tersebut dapat menghasilkan sikap yang
berbeda pula.
Masyarakat Betawi memiliki pandangan religious dan non-religius dengan sejumlah pernyataan yang berbeda, dan masing-masing mempunyai jawaban berbeda pula tentang hal-hal mengenai kehidupan, kematian, sifat manusia, pola pikir, dan lain-lain. Dalam beberapa budaya, orang melihat kematian sebagai suatu hal yang natural atau alami dan tidak dapat dihindari. Menurut salah satu penduduk di Perkampungan Budaya Betawi kalau orang Betawi itu jika ada orang yang meninggal, untuk orang yang beragama muslim mengadakan pengajian selama 3 hari 3 malam, sedangkan kalau orang yang level ekonominya dari menengah-keatas bisa sampai seminggu mengadakan pengajian tersebut.
Budaya Betawi juga memiliki berbagai ritual seperti upacara pernikahan, sunatan, aqiqah, khatam Qur’an, nujuh bulanan, injak tanha, ngederes, dan lain-lain. Ritual tersebut baik kecil maupun penting dipraktikan dalam semua agama di dunia. Dengan terlibat dalam ritual, setiap anggota tidak hanya mengigat dan menegaskan kepercayaan penting, tetapi mereka juga merasa terhubung secara spiritual dengan agama dankepercayaan mereka masing-masing. Selain itu dapat mengembangkan rasa identitas dengan meningkatkan ikatan sosial dengan siapa mereka berbagai pandangan dan kenyataan bahwa hidup mereka memilih arti dan struktur. Contohnya di upacara perkawinan Budaya Betawi, untuk calon pengantin wanita sebelum melaksanakan acara akad nikah, harus melewati masa yang namanya dipiare, acara mandiin, dan acara tangkas yang tujuannya untuk membersihkan tubuh, dan masa yang terakhir adalah acara ngerik. Pada acara ngerik tersebut, calon pengantin wanita bersama calon pengantin lakinya saling menghias kuku tangan dan kaki. Ritual tersebut dilakukan agar penampilan si calon pengantin wanita terlihat cantik pada saat acara akad nikah digelar. Konon katanya jika ritual tersebut dilakukan dapat membuat aura calon pengantin wanita lebih terpancar. Pernikahan antarbudaya, bahasa memainkan peranan yang penting dalam sutu komunikasi dan dapat juga mempengaruhi identitas dan hubungan kekuasaan.
Dalam kehidupan
keseharian masyarakat Betawi, mereka berkomunikasi satu sama lain tidak hanya
dengan lingkungan tempat tinggal mereka saja, melainkan pada saat wisatawan
lokal maupun mancanegara yang datang berkunjung. Ada beberapa orang yang
mengaku kadang kesulitan menghadi hal tersebut. Misalnya pada waktu itu saya
sedang beli cilok dan pedagangnya
adalah orang Sunda, ketika itu ada ibu-ibu datang dengan bahasa yang nyablak
dan dengan nada suara yang lantang seperti orang sedang ngajak rebut, tetapi itulah
orang Betawi. Ibu-bu itu ingin membeli juga tetapi dia tidak sabaran, saya pun
mengalah dan pedang cilok itu hanya
ketawa saja melihat ibu-ibu itu. Maka dari itu, bahasa bagaimanapun berperan
besar dalam membentuk dan menyatakan identitas lebih dari yang kita bayangkan.
Dari hasil
observasi saya secara keseluruhan, Budaya Betawi memang patut untuk
dilestarikan, baik segi kesenian, adat istiadat, kuliner, sampai pakaian khas
Betawi. Karena bagaimanapun, Budaya Betawi adalah salah satu budaya yang dimiliki
oleh Indonesia. Masyarakat betawi juga bisa dibilang sebagai masyarakat asli
dari ibukota DKI Jakarta ini dan dengan akulturasi juga yang secara tidak
langsung membentuk dan memberi pengaruh kepada Budaya Betawi. Walaupun zaman
sekarang sudah modern dan perkembagan teknologi maju pesat, tidak membuat
masyarakat di Perkampungan Budaya Betawi mundur. Malahan sekarang mereka ikut
mengimbangi arus globalisasi tanpa menghilangkan sedikitpun ciri khas Budaya
Betawi. Terima kasih telah membaca tulisan saya dan semoga bisa bermanfaat.
No comments:
Post a Comment