Pages

Thursday, January 10, 2013

Menelusuri Kebudayaan Kampung Naga



Nama : Leonardus Albert K
NIM : 11140110158
Kelas : G1







       
Kampung Naga

Bosan dengan kehidupan yang sudah sangat modern yang penuh dengan polusi dan sebagainya ? Butuh suasana baru yang masih sangat tradisional ? Kampung Naga bisa menjadi salah satu tujuan terbaik yang bisa kita kunjungi , Kenapa ? seperti yang kita tahu Negara Indonesia adalah negara yang memiliki banyak sekali berbagai macam budaya dan tentunya setiap budaya memiliki ciri khusus tersendiri dalam menjaga budaya dan bagaimana budaya tersebut bisa mempengaruhi perilaku kelompoknya. 
Seperti yang diungkapkan oleh Triandis yang dikutip dari buku Komunikasi Lintas Budaya karya Samovar , menurut dia budaya adalah Kebudayaan merupakan elemen subjektif dan objektif yang dibuat manusia yang di masa lalu meningkatkan kemungkinan untuk bertahan hidup dan berakibat dalam kepuasan pelaku dalam ceruk ekologis, dan demikian tersebar di antara mereka yang dapat berkomunikasi satu sama lainnya, karena mereka mempunyai kesamaan bahasa dan mereka hidup dalam waktu dan tempat yang sama.
Nah , kali ini saya melakukan observasi tentang kebudayaan di Kampung Naga. Mari dibaca tentang hasil observasi saya .
Saya melakukan observasi pada tanggal 21-23 Desember 2012 bersama dengan beberapa teman saya. Kami semua berangkat dengan mobil yang telah kami sewa. Kami berangkat mulai dari pukul 03.00 pagi. Kami berangkat pagi karena khawatir dengan kondisi jalan yang akan macet karena saya berangkat observasi ketika musim liburan anak sekolah tiba. Perjalanan kami memang memakan waktu cukup lama yaitu sekitar 7 – 8 jam. Pukul 11.00 akhirnya kami sampai di Kampung Naga yang letaknya berada di Desa Neglasari, Kabupaten Tasik, Jawa Barat.



Tugu Kujang Pusaka




Mas No

Perjalanan kami memang sangat melelahkan namun terbayarkan ketika kami sudah menginjakkan kaki di Kampung Naga. Kami pun akhirnya menggunakan jasa tour guide. Nama tour guide kami adalah Mas No yang akan membantu dalam memahami kebudayaan Sunda di Kampung Naga.

Di sekitar kawasan tersebut ada yang dinamakan dengan Tugu Kujang Pusaka. Tugu ini merupakan tanda kuatnya budaya Sunda yang ada di Indonesia. Kenapa dinamakan dengan Tugu Kujang Pusaka ? dinamakan Kujang Pusaka karena Kujang adalah senjata orang-orang sunda zaman dulu untuk berperang sekaligus mempunyai arti yang sangat penting di kebudayaan Sunda. Tugu yang berdiri tegak ini mempunyai tinggi 3 meter .



Tangga sepanjang 500 meter yang harus kita lewati

Perkiraan saya salah, saya pikir pada awalnya saya sudah tidak perlu untuk mengeluarkan keringat untuk mencapai Kampung Naga teryata saya harus menuruni tangga sebanyak 438 anak tangga. Konon ada kepercayaan di Kampung Naga jumlah anak tangga yang kita naiki dari bawah ke atas tidak akan sama dengan jumlah anak tangga yang kita turuni dari atas ke bawah Mau tidak mau saya harus menuruni tangga yang lumayan curam dan sangat panjang itu. Namun ternyata tidak selelah yang saya pikirkan karena di sepanjang tangga yang saya turuni terdapat banyak sekali pemandangan indah di kanan kiri saya.
Kampung ini dinamakan Kampung Naga bukan karena ada seekor naga di kampung ini melainkan karena letak kampung naga yang berada di bawah serta dikelilingi oleh bukit-bukit yang luas yang mengitari kampung Naga. Kampung Naga memiliki tanah seluas 1,5 HA. Walau luas tanahnya kecil penduduk Kampung Naga masih mempertahankan kelestarian alam yang dapat kita bisa lihat sendiri. Kondisi alam yang berada di Kampung Naga masih sangat hijau dan segar sehingga membuat kita serasa benar-benar balik kehidupan yang masih alami.
Di tanah yang seluas 1,5 HA kampung Naga memiliki bangunan sebanyak 113 rumah , jumlah kepala keluarga sebanyak 108, serta jumlah jiwa dari usia 0-64 tahun ke atas sebanyak 314 orang. Di tanah yang seluas 1,5 HA mereka sudah mempunyai peraturan yang sudah dibuat dari zaman dahulu. Peraturannya berupa soal pembangunan rumah . Karena kondisi tanah yang sudah penuh sehingga tidak ada tempat lagi untuk membangun rumah. Mereka tidak bisa menambah luas tanah karena hal tersebut akan merusak alam.
        

 Kondisi rumah semuanya seragam
       
     Dalam Buku Komunikasi Lintas Budaya karya Samovar dan kawan-kawan mengatakan bahwa komunikasi non-verbal meliputi stimulus non-verbal dalam sebuah situasi komunikasi yang dihasilkan, baik oleh sumbernya maupun penggunanya dalam lingkungan dan yang memiliki nilai pesan yang potensial untuk menjadi sumber atau penerima

     Rumah di Kampung Naga sangatlah unik. Karena keseluruhan rumah di Kampung Naga semua bangunannya sama yakni cat berwarna putih dan semuanya bangunannya menggunakan bahan dari alam. Namun dibalik semua kesamaan tersebut terdapat sebuah pesan non verbal yang disampaikan yakni menggambarkan kesederajatan tidak ada yang tidak sederajat maka dari itu semua bangunan harus sama. Dalam setiap rumah pun terdiri dari dapur, ruang tidur, dan ruang tamu. Setiap rumah tidak memiliki WC . Uniknya lagi dalam setiap rumah tidak boleh ada kursi karena jika ada kursi otomatis akan ada yang duduk di atas kursi dan ada yang duduk di bawah. Bagi penduduk kampung naga hal tersebut merupakan hal yang dilarang karena hal tersebut menggambarkan ketidaksederajatan maka dari itu setiap penduduk tidak boleh memakai kursi di dalam rumahnya.
Walau masih tradisional sistem kepemimpinan desa mereka sudah mulai sedikit maju. Di Kampung Naga terdapat dua sistem yaitu sistem informal dan formal. Sistem kepemimpinan yang formal seperti ada RT, RW, dan RH. Sistem tersebut pemilihannya dilakukan secara Demokrasi . Setiap ketua dipilih setiap 5 tahun sekali . Sedangkan Sistem Kepemimpinan informal dibagi menjadi 3, yang pertama disebut kuncen. Kuncen bertugas sebagai pemimpin dalam upacara makam. Yang kedua ada yang dinamanakan dengan Pundu. Tugas seorang Pundu adalah memperhatikan penduduk . Yang Terakhir dinamakan dengan Lebe . Lebe bertugas sebagai pengurus jenasah dari awal sampai jenasah dikuburkan. Jabatan Informal berlaku seumur hidup dan digantinya hanya berdasarkan keturunan.
Bahasa yang mereka gunakan dalam kegiatan sehari-hari adalah Bahasa Sunda. Sebagian di antara mereka bahkan ada yang hanya bisa bahasa Sunda dan tidak mengerti Bahasa Indonesia. Menurut pengamatan saya sebagian besar yang tidak bisa berbahasa sunda adalah penduduk yang sudah berusia 64 tahun keatas. Saya memang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Saya alami ketika saya sedang berbicara dengan nenek yang rumahnya saya tinggali. Nenek itu menggunakan bahasa sunda ketika berbicara kepada saya , namun saya tidak mengerti apa yang nenek tersebut katakana. Untungnya anak dari nenek tersebut bisa bahasa Indonesia jadi bisa membantu saya untuk menerjemahkan apa yang nenek tersebut omongkan. Saya membayangkan jika anak nenek itu tidak ada di sampingnya. Dari interaksi tersebut saya bisa lihat betapa melekatnya bahasa Sunda dalam nenek tersebut sehingga dia tidak bisa sama sekali berbagasa Indonesia. Hal tersebut terjadi karena semasa hidupnya dia hanya diajarkan bahasa Sunda dan melakukan interaksi dengan bahasa sunda . Sehingga dia hanya bisa berbicara Bahasa Sunda.
Seluruh penduduk Kampung Naga menganut agama Islam. Namun mereka tetap memegang teguh adat istiadat yang nenek moyang mereka wariskan. Agama islam yang ada di kampung naga sedikit berbeda dengan agama islam pada umumnya seperti salah satu contohnya mereka mengadakan shalat lima waktu hanya di hari Jumat.
Mencari Rumput adalah salah satu mata pencaharian mereka


    Mata Pencaharian Kampung Naga kebanyakan adalah menjadi petani. Selain itu ada juga yang memancing dan mencari rumput untuk memberi makan kambing yang mereka ternak. Uniknya disana mereka lebih mengutamakan kebutuhan keluarga mereka terlebih dahulu jika masih ada sisa mereka baru menjual hasil panennya.
Alat Musik Karinding
        
      Kampung Naga juga memiliki alat musik sendiri yang tidak ada di kampung lain. Alat musik tersebut bernama Karinding. bentuknya sangat kecil namun dapat mengeluarkan suara yang bagus. Walaupun bentuknya kecil tapi jangan berpikir bahwa pembuatannya mudah ya, karena hanya membuat alat musik sekecil itu membutuhkan waktu sekitar 3 tahun. Cara memainkan Karinding adalah dengan memukul ujung dari alat musik tersebut dan menaruhnya di mulut. Kelihatannya kalau hanya melihat tetapi begitu mencoba ternyata susah sekali. Saya saja mukul ujungnya jarang kena. 
Hutan Terlarang 

       Di kampung naga ada beberapa tempat terlarang yang memang tidak boleh dimasuki atau difoto. Tempat terlarang yang pertama adalah ada yang dinamakan dengan Hutan terlarang. Hutan tersebut tepat terletak di seberang kampung naga . Hutan tersebut dibatasi oleh sungai Ciwulan.Konon katanya dari zaman dahulu tidak ada yang berani masuk ke hutan tersebut karena dianggap oleh penduduk sekitar angker. Maka dari itu mereka tidak pernah masuk ke hutan tersebut untuk merusak alamnya . Tempat kedua berada di air terjun kecil yang berada di dekat kampung naga. Air terjun tersebut bisa kita lihat ketika kita sedang menuruni anak tangga. Katanya disana ada makhluk halus yang dinamakan dengan jurik cai. Jurig cai adalah makhluk halus yang berada di air. Mas No bercerita bahwa pernah terjadi peristiwa kesurupan di air terjun tersebut . Peristiwa tersebut terjadi ketika pelajar dari SukaBumi mengacuhkan peraturan yang sudah ada di budaya tersebut. Dan yang terakhir adalah Rumah Adat untuk upacara yang berada di tengah-tengah desa. Rumah tersebut tidak boleh dimasuki oleh penduduk ataupun pengunjung yang boleh masuk ke tempat tersebut hanyalah para sesepuh desa seperti kuncen bahkan rumah adat tersebut tidak boleh difoto oleh pengunjung.
Karena kondisi budaya yang masih sangat tradisional, ada beberapa pantangan yang tidak boleh mereka langgar. Setiap hari Selasa, Rabu, dan Sabtu para penduduk kampung naga tidak boleh membicarakan tentang adat istiadat mereka serta sejarah tentang kampung naga. Lalu selain itu ada pantangan dalam etika contohnya ketika kita sedang duduk kaki kita tidak boleh mengarah ke barat begitu juga tidur , lalu ketika kita sedang buang air kecil kita tidak boleh mengarah ke barat. Itu dikarenakan ketika orang Islam Sholat mereka menghadap ke arah barat.
Menurut saya yang menarik dari kampung naga adalah bagaimana cara mereka mencegah terjadinya konflik. Waktu itu saya bertanya kepada Mas No apakah pernah terjadi konflik dalam kampung naga baik konflik antar pribadi ataupun kelompok. Lalu Mas No menjawab Di Kampung Naga belum pernah terjadi konflik sama sekali baik di dalam kelompok maupun di luar kelompok. Mendengar jawaban tersebut saya tidak percaya karena konflik pasti selalu ada dalam sebuah budaya. Namun ketika saya bertanya untuk memastikan tentang hal tersebut Mas No tetap berpegang pada jawabannya bahwa mereka tidak pernah ada konflik sama sekali. Lalu bagaimana hal tersebut bisa terjadi ?
Saya menanyakan hal tersebut ketika saya berada di Rumah Mas No , dia menjelaskan tentang larangan yang tidak boleh dilanggar oleh setiap penduduk kampung Naga . Yang pertama ada yang dinamakan dengan Ngadu. Ngadu adalah larangan dalam mengadu segala makhluk hidup baik manusia ataupun binatang. Kedua dinamakan dengan Nyawadon. Nyawadon adalah larangan untuk bermain wanita. Ketiga adalah Nyamadat. Nyamadat adalah larangan dilarang untuk melakukan Judi. Ketiga hal ini adalah hal yang sangat tabu jika dilanggar.
Nilai yang baik yang diwariskan dari nenek moyang ada 4 yaitu sili asah, silih asih, silih asuh, sili payungan. Sili asah mengajarkan kita bahwa kita harus saling menyayangi sesame makhluk hidup baik hewan ataupun tumbuhan. Lalu sili asih yang mengajarkan kita bahwa harus saling memberi atau membantu sesame yang saling membutuhkan. Kemudian yang ketiga silih asuh mengajarkan kita untuk saling menghargai sesame tanpa memandang adanya perbedaan dan yang terakhir sili payungan mengajarkan bahwa kita harus saling bekerjasama , merangkul satu sama lain.
Lalu ada prinsip hidup yang diwariskan secara turun menurun oleh nenek moyang mereka yaitu Amanat, Wasiat,dan Akibat . Maksudnya adalah apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai nantinya. Contoh ketika kita diberikan uang sebesar 100ribu oleh orang tua kita untuk membeli sebuah telur, kemudian harga telur tersebut adalah 25.000 lalu kita pasti menerima kembalian sebesar 75.000.  Uang kembalian tersebut harus kembali kepada orang tua kita sebesar 75.000 tidak boleh kurang. Karena masyarakat Kampung Naga percaya dengan adanya karma . Sehingga mereka tidak berani melakukan tindakan yang jahat karena mereka percaya jika mereka melakukan hal buruk mereka akan terkena karma.
Lalu bagaimana semua nilai tersebut bisa mempengaruhi pola perilaku masyarakat kampung naga sehingga benar-benar tidak pernah terjadi konflik sama sekali ? Mas No menjelaskan beberapa hal yang menurut saya masuk akal, pertama adalah semua berawal dari keluarga . Setiap keluarga wajib mengajarkan tentang semua nilai tersebut kepada anak-anaknya setiap hari. Kedua adalah lingkungan . Seperti yang kita lihat Kampung Naga sangat menjunjung tinggi kesetaraan dan tidak ada perbedaan sama sekali dari hal tersebut mereka bisa saling menghargai satu sama lain. Yang ketiga adalah pendidikan. Pendidikan merupakan factor penting utama dalam menanamkan nilai-nilai pada setiap individu . Karena setiap nilai-nilai tersebut sudah ditanam pada setiap penduduk Kampung Naga , mereka sangatlah taat pada peraturan tersebut. Bahkan mereka saling percaya satu sama lain , hal tersebut kita bisa lihat dari rumah mereka. Rumah setiap penduduk tidak ada alat pengaman sama sekali seperti kunci. Mereka selalu membiarkan pintu rumah mereka dalam keadaan tidak terkunci atau terbuka . Hal tersebut terjadi karena mereka semua percaya bahwa tidak akan ada satu orang-pun mempunyai niat buruk untuk mencuri. 
Ketaatan mereka terhadap budaya mereka juga kita dapat lihat dari cara mereka menjaga kelestarian alam mereka. Prinsip Amanat , Wasiat, Akibat memang mereka taati sekali bukan hanya untuk manusia tetapi juga untuk alam. Karena mereka berpikir Alam adalah pemberian dari yang Tuhan Yang Maha Esa maka dari itu harus dijaga dan tidak boleh dirusak. Karena kepedulian mereka terhadap alam di Kampung Naga tidak pernah terjadi sama sekali bencana alam seperti longsor banjir atau sebagainya.
Kampung Naga memang kampung yang budaya Sundanya masih kental sekali. Maka dari itu wajar mereka sangat menaati peraturan budayanya. Saya mendapatkan banyak pelajaran dari hasil Observasi yang saya lakukan. Saya belajar bahwa hidup rukun memang sangatlah penting guna membangun hubungan yang baik kepada setiap individu. Dengan memegang teguh peraturan maka kehidupan yang damai bisa terwujudkan. Observasi yang saya lakukan berakhir pada hari Minggu . Banyak hal yang telah saya pelajari di perjalanan saya di Kampung Naga seperti kehidupan, serta budayanya. Setelah observasi yang saya lalui Kampung Naga memang tempat yang cocok untuk kita yang ingin merasakan kehidupan tradisional.

No comments:

Post a Comment