NIM : 11140110103
Kelas : G1
Pintu Masuk Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan
Perkampungan Budaya Betawi adalah
suatu kampung dikawasan Jakarta Selatan dengan komunitas yang memelihara budaya
betawi baik yang fisik maupun non fisik yaitu berupa kesenian, adat istiadat,
foklor, sastra, kuliner, pakaian adat dan arsitektur bangunan yang mencirikan
budaya betawi.
Kawasan Perkambungan Budaya Betawi
ini juga dikenal sebagai Kota Administrasi Jakarta Selatan, dengan kawasan
seluas 289 hektar. Dalam kawasan seluas itu sering kali dijumpai aktivitas masyarakat
Betawi seperti: pencak silat, ngederes, aqiqah, upacara injek tanah, upacara
perkawinan, ngarak pengantin sunat, memancing, menjala, bertani hingga
berdagang masakan makanan khas betawi seperti: soto mie, kerak telor, laksa,
toge goreng, lepet, kue cubit, klepon dll.
Perkambungan budaya betawi ini juga
dikenal sebagai kawasan wisata budaya, wisata agro dan wisata air. Wisata
budaya adalah sebuah kegiatan sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali
nilai-nilai tradisional yang dikemas dengan efektif dan baik sehingga layak
tampil dan layak jual, wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setubabakan
ini sudah diatur secara sistematis sehingga masyarakat dapat mengetahui jadwal
dari wisata budaya di Perkemapungan Budaya Betawi ini selain itu tujuan dari
memaparkan jadwal wisata budaya kepada masyarakat agar masyarakat tertarik
untuk datang ke Perkampungan Budaya Betawi dan menyaksikan berbagai macam kebudayaan
betawi yang masih kental dan unik serta masih dilestarikan sampai sekarang. Wisata
budaya yang ditampilakan oleh perkampungan Budaya Betawi ini adalah pergelaran
seni musik, tari dan teater(lenong) tradisional ditempat terbuka, pelatihan
seni tari, musik, teater tradisional bagi anak-anak dan remaja serta prosesi
budaya seperti upacara perkawinan, sunatan, aqiqah, khatam Qur’an, nujuh bulan,
injak tanah, ngederes dll. Di Perkampungan Budaya Betawi ini juga memiliki
hasil industri rumah seperti jus belimbing, kerak telor, laksa, taoge goreng,
soto, dodol, onde-onde, lepet dsb.
Papan Jadwal Acara
Perkampungan Setu Babakan
Dekorasi/Desain Rumah Khas
Betawi atau lebih dikenal dengan sebutan “Rumah Pitung”
Pada saat saya sampai ke Perkampungan
Budaya Betawi hal pertama yang menarik perhatian saya adalah jadwal acara yang
telah disusun secara sistematis oleh warga setempat agar masyarakat diluar
kampung seperti saya dapat mengetahui ada acara apa saja pada hari itu,
kebetulan pada hari saya berkunjung ada acara utama lenong betawi dan pada saat
itu sekitar jam satu acara dimulai dengan pembukaan dari nyanyian para putra
remaja dari suku Betawi dan setelah itu dilanjutkan dengan acara musikal
tradisional dari suku betawi dimana terdapat gambus dan alat musik tradisional
lainnyakemudian acara dilanjutkan dengan acara nyanyi berbagai lagu Betawi
seperti: Si Jali-Jali setelah itu disambung dengan acara tarian yang dibawakan
oleh anak-anak dari suku Betawi dan barulah setelah itu sampai pada acara utama
yaitu Lenong Betawi. Pada saat Lenong saya menyadari bahwa intonasi dan cara
berbicara masyarakat suku Betawi yang kasar dan dibarengi dengan intonasi yang
tinggi karena dalam berbicara mereka selalu berteriak. Kemudian hal lain yang
saya sadari adalah mengenai warga-warga betawi maupun non betawi yang tinggal
diperkampungan Setu Babakan tersebut sangat menghormati dn menghargai satu sama
lain hal ini terbukti ketika di perkampungan tersebut ingin mengadakan acara
baik itu perkawinan, lenong dsb mereaka selalu saling berpartisipasi dan
membantu satu sama lain tanpa pandang bulu(memandang perbedaan ras, etnis dsb)
dan karena hal itu pula yang menyebabkan saya nyaman dan betah berlama-lama
berada diperkampungan tersebut.
Selain itu saya juga berkesempatan
untuk mengunjungi rumah khas Betawi atau yang dikenal dengan sebutan Rumah
Pitung. Hal yang menarik perhatian saya adalah bentuk rumah yang unik dimana
pada bagian atap terdapat jeruji/potongan kayu yang bentuknya tajam dan
ditempatkan dalam posisi menghadap ke bawah dan pada umumnya rumah pitung ini
tidak bertingkat.
Salah Satu Tarian Khas Betawi
Yang Akan Ditampilkan Pada Saat Acara Lenong
Wisata air adalah suatu kegiatan
wisata dengan upaya untuk meningkatkan daya tarik wisata dari segi olahraga air
yang berpotensi untuk menarik perhatian wisatawan. Di Perkampungan Budaya
Betawi ini terdapat dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong.
Kedua setu itu telah menjadikan wisata air di Perkampungan Budaya Betawi ini jadi
dikenal oleh masyarakat luas dan wisata air yang terkenal adalah sepeda air,
olahraga kano dan memancing.
Wisata air yang paling digemari di
Perkampungan itu adalah sepeda air karena sepeda airnya memiliki berbagai
bentuk yang lucu sehingga menarik perhatian anak-anak.
Wisata agro adalah suatu bentuk
kegiatan pariwisata dengan memanfaatkan usaha pertanian(agro) sebagai obyek
wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan, memperkaya
pengalaman dan memberikan peluang usaha dibidang pertanian yang menjadi salah
satu daya tarik bagi para wisatawan selain itu yang membuat wisata agro ini
unik adalah karena lokasi dari wisata agro ini yang tidak berada pada areal
khusus melainkan berada pada pelataran dan halaman rumah penduduk. Pada umumnya
bila ada tamu yang berkunjung ke kediaman orang suku Betawi maka mereka akan
langsung memetik buah untuk diberikan kepada wisatawan sebagai bentuk rasa
hormat mereka pada wisatawan tersebut dan biasa buah-buahan yang ditanam oleh
orang suku Betawi adalah rambutan, belimbing, kelapa, nangka dan lain-lain.
Pada perkampungan ini juga memelihara burung gelatik yang merupakan icon dari
simbol kota Jakarta Selatan selain itu pada simbol kota Jakarta Selatan juga
terdapat buah rambutan.
Delman Salah Satu Alat
Transportasi Khas Betawi
Selain itu dalam acara di
perkampungan tersebut juga terdapat alat transportasi tradisional yaitu
“delman”. Selain itu pada saat berada di kampung tersebut saya juga tidak
melewatkan kesempatan untuk berburu berbagai makanan khas Betawi seperti kue
cubit, klepon(onde-onde), lepet, soto mie, kerak telor, dll.
(A) Lepet dan Klepon Khas Betawi (B) Soto Betawi Khas Betawi
Kebudayaan
Elemen kebudayaan yang terdapat dalam
kampung Betawi adalah:
A.
Sejarah
Suku Betawi berasal dari hasil kawin antaretnis
dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang
Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang
didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku
Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir
dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di
Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu
serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa. Diawali
oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan
Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula
pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau
Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta
Gujarat di India. Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan
Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk
membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran
antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran
Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong. Setelah VOC menjadikan
Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja
untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika
itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih
berlangsung praktik perbudakan.[2] Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata
dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia
menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan
India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak
jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan
Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah
mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia; Kampung Melayu, Kampung
Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah
Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada
tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini
di daerah Kota. Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA
memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun
1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk
Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial
Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa
atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815,
terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan
mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya
sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor,
orang Bali, Jawa, Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan
Banda, dan orang Melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab
Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: inlander)
di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi.
Masyarakat Betawi pada umumnya
beragama islam(mayoritas agama) dan karena itu budaya masyarakat suku betawi
juga sangat berhubungan dengan agama seperti khatam Qur’an, khitan dan
sebagainya.
C.
Nilai
Nilai yang tertanam pada masyarakat
suku betawi Setu Babakan adalah nilai solidaritas dan kebersamaan yang tinggi
hal ini terbukti dari jika ada suatu acara semua warga selalu bergotong royong
agar pekerjaan cepat selesai.
D.
Bahasa
Tanpa bahasa budaya itu tidak akan
terwujud dan sebaliknya tanpa adanya budaya maka bahasa juga tidak ada. Bahasa
yang digunakan dalam suku Betawi memang agak kasar dan memiliki intonasi yang
tinggi. Bahasa dalam konteks ini memiliki peranan sabagai proses pertukaran
informasi, bahasa dan identitas serta bahasa dan persatuan karena memang
kelihatan sekali penggunaan bahasa Betawi oleh warga Betawi adalah untuk
melakukan pertukaran informasi, bahasa juga sebagai faktor pembentuk identitas
suatu budaya selain itu bahasa di kampung tersebut juga dipandang sebagai alat
persatuan karena orang-orang yang tinggal disana bukan hanya dari suku Betawi
saja melainkan dari berbagai suku bangsa namun karena sudah tinggal cukup lama
di kampung tersebut maka mereka(orang-orang yang berbeda suku bangsa) menjadi
terbiasa dan mau menyesuaikan/beradaptasi dengan budaya setempat dan salah
satunya melalui bahasa Betawi karena bahasa itulah yang paling banyak digunakan
oleh masyarakat suku Betawi untuk berkomunikasi satu sama lain. Dialek Betawi
sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi
pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek
Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali
dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya
kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah
Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan
di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke
Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir
selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin
S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah
Kemayoran dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran
adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan
kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan
"é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati
seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran. Selain itu
bahasa Betawi yang digunakan dalam berkomunikasi cenderung konteks rendah(low
context) karena mereka berbicara selalu to the point, pesan bersifat verbal dan
eksplisit, tidak peduli dengan perbedaan status, pengaruh kekuasaan dari orang
tua juga sangat tinggi contohnya saja dalam budaya Betawi masih mengenal sistem
penjodohan dimana orang tua yang memilih calon pengantin perempuan bagi anak
laik-lakinya. Selain itu mereka menganut budaya kolektivis karena memang
terbukti dalam kesehariannya mereka saling membantu satu sama lain jika ada
acara ataupun jika ada salah satu warga mereka yang terkena musibah maka mereka
akan membantu semampu mereka.
Pernikahan Antarbudaya
Menurut sejarah suku Betawi berasal
dari perpaduan berbagai budaya atau biasa yang kita kenal dengan pernikahan
antar budaya(amalgamasi). Seperti yang kita ketahui salah satu faktor
penghambat dalam pernikahan antarbudaya adalah terletak pada bahasa karena
bahasa yang digunkan oleh keduaorang tersebut berbeda-beda yang menyebabkan
mereka dapat menginterpretasikan satu kata secara berbeda-beda sehingga menjadi
penghambat dalam berkomunikasi yang pada kahirnya akan menimbulkan konflik
karena itu dibutuhkan kesepakatan dari keduanya untuk menentukan bahasa
kedua(bahasa yang dimengerti oleh keduanya) seperti bahasa inggris ato mandarin
dll guna untuk memperlancar proses komunikasi. Contohnya: Orang India menikaha
dengan orang Amerika maka jika si A terus berbicara dengan meggunakan bahasa
India maka si B akan merasa tidak nyaman bahkan terkadang ada orang yang
berpikiran bahwa mereka sedang dibicarakan karena orang tersebut berbicara
dalam jarak yang dekat dan dengan menggunakan bahsa yang tidak ia mengerti lagi
jika tidak ada bahasa kedua kemungkinan terjadi konflik dalam pernikahan
antarbudaya sangat besar, jadi lebih baik mereka berdiakusi dan memutuskan mau
menggunakan bahasa apa dalam berkomunikasi misalnya saja bahasa Inggris karena
pada umumnya orang India dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris.
Kesimpulan
Budaya Betawi ini memiliki berbagai
macam keunikan budaya yang tidak sempat saya dalami lebih lanjut. Budaya Betawi
ini mengutamakan sikap ramah tamah dan solidaritas yang tinggi antar sesama.
Jika kita dengar cara berbicara orang suku Betawi yang begitu kasar yang
disertai dengan intonasi yang tinggi sebenarnya itu hanya persepsi kita saja yang
menganggap cara bicara mereka seperti itu karena dalam budaya kita tidak
diajarkan cara berbicara yang seperti itu. Selain itu juga banyak warga Betawi
yang sukses seperti Alm. Benjamin.S, Rano Karno, Alya Rohali dsb. Seperti Rano
karno sekarang ia telah menjadi artis sekaligus pengusaha terkenal dimana ia
merupakan owner dari cafe Betawi sedangkan Alya Rohali juga menjadi artis dan
pernah mengikuti ajang kecantikan Miss Indonesia dimana harus memiliki modal
“Brain, Beauty and Behaviour” dan Alm Benjamin S adalah seorang aktor
legendaris Betawi yang sampai sekarang namanya masih dikenang oleh masyarakat
Indonesia khususnya masyarakat Betawi.
Sekian perjalanan dan observasi
singkat saya ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan dan
setelah melakukan observasi ini saya jadi semakin bangga dengan berbagai
kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara kita yaitu Indonesia. Selain itu
dengan melakukan tugas observasi ini membuat saya mendapatkan berbagai
pengalaman yang menarik,unik dan tak terlupakan mengenai kebudayaan Indonesia
yang bervariasi.
No comments:
Post a Comment