Pages

Thursday, January 10, 2013

Kekayaan dan Pesona Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan


Nama : Sherly Octania Arnando
NIM   : 11140110103
Kelas  : G1






Pintu Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu kampung dikawasan Jakarta Selatan dengan komunitas yang memelihara budaya betawi baik yang fisik maupun non fisik yaitu berupa kesenian, adat istiadat, foklor, sastra, kuliner, pakaian adat dan arsitektur bangunan yang mencirikan budaya betawi.
Kawasan Perkambungan Budaya Betawi ini juga dikenal sebagai Kota Administrasi Jakarta Selatan, dengan kawasan seluas 289 hektar. Dalam kawasan seluas itu sering kali dijumpai aktivitas masyarakat Betawi seperti: pencak silat, ngederes, aqiqah, upacara injek tanah, upacara perkawinan, ngarak pengantin sunat, memancing, menjala, bertani hingga berdagang masakan makanan khas betawi seperti: soto mie, kerak telor, laksa, toge goreng, lepet, kue cubit, klepon dll.
Perkambungan budaya betawi ini juga dikenal sebagai kawasan wisata budaya, wisata agro dan wisata air. Wisata budaya adalah sebuah kegiatan sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas dengan efektif dan baik sehingga layak tampil dan layak jual, wisata budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setubabakan ini sudah diatur secara sistematis sehingga masyarakat dapat mengetahui jadwal dari wisata budaya di Perkemapungan Budaya Betawi ini selain itu tujuan dari memaparkan jadwal wisata budaya kepada masyarakat agar masyarakat tertarik untuk datang ke Perkampungan Budaya Betawi  dan menyaksikan berbagai macam kebudayaan betawi yang masih kental dan unik serta masih dilestarikan sampai sekarang. Wisata budaya yang ditampilakan oleh perkampungan Budaya Betawi ini adalah pergelaran seni musik, tari dan teater(lenong) tradisional ditempat terbuka, pelatihan seni tari, musik, teater tradisional bagi anak-anak dan remaja serta prosesi budaya seperti upacara perkawinan, sunatan, aqiqah, khatam Qur’an, nujuh bulan, injak tanah, ngederes dll. Di Perkampungan Budaya Betawi ini juga memiliki hasil industri rumah seperti jus belimbing, kerak telor, laksa, taoge goreng, soto, dodol, onde-onde, lepet dsb.

Papan Jadwal Acara Perkampungan Setu Babakan

Dekorasi/Desain Rumah Khas Betawi atau lebih dikenal dengan sebutan “Rumah Pitung”
Pada saat saya sampai ke Perkampungan Budaya Betawi hal pertama yang menarik perhatian saya adalah jadwal acara yang telah disusun secara sistematis oleh warga setempat agar masyarakat diluar kampung seperti saya dapat mengetahui ada acara apa saja pada hari itu, kebetulan pada hari saya berkunjung ada acara utama lenong betawi dan pada saat itu sekitar jam satu acara dimulai dengan pembukaan dari nyanyian para putra remaja dari suku Betawi dan setelah itu dilanjutkan dengan acara musikal tradisional dari suku betawi dimana terdapat gambus dan alat musik tradisional lainnyakemudian acara dilanjutkan dengan acara nyanyi berbagai lagu Betawi seperti: Si Jali-Jali setelah itu disambung dengan acara tarian yang dibawakan oleh anak-anak dari suku Betawi dan barulah setelah itu sampai pada acara utama yaitu Lenong Betawi. Pada saat Lenong saya menyadari bahwa intonasi dan cara berbicara masyarakat suku Betawi yang kasar dan dibarengi dengan intonasi yang tinggi karena dalam berbicara mereka selalu berteriak. Kemudian hal lain yang saya sadari adalah mengenai warga-warga betawi maupun non betawi yang tinggal diperkampungan Setu Babakan tersebut sangat menghormati dn menghargai satu sama lain hal ini terbukti ketika di perkampungan tersebut ingin mengadakan acara baik itu perkawinan, lenong dsb mereaka selalu saling berpartisipasi dan membantu satu sama lain tanpa pandang bulu(memandang perbedaan ras, etnis dsb) dan karena hal itu pula yang menyebabkan saya nyaman dan betah berlama-lama berada diperkampungan tersebut.
Selain itu saya juga berkesempatan untuk mengunjungi rumah khas Betawi atau yang dikenal dengan sebutan Rumah Pitung. Hal yang menarik perhatian saya adalah bentuk rumah yang unik dimana pada bagian atap terdapat jeruji/potongan kayu yang bentuknya tajam dan ditempatkan dalam posisi menghadap ke bawah dan pada umumnya rumah pitung ini tidak bertingkat. 
   

Salah Satu Tarian Khas Betawi Yang Akan Ditampilkan Pada Saat Acara Lenong
Wisata air adalah suatu kegiatan wisata dengan upaya untuk meningkatkan daya tarik wisata dari segi olahraga air yang berpotensi untuk menarik perhatian wisatawan. Di Perkampungan Budaya Betawi ini terdapat dua buah setu yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong. Kedua setu itu telah menjadikan wisata air di Perkampungan Budaya Betawi ini jadi dikenal oleh masyarakat luas dan wisata air yang terkenal adalah sepeda air, olahraga kano dan memancing.
Wisata air yang paling digemari di Perkampungan itu adalah sepeda air karena sepeda airnya memiliki berbagai bentuk yang lucu sehingga menarik perhatian anak-anak.
Wisata agro adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata dengan memanfaatkan usaha pertanian(agro) sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan, memperkaya pengalaman dan memberikan peluang usaha dibidang pertanian yang menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan selain itu yang membuat wisata agro ini unik adalah karena lokasi dari wisata agro ini yang tidak berada pada areal khusus melainkan berada pada pelataran dan halaman rumah penduduk. Pada umumnya bila ada tamu yang berkunjung ke kediaman orang suku Betawi maka mereka akan langsung memetik buah untuk diberikan kepada wisatawan sebagai bentuk rasa hormat mereka pada wisatawan tersebut dan biasa buah-buahan yang ditanam oleh orang suku Betawi adalah rambutan, belimbing, kelapa, nangka dan lain-lain. Pada perkampungan ini juga memelihara burung gelatik yang merupakan icon dari simbol kota Jakarta Selatan selain itu pada simbol kota Jakarta Selatan juga terdapat buah rambutan.


Delman Salah Satu Alat Transportasi Khas Betawi
Selain itu dalam acara di perkampungan tersebut juga terdapat alat transportasi tradisional yaitu “delman”. Selain itu pada saat berada di kampung tersebut saya juga tidak melewatkan kesempatan untuk berburu berbagai makanan khas Betawi seperti kue cubit, klepon(onde-onde), lepet, soto mie, kerak telor, dll. 

 
                                                       (A) Lepet dan Klepon Khas Betawi       (B) Soto Betawi Khas Betawi

Kebudayaan
Elemen kebudayaan yang terdapat dalam kampung Betawi adalah:
A.      Sejarah
Suku Betawi berasal dari hasil kawin antaretnis dan bangsa pada masa lalu. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa yang disebut dengan orang atau suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Bali, Bugis, Makassar, Ambon, dan Melayu serta suku-suku pendatang, seperti Arab, India, Tionghoa, dan Eropa. Diawali oleh orang Sunda (mayoritas), sebelum abad ke-16 dan masuk ke dalam Kerajaan Tarumanegara serta kemudian Pakuan Pajajaran. Selain orang Sunda, terdapat pula pedagang dan pelaut asing dari pesisir utara Jawa, dari berbagai pulau Indonesia Timur, dari Malaka di semenanjung Malaya, bahkan dari Tiongkok serta Gujarat di India. Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda) dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong. Setelah VOC menjadikan Batavia sebagai pusat kegiatan niaganya, Belanda memerlukan banyak tenaga kerja untuk membuka lahan pertanian dan membangun roda perekonomian kota ini. Ketika itu VOC banyak membeli budak dari penguasa Bali, karena saat itu di Bali masih berlangsung praktik perbudakan.[2] Itulah penyebab masih tersisanya kosa kata dan tata bahasa Bali dalam bahasa Betawi kini. Kemajuan perdagangan Batavia menarik berbagai suku bangsa dari penjuru Nusantara hingga Tiongkok, Arab dan India untuk bekerja di kota ini. Pengaruh suku bangsa pendatang asing tampak jelas dalam busana pengantin Betawi yang banyak dipengaruhi unsur Arab dan Tiongkok. Berbagai nama tempat di Jakarta juga menyisakan petunjuk sejarah mengenai datangnya berbagai suku bangsa ke Batavia; Kampung Melayu, Kampung Bali, Kampung Ambon, Kampung Jawa, Kampung Makassar dan Kampung Bugis. Rumah Bugis di bagian utara Jl. Mangga Dua di daerah kampung Bugis yang dimulai pada tahun 1690. Pada awal abad ke 20 ini masih terdapat beberapa rumah seperti ini di daerah Kota. Antropolog Universitas Indonesia, Dr. Yasmine Zaki Shahab, MA memperkirakan, etnis Betawi baru terbentuk sekitar seabad lalu, antara tahun 1815-1893. Perkiraan ini didasarkan atas studi sejarah demografi penduduk Jakarta yang dirintis sejarawan Australia, Lance Castle. Di zaman kolonial Belanda, pemerintah selalu melakukan sensus, yang dibuat berdasarkan bangsa atau golongan etnisnya. Dalam data sensus penduduk Jakarta tahun 1615 dan 1815, terdapat penduduk dari berbagai golongan etnis, tetapi tidak ada catatan mengenai golongan etnis Betawi. Hasil sensus tahun 1893 menunjukkan hilangnya sejumlah golongan etnis yang sebelumnya ada. Misalnya saja orang Arab dan Moor, orang Bali, Jawa, Sunda, orang Sulawesi Selatan, orang Sumbawa, orang Ambon dan Banda, dan orang Melayu. Kemungkinan kesemua suku bangsa Nusantara dan Arab Moor ini dikategorikan ke dalam kesatuan penduduk pribumi (Belanda: inlander) di Batavia yang kemudian terserap ke dalam kelompok etnis Betawi.
B.      Agama
Masyarakat Betawi pada umumnya beragama islam(mayoritas agama) dan karena itu budaya masyarakat suku betawi juga sangat berhubungan dengan agama seperti khatam Qur’an, khitan dan sebagainya.
C.      Nilai
Nilai yang tertanam pada masyarakat suku betawi Setu Babakan adalah nilai solidaritas dan kebersamaan yang tinggi hal ini terbukti dari jika ada suatu acara semua warga selalu bergotong royong agar pekerjaan cepat selesai.
D.     Bahasa
Tanpa bahasa budaya itu tidak akan terwujud dan sebaliknya tanpa adanya budaya maka bahasa juga tidak ada. Bahasa yang digunakan dalam suku Betawi memang agak kasar dan memiliki intonasi yang tinggi. Bahasa dalam konteks ini memiliki peranan sabagai proses pertukaran informasi, bahasa dan identitas serta bahasa dan persatuan karena memang kelihatan sekali penggunaan bahasa Betawi oleh warga Betawi adalah untuk melakukan pertukaran informasi, bahasa juga sebagai faktor pembentuk identitas suatu budaya selain itu bahasa di kampung tersebut juga dipandang sebagai alat persatuan karena orang-orang yang tinggal disana bukan hanya dari suku Betawi saja melainkan dari berbagai suku bangsa namun karena sudah tinggal cukup lama di kampung tersebut maka mereka(orang-orang yang berbeda suku bangsa) menjadi terbiasa dan mau menyesuaikan/beradaptasi dengan budaya setempat dan salah satunya melalui bahasa Betawi karena bahasa itulah yang paling banyak digunakan oleh masyarakat suku Betawi untuk berkomunikasi satu sama lain. Dialek Betawi sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu dialek Betawi tengah dan dialek Betawi pinggir. Dialek Betawi tengah umumnya berbunyi "é" sedangkan dialek Betawi pinggir adalah "a". Dialek Betawi pusat atau tengah seringkali dianggap sebagai dialek Betawi sejati, karena berasal dari tempat bermulanya kota Jakarta, yakni daerah perkampungan Betawi di sekitar Jakarta Kota, Sawah Besar, Tugu, Cilincing, Kemayoran, Senen, Kramat, hingga batas paling selatan di Meester (Jatinegara). Dialek Betawi pinggiran mulai dari Jatinegara ke Selatan, Condet, Jagakarsa, Depok, Rawa Belong, Ciputat hingga ke pinggir selatan hingga Jawa Barat. Contoh penutur dialek Betawi tengah adalah Benyamin S., Ida Royani dan Aminah Cendrakasih, karena mereka memang berasal dari daerah Kemayoran dan Kramat Sentiong. Sedangkan contoh penutur dialek Betawi pinggiran adalah Mandra dan Pak Tile. Contoh paling jelas adalah saat mereka mengucapkan kenape/kenapa'' (mengapa). Dialek Betawi tengah jelas menyebutkan "é", sedangkan Betawi pinggir bernada "a" keras mati seperti "ain" mati dalam cara baca mengaji Al Quran. Selain itu bahasa Betawi yang digunakan dalam berkomunikasi cenderung konteks rendah(low context) karena mereka berbicara selalu to the point, pesan bersifat verbal dan eksplisit, tidak peduli dengan perbedaan status, pengaruh kekuasaan dari orang tua juga sangat tinggi contohnya saja dalam budaya Betawi masih mengenal sistem penjodohan dimana orang tua yang memilih calon pengantin perempuan bagi anak laik-lakinya. Selain itu mereka menganut budaya kolektivis karena memang terbukti dalam kesehariannya mereka saling membantu satu sama lain jika ada acara ataupun jika ada salah satu warga mereka yang terkena musibah maka mereka akan membantu semampu mereka.

Pernikahan Antarbudaya
Menurut sejarah suku Betawi berasal dari perpaduan berbagai budaya atau biasa yang kita kenal dengan pernikahan antar budaya(amalgamasi). Seperti yang kita ketahui salah satu faktor penghambat dalam pernikahan antarbudaya adalah terletak pada bahasa karena bahasa yang digunkan oleh keduaorang tersebut berbeda-beda yang menyebabkan mereka dapat menginterpretasikan satu kata secara berbeda-beda sehingga menjadi penghambat dalam berkomunikasi yang pada kahirnya akan menimbulkan konflik karena itu dibutuhkan kesepakatan dari keduanya untuk menentukan bahasa kedua(bahasa yang dimengerti oleh keduanya) seperti bahasa inggris ato mandarin dll guna untuk memperlancar proses komunikasi. Contohnya: Orang India menikaha dengan orang Amerika maka jika si A terus berbicara dengan meggunakan bahasa India maka si B akan merasa tidak nyaman bahkan terkadang ada orang yang berpikiran bahwa mereka sedang dibicarakan karena orang tersebut berbicara dalam jarak yang dekat dan dengan menggunakan bahsa yang tidak ia mengerti lagi jika tidak ada bahasa kedua kemungkinan terjadi konflik dalam pernikahan antarbudaya sangat besar, jadi lebih baik mereka berdiakusi dan memutuskan mau menggunakan bahasa apa dalam berkomunikasi misalnya saja bahasa Inggris karena pada umumnya orang India dapat berbicara menggunakan bahasa Inggris. 

Kesimpulan
Budaya Betawi ini memiliki berbagai macam keunikan budaya yang tidak sempat saya dalami lebih lanjut. Budaya Betawi ini mengutamakan sikap ramah tamah dan solidaritas yang tinggi antar sesama. Jika kita dengar cara berbicara orang suku Betawi yang begitu kasar yang disertai dengan intonasi yang tinggi sebenarnya itu hanya persepsi kita saja yang menganggap cara bicara mereka seperti itu karena dalam budaya kita tidak diajarkan cara berbicara yang seperti itu. Selain itu juga banyak warga Betawi yang sukses seperti Alm. Benjamin.S, Rano Karno, Alya Rohali dsb. Seperti Rano karno sekarang ia telah menjadi artis sekaligus pengusaha terkenal dimana ia merupakan owner dari cafe Betawi sedangkan Alya Rohali juga menjadi artis dan pernah mengikuti ajang kecantikan Miss Indonesia dimana harus memiliki modal “Brain, Beauty and Behaviour” dan Alm Benjamin S adalah seorang aktor legendaris Betawi yang sampai sekarang namanya masih dikenang oleh masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Betawi.  
Sekian perjalanan dan observasi singkat saya ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan dan setelah melakukan observasi ini saya jadi semakin bangga dengan berbagai kekayaan budaya yang dimiliki oleh negara kita yaitu Indonesia. Selain itu dengan melakukan tugas observasi ini membuat saya mendapatkan berbagai pengalaman yang menarik,unik dan tak terlupakan mengenai kebudayaan Indonesia yang bervariasi. 


    
 
  

 





No comments:

Post a Comment