Nim : 11140110035
Nama : Felicia
Kelas : E1
Untuk tugas observasi kali ini, saya memilih Perkampungan Budaya Betawi
karena saya merasa tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai budaya
Betawi. saya penasaran dengan kegiatan atau acara yang dilakukan baik dalam
keseharian maupun pada hari-hari tertentu dan juga ingin mengetahui jenis-jenis
makanan dan minuman khas Betawi, serta seperti apa cara mereka berkomunikasi.
Perkampungan Budaya Betawi terletak di Kelurahan Srengsengsawah, Kecamatan
Jagakarsa, Kota Administrasi Jakarta Selatan. Kawasan ini merupakan tempat dimana
orang-orang Betawi berkumpul.
Pintu masuk Perkampungan Budaya Betawi |
Mereka melakukan kegiatan khas Betawi, seperti latihan pukul atau
pencak silat Betawi, injek tanah, ngarak penganten sunatan, ngederes, aqiqah, dan
masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan. Mungkin sebagian dari kalian sudah
mengetahui pencak silat Betawi itu seperti apa, tetapi sebagian belum. Jadi,
pencak silat Betawi merupakan bela diri yang berasal dan digunakan oleh orang
Betawi untuk melindungi diri dari bahaya kejahatan. Salah satu warga Kampung
Betawi mengatakan bahwa, sekarang ini pencak silat tidak hanya digunakan oleh
orang Betawi, melainkan oleh orang yang bukan Betawi juga, bahkan sampai ke
luar negeri. Untuk bisa ahli dalam pencak silat Betawi diperlukan latihan.
salah satu tokoh Betawi yang sedang berbincang-bincang |
Sedangkan ada juga upacara pernikahan yang lebih dikenal dengan prosesi
buka palang pintu yang artinya jagoan laki-laki harus menjatuhkan pihak
perempuan dengan pantun dan silat. Jika pihak laki-laki menang, maka mereka
baru boleh masuk ke rumah pihak perempuan untuk melakukan upacara pernikahan. Dalam
hal ini, pihak laki-lakinya tidak pernah kalah, dan akan selalu menang karena
prosesi ini sebagai formalitas saja. Acara lain yang dimiliki budaya Betawi adalah tujuh bulanan. Acara ini
dilakukan ketika seorang ibu sedang hamil tujuh bulan anak pertama. Acara hanya
ketika sang ibu hamil anak pertama dengan tujuan sebagai rasa ucapan syukur
karena mengandung anak pertama, untuk silaturahmi, serta untuk memberitahukan
bahwa sang ibu sudah mengandung anak pertama di usia tujuh bulan.
Rumah Betawi dengan arsitektur Betawi tetapi bahannya modern |
Aqiqah atau upacara anak baru
lahir yang biasanya diadakan pada hari ketujuh, empat belas, dua puluh satu,
atau empat puluh hari. Biasanya orang tua memilih hari-hari tersebut untuk
mengadakan upacara sebagai tanda ucapan syukur atas lahirnya anak mereka.. Yang
dilakukan dalam upacara ini adalah akekah, dimana adanya pemotongan kambing
sebanyak satu ekor kambing untuk anak perempuan, dan dua ekor kambing untuk
anak laki-laki. Kemudian yang lainnya adalah injek tanah yang merupakan prosesi
Betawi yang diadakan ketika anak sedang dalam tahap belajar jalan. Sayangnya ketika saya datang obersevasi, mereka sedang tidak melakukan kegiatan-kegiatan diatas. Tetapi ada pertunjukan rebang biang dan gambang kromong seperti di video. Ohh iya, beberapa rumah warga disini masih mengikuti arsitektur Betawi loh, meskipun bahan pembuatannya sudah modern. Arsitektur rumah Betawi ternyata merupakan campuran dari Arab, Eropa dan Cina. Rumah Betawi asli seharusnya menggunakan bahan dasar berupa bambu atau kayu dengan lantai dalam rumah berupa tanah, tidak seperti sekarang sudah terbuat dari semen dan keramik. Dapat dilihat foto rumah Betawi yang terlihat asri dibawah ini.
Rumah Betawi tampak depan |
Rumah Betawi tampak samping |
Dalam kawasan ini, terdapat tempat wisata budaya Betawi yang dibangun
pada tahun 2000 bulan Oktober dan diresmikan pada 20 Januari 2001 oleh Bapak
Sutiyoso selaku Gubernur DKI Jakarta pada saat itu. Pembangunan tempat yang
ramai dikunjungi pada Sabtu dan Minggu ini disarankan oleh para tokoh dan
seniman Betawi yang ingin melestarikan budaya Betawi sampai ke anak cucu
mereka. Ketika saya menanyakan secara spesifik siapa nama para tokoh dan
seniman Betawi, Ibu Irma selaku Staff Pengelola Perkampungan Budaya Betawi tidak mau
mengatakannya karena takut ada nama yang kelewat. Setiap ada yang menanyakan
nama secara spesifik, beliau selalu hanya memberitahu para tokoh dan seniman
Betawi tanpa menyebutkan nama. Kampung Betawi juga suka didatangin gubernur dan tokoh-tokoh penting lainnya dalam acara-acara tertentu.
foto Bapak Fauzi Bowo dan para tokoh Betawi |
foto para tokoh dan seniman Betawi bersama Bapak Fauzi Bowo menggunakan baju Betawi untuk laki-laki |
Seperti yang ada di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya dituliskan bahwa
“. Jika suatu budaya ingin dipertahankan, harus dipastikan apakah pesan dan
elemen penting budaya tersebut tidak hanya dibagikan tetapi juga diturunkan
pada generasi yang akan datang. Seperti kata Brislin, jikalau ada niai-nilai
yang dianggap penting oleh suatu masyarakat yang sudah ada selama beberapa
tahun, hal ini harus diturunkan dari satu generasi ke generasi yang lainnya.
Charon mengembangkan pandangan dalam tulisannya bahwa budaya adalah pewarisan
sosial yang mengandung pandangan yang sudah dikembangkan jauh sebelum kita
lahir”.
Danau Setu Babakan |
Hari Minggu dan terkadang di hari Sabtu juga pada sekitar pukul satu
siang, tempat wisata yang memiliki keindahan alam berupa Danau Setu Babakan dan
Danau Mangga Bolong ini menampilkan
minimal dua pertunjukan khas Betawi dari kesenian yang ada seperti rebana
biang, rebana kosidah, gambang kromong, tanjidor, ondel-ondel, samrah atau
musik melayu, lenong, topeng, dan lain-lain. Yang tampil dalam pertunjukan itu
siapa sih? Nah, yang tampil dalam pertunjukan itu adalah orang-orang yang sudah
mendaftar ke Suku Dinas Kebudayaan Kota Administrasi Jakarta Selatan. Tidak
harus orang Betawi loh, tetapi yang Betawi juga dapat mendaftar, jika memiliki
keinginan untuk bergabung.
Seperti yang dituliskan di dalam buku Komunikasi Lintas Budaya, “tidak
ada orang yang disepelekan. Setiap dan masing-masing orang membutuhkan
penghargaan, martabat, dan merasa dihargai. Walaupun Anda tidak memiliki
tanggung jawab etis untuk menghormati seseorang, selama interaksi Anda harus
menunjukkan rasa hormat atas martabat dan perasaan terhadap semua orang”. Oleh
karena itu, tidak hanya orang Betawi saja yang dapat tampil dalam pertunjukan,
tetapi orang yang bukan Betawi juga bisa.
Gambang Kromong |
kembang goyang (gulali) |
Dalam kawasan wisata ini, terdapat sebuah rumah Betawi milik Bapak Samin
Jebul. Beliau merupakan toko masyarakat Betawi asli. Ketika saya kesana, beliau
tidak sedang berada di rumahnya karena sedang sakit dan dirawat di rumah
anaknya, sehingga saya tidak diizinkan untuk melihat dan masuk kedalam
rumahnya. Budaya Betawi selain memiliki kesenian yang khas, terdapat juga kue
khas Betawi seperti roti buaya, dodol, kembang goyang, wajik, cucur, jalabia,
geplak, kue talam, tape uli. Beberapa nama kue tersebut belum pernah saya dengar sebelumnya, sehingga
saya menanyakan kue-kue tersebut seperti apa. Kembang goyang semacam gulali
dengan bentuk bunga. Wajik terbuat dari beras dan gula masak yang kemudian
diaduk dan dicetak seperti donat. Jalabia terbuat dari ketan hitam yang
ditumbuk. Geplak terbuat dari beras ketan putih yang ditambahkan gula putih
atau merah dan dicampur kelapa.
bir pletok |
Selain kue khas Betawi, yang tidak kalah enaknya adalah masakan khas
Betawi yaitu sayur asem, sayur lodeh, nasi uduk, nasi ulam, gado-gado, soto
betawi, dan kerak telor. Setelah memakan masakan ini, enaknya minum bir pletok,
es selendang mayang, es cincau, dan es doger yang juga merupakan minuman khas
Betawi. Bir pletok terbuat dari jahe, kayu secang, kapulaga, biji pala,
cengkeh, cabe jawa, lada hitam, serai, daun jeruk purut, daun pandan, gula,
garam, kayu manis, dan juga air. Meskipun namanya bir, tetapi minuman ini tidak
membuat mabok, melainkan merupakan minuman kesehatan yang berkhasiat untuk
badan yang pegal-pegal, masuk angin, dan juga batuk-pilek.
Selanjutnya mengenai cara berkomunikasi orang Betawi, biasanya mereka memiliki
gaya bahasa yang berbeda dengan yang lain, mereka menggunakan kata e seperti
kenapa menjadi kenape, dan panggilan tertentu seperti empok, abang, enyak,
babeh, encang dan encing. Gaya bahasa ini hanya digunakan oleh beberapa orang
Betawi di perkampungan ini, sebagian lagi sudah tidak menggunan logat Betawi.
Ketika saya sedang mengantri di toilet umum sekitar kawasan tersebut, ada dua
orang ibu yang logatnya terdengar Betawi. Salah satu dari mereka bertanya
kepada saya, ‘sedang apa ke Kampung Betawi?’ Saya menjawab bahwa sedang
melakukan observasi untuk tugas akhir di Kampus. Saya sempat bertanya ke si
ibu, ‘Bu, ga semua orang di Kampung Betawi ngomong pake logat Betawi ya?’ Ibu
itu menjawab ‘iya udah ga semuanya kalo disini. Kalo di daerah Mampang,
Kuningan, dan Buncit baru banyak. Disana masih kental banget logat Betawinya’.
Berdasarkan percakapan tersebut, saya merasa bahwa orang Betawi merupakan orang
yang ramah dan suka menolong siapapun.
Kemudian mengenai baju adat
Betawi untuk kaum pria yaitu sadariah dan jas tutup ujung serong (resmi). Untuk
kaum wanita memakai kebaya none (nong) dan kebaya encim. Baju adat tersebut
biasanya digunakan pada acara-acara resmi. Sedangkan baju adat pengantin
mengandung perpaduan antara Arab dan Cina, dimana kaum pria memakai gamis dan
peci sesuai baju Arab, sedangkan kaum wanita memakai baju sesuai baju Cina.
baju Betawi untuk perempuan |
Banyak diantara kita mungkin tidak mengetahui bahwa ternyata budaya
Betawi merupakan percampuran berbagai suku dari negara-negara, seperti Arab,
Cina, dan Melayu. Oleh karena itu Betawi bersifat legalitas dan tidak pernah
berselisih dengan budaya lain yang ada, mereka selalu hidup damai dengan
siapapun. Bahkan dalam perkampungan Betawi tersebut juga ada orang non-Betawi
yang tinggal. Selanjutnya mengenai pemakaman ketika ada yang meninggal, dalam
budaya Betawi pemakaman dilakukan seperti biasanya, tidak ada ritual khusus.
Mata pencaharian warga Betawi adalah
bercocok tanam, menjala dan memancing ikan, serta membudidayakan ikan air tawar. Aktifitas
tersebut merupakan aktifitas masyarakat Betawi setempat yang sudah dilakukan
secara turun-temurun. Selanjutkan karena mayoritas orang Betawi beragama Islam,
maka hari besar mereka seperti Idul Fitri dan Idul Adha. Pada hari besar ini
mereka akan melakukan pemotongan kurban berupa kambing. Tidak dilihat jumlahnya
berapa ekor, sesuai kemampuan saja yang terpenting adalah keikhlasannya.
Dari observasi yang telah saya lakukan, saya mendapatkan informasi dan
pengalaman baru mengenai Budaya Betawi. Awalnya, saya sempat mengira bahwa
orang Betawi itu galak-galak karena logatnya berbicaranya yang terkadang
seperti membentak, dengan suara yang keras. Namun, ternyata itu salah karena
orang Betawi merupakan orang-orang yang ramah. Di tempat ini, saya baru pertama
kali dapat menyaksikan secara langsung kesenian Betawi, seperti rebana biang
dan gambang kromong yang biasanya hanya saya nonton dari televisi. Meskipun
tidak memiliki untuk melihat secara langsung baju Betawi, tetapi saya juga baru
tau bahwa betawi merupakan percampuran antara Melayu, Arab, dan Cina seperti
apa yang telah Ibu Irma ceritakan kepada saya. Semoga informasi ini dapat
memberikan pengetahuan yang baru kepada yang telah membaca. Terimakasih.
saya berfoto di depan panggung pertunjukan yang terdapat patung ondel-ondel |
No comments:
Post a Comment