Pages

Sunday, January 20, 2013

Masyarakat Baduy Masih Teguh Pertahankan Kearifan Lokal

Agnesia Wardhani
11140110096
B1



Hallo teman-teman disini saya akan berbagi pengalaman dan berbagi informasi kepada kalian bagaimana kebiasaan, mata pencaharian, peraturan, dan larangan dalam masyarakat suku Baduy Dalam, Baduy Luar, dan sedikit tentang Baduy Dangka. Semoga ini dapat membantu kalian menambah pengetahuan tentang suku Baduy. Saya juga akan bercerita tentang pengalaman saya selama disana, semoga saja dengan kalian membaca tulisan ini kalian akan berpikir dan berniat untuk sama-sama merasakan keunikan yang ada di dalam masyarakat suku Baduy. Ini merupakan pengalaman yang sanagt luar biasa bagi saya, dengan mengunjungi salah satu suku yang ada di Indonesia ini saya sadar bahwa masih ada hal yang bisa dibanggakan dari negeri kita Indonesia, sangat beruntung masih ada suku yang masih mau mempertahankan adat istiadat dari leluhurnya dimana saat hampir semua tempat sudah bercampur dengan adat dan budaya luar, suku Baduy masih tetap kokoh mempertahankan keaslian budaya mereka. Untuk menemukan hal ini sudah sangat jarang, meskipun masih ada beberapa tempat yang mempertahankan budaya aslinya akan tetapi sulit menemukan suku yang tidak sembarangan orang dapat menginjakan kaki ditanah leluhur mereka. Benar-benar tempat yang sangat unik dan pantas untuk dilestarikan. Semoga kalian terkesan dengan tulisan ini.

             Untuk  memasuki kawasan suku Baduy itu sendiri saya harus menempuh perjalanan yang cukup jauh tidak hanya itu kondisi jalan yang licin, naik turun perbukitan, disertai dengan bebatuan yang sangat tajam membuat saya kelelahan. Akan tetapi rasa penasaran saya terhadap pesona suku Baduy membuat saya tidak ingin menyerah begitu saya hanya karena kondisi jalan yang bisa dibilang buruk.
            Hari itu, saya dan beberapa teman saya yang sengaja datang dari Tangerang menempuh perjalan dari desa Cicakal ke salah satu desa yang ada dalam wilayah Baduy Luar. Kami ditemani dua orang warga dari desa Cicakal, karena jalanan begitu licin dan berbukit  kami dibuatkan masing-masing tongkat untuk mempermudah perjalanan. Awalnya, jujur saja saya sedikit merasa takut karena kami memasuki hutan dan melewati beberapa kuburan tua. Ditambah lagi dengan ketakutan saya kepada binatang buas salah satunya ular tanah yang menurut uwa (sebutan om tertua) yang mengantar kami sering ditemui diperjalanan, adrenalin saya benar-benar di uji pada saat itu. Sebelum masuk di perkampungan salah satu suku Baduy Luar kami melihat lumbung padi, menurut uwa padi yang ada didalamnya sudah berumur puluhan tahun. Kemudian kami melanjutkan perjalan tibalah kami kepada salah satu desa yang ada di wilayah Baduy Luar tersebut, saya begitu terkesan melihat rumah yang berdiri itu hampir tidak ada bedanya yang membedakannya hanyalah jenis pintunya saja. Kemudian kami berjalan-jalan perkampungan sangat sepi hal ini dikarenakan banyak yang masih berada di ladang, hanya beberapa penenun dan salah seorang penjahit pakaian ciri khas suku Baduy Luar yang berhasil kami temui. Untuk menenun satu kain saja diperlukan waktu minggu atau bahkan sampai bulanan, kemudian untuk membuat tas yang biasanya dipakai oleh suku Baduy untuk yang berukuran kecil diperlukan waktu 2 minggu sedangkan untuk yang ukuran besar diperlukan hingga 1 bulan. Kemudian kami berjalan menuju salah satu sungai, disitu saya melihat beberapa pemuda sedang menghanyukkan kayu-kayu besar ternyata, kayu-kayu besar itu akan dibawa ke salah satu desa untuk dijual, hal ini terjadi karena kondisi jalan yang tidak memungkinkan untuk membwa kayu-kayu tersebut sehingga kayu-kayu tersebut dihanyutkan dan dijaga oleh beberapa orang yang berada dibagian hilir sungai. Mereka benar-bernar memanfaatkan alam untuk menghemat tenaga mereka. Kemudian kami melanjutkan perjalan kedesa selanjutnya, disitu kami beristirahat karena menempuh perjalanan yang sangat jauh, naik turun perbukitan dan disertai dengan cuaca yang panas pula pada saat itu. Hal unik yang saya temui disitu adalah warung mereka berada dalam rumah dan rumah dalam keadaan tertutup, tidak sepeti warung-warung yang kita lihat, saya membeli beberapa makanan kecil untuk menahan lapar dan makanan-makanan tersebut dijual dengan harga yang jauh lebih murah. Wah, benar-benar perjalana yang sangat luar biasa begitu melelahkan tetapi juga menyenangkan dapat melihat adat dan kebiasaan masyarakat Baduy, meskipun saya tidak masuk ke dalam wilayah Baduy Dalam tetapi mendengar cerita dari uwa Budi saya dapat merasakan damainya tinggal di wilayah Baduy Dalam. Meskipun tidak pernah merasakan kehidupan dalam era modern tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita dapat hidup tenang damai, dan sejahtera di tanah tanah leluhur kita.


                 Suku Baduy merupakan masyarakat yang mendiami desa Kenekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Suku Baduy menerapkan isolasi dari dunia luar hal ini karena mereka tidak ingin budaya asing masuk dan menghilangkan budaya asli mereka. Masyarakat Baduy dalam kesehariannya menggunakan bahasa Sunda, untuk dapat berkomunikasi dengan masyarakat suku Baduy kita dapat menggunakan bahasa  Indonesia walaupun mereka tidak pernah mendapatkan pengetahan dari bangku sekolah akan tetapi mereka bisa mengerti bahasa Indonesia. Masyarakat Baduy terutama Baduy dalam tidak mengenal budaya menulis, sehingga agama, adat, tradisi hanya disampaikan secara lisan saja.
            Terdapat kurang lebih 57 kampung atau desa di dalam Suku Baduy Dalam dan Luar. Suku Baduy dalam terdiri dari 3 desa yaitu Cibeo, Cikatawarna, dan Cikeusik) sedangkan selebihnya adalah termasuk kedalam syku Baduy Luar. Masyarakat suku Baduy di bawahi oleh 7 Jaro (kepala suku). Khusus bagi suku Baduy Dalam, selain ada Jaro terdapat pula seorang Pu’un, Pu’un adalah orang yang dianggap sakral oleh masyarakat Baduy Dalam. 
Masyarakat Baduy di kelompokan menjadi 3 yang pertama adalah Baduy Dalam, Baduy Luar, dan Baduy Dangka.

1 Baduy Dalam
Masyarakat Baduy dalam adalah mereka yang masih dapat memegang teguh adat istiadat dari nenek moyang mereka. Ciri khas orang Baduy dalam adalah mengenakan pakaian berwarna putih dan ikat kepala berwarna putih. Masyarakat baduy dalam tidak boleh menggunakan apapun yang berhubungan dengan bahan kimia, untuk mandi dan keramas mereka menggunakan salah satu jenis dedaunan dan untuk menyikat gigi mereka menggunakan batu halus yang ditumbuk dan dihaluskan sehingga dapat dijadikan sebagai pasta gigi.   Sedangkan untuk memasak, masyrakat suku Baduy Dalam menggunakan tungku api. Masyarakat suku Baduy Dalam tidak diperbolehkan memakai kendaraan sebagai alat transportasi, sehinnga jauh dekatnya jarak yang ditempuh mereka tetap harus berjalan kaki, mereka tidak diperbolehkan memakai alas kaki, dan mereka tidak diperbolehkan menggunakan alat elektronik atau apapun yang berhubungan dengan teknologi  jika mereka berani melanggar larangan tersebut maka mereka akan mendapat hukuman yaitu dikucilkan kedalam hutan adat, mereka bekerja tanpa dibayar dan hanya diberi makan saja, jika mereka tidak bersedia menjalani hukuman tersebut maka mereka akan diasingkan ke dalam suku Baduy Luar. Masyarakat Baduy memang sangat anti dengan kehidupan dunia luar. Mereka tetap melestarikan kebudayaan asli mereka tanpa mau mencampurinya dengan budaya lain, sehingga jika kita melihat budaya Baduy dalam itu adalah benar-benar Budaya asli mereka salah satu kebanggaan bagi bangsa Indonesia bahwa masih ada suku yang mau mempertahankan adat istiadat dari leluhur mereka. Malam hari itu kami kedatangan tamu dari suku Baduy dalam bernama bapak Jasi (nama anaknya Jasi) akan tetapi kami tidak dapat mengabadikan perbincangan kami melalui video karena tidak cukup cahaya dalam rumah tempat kami menginap dan tidak banyak informasi yang bisa kami dapatkan karena orang Baduy Dalam memiliki prinsip jika bukan bidang mereka atau mereka tidak benar-benar mengetahui informasi yang kita tanyakan, mereka tidak akan berani menjawab karena takut memberikan informasi yang salah kepada orang asing, saat mendengar hal itu saya benar-benar merasa kagum karena mereka memiliki prinsip yang kuat dan sangat jujur. Tidak sembarangan orang dapat memasuki kawasan suku Baduy Dalam, orang-orang yang ingin melihat masuk harus seizin Jaro setempat dan itupun tidak diperbolehkan merekam atau memotret saat berada dalam wilayah suku Baduy Dalam. Satu hal yang membuat saya sangat terkesan saat mendengar cerita dari bapak Jasi, dia mengatakan orang Baduy Dalam jika mereka berbuat satu kesalahan atau baru sekedar berniat saja membuat satu kesalahan mereka akan mengaku atau bahkan mengasingkan diri mereka sendiri ke Baduy Luar. Mereka benar-benar memiliki kesadaran diri yang sangat luar biasa, bahkan ketika mereka pergi ke kota untuk menjual menjual madu dan yang lainnya atau bahkan mengunjungi orang-orang yang pernah berkunjung ke Baduy Dalam mereka tetap akan berjalan kaki daripada naik angkutan umum, padahal kalau kita pikirkan jika mereka naik angkutan umum siapa yang akan tau? Kepala suku tidak akan bisa melihat apa yang mereka lakukan saat barada di luar wilayah mereka tetapi nilai kejujuran sudah sangat melekat bagi masyakat Baduy terutama pada masyarakat Baduy Dalam mereka tidak ingin melanggar hukum dan ketentuan yang berlaku di dalam masyarakat mereka. 



2 Baduy Luar
Masyarakat Baduy Luar merupakan masyarakat yang telah diasingkan dari Baduy Dalam. Ada beberapa alasan mengapa mereka diasingkan antara lain adalah hal tersebut merupakan keinginan mereka sendiri untuk meninggalkan wilayah Baduy Dalam, mereka telah melanggar adat istiadat yang berlaku di masyarakat Baduy Dalam, ataupun kerena mereka menikah dengan orang Baduy Luar. Kebiasaan dan adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat Baduy Luar pada dasarnya masih memiliki kesamaan dengan kebiasaan dan adat istiadat masyarakat Badut Dalam akan tetapi masyarakat Baduy Luar telah mengenal dan menggunakan teknologi, dapat menggunakan kendaraan sebagai alat transportasi, diperbolehkan menggunakan alas kaki, alat untuk membuat rumah pun sudah menggunakan gergaji, paku, palu dan lain sebagainya yang dalam masyarakat Baduy Dalam itu tidak diperbolehkan. Untuk membedakan masyarakat suku Baduy Dalam dan suku Baduy Luar itu dapat dilihat dari pakaian mereka, jika masyarakat suku Baduy Dalam menggunakan pakain sampai ikat kepala berwarna putih, suku Baduy Luar menggunakan pakaian serba hitam hal itu karena mereka dianggap sudah tidak suci lagi bahkan masyarakay suku Baduy Luar sebagian besar telah menggunakan pakaian modern. Mata pencaharian mereka adalah bertani, menenun, membuat pakaian ciri khas suku Baduy Luar, ataupun membuat pernak-pernik ciri khas suku Baduy. Masyarakat suku Baduy Luar sudah dapat dengan terbuka menerima orang asing, meskipun begitu kebanyakan dari mereka masih yang tabu untuk difoto sehingga saat diminta berfoto bersama mereka masih keberatan. 



 3 Baduy Dangka
            Masyarakat suku Baduy Dangka merupakan masyarakat yang telah benar-benar     terasing dari suku Baduy, biasanya hal tersebut terjadi karena mereka telah membuat   kesalahan yang besar, wilayah merekapum telah jauh dari wilayah Baduy. Masyarakat
            Baduy dalam tidak boleh berburu atau membunuh binatang kecuali binatang tersebut sudah merusak seperti tikus (hama), ular pun jika dia tidak membahayakan mereka, mereka tidak akan membunuh.di dalam masyarakat suku Baduy, ada beberapa tanaman yang tidak boleh ditanam yaitu kopi, cengkeh, kelapa, dan singkong kenapa tanaman ini tidak diperbolehkan? Tentu terdapat alasannya, hal itu karena kelapa dianggap tanaman yang menghabiskan banyak air, tanaman kopi daunnya dapat menutupi pohon lainnya yang ada dibawah sehingga tidak terdapat pohon lagi, singkong dapat menggangu kesubururan tanah. Nah, itu lah penyebabnya mengapa tanaman-tanaman tersebut tidak boleh di tanaman di wilayah Baduy karena mereka sangat menghormati dan mencinta alam, sehingga jika alam terganggu mereka sendiri nanti yang akan merasakan dampaknya. Konsep komunikasi orang Baduy adalah memanfaatkan tetapi tidak merusak alam.
            Terdapat tiga komunikasi yang ada dalam suku Baduy, yang pertama adalah Komunikasi dengan Tuhan, yang kedua adalah komunikasi dengan alam, dan yang terakhir adalah bagaimana komunikasi dengan sesama manusia. Dalam komunikasi dengan Tuhan, masyarakat Baduy contohnya saja jika terdapat kematian mereka tidak akan menagis karena mereka sangan meyakini janji Tuhan yang paling pasti itu adalah kematian sehingga semuanya memang harus kembali kepada penciptanya dan saat ada kelahiranpun tidak ada upacara atau selamatan khusus, yang kedua dalam komunikasi dengan alam dalam masyarakat Baduy mereka meyakini bahwa sebelum manusia ada alam sudah tercipta terlebih dahulu mereka menghormati tanaman dan binatang mereka meyakini bahwa jika alam dirusak dan mulai hancur maka tidak akan ada lagi kehidupan seperti yang telah saya katakan masyarakat Baduy tidak diperbolehkan memburu kecuali binatang tersebut sudah merusak, dan yang terakhir komunikasi dengan sesama manusia, masyarakat Baduy saling menghormati hal ini dibuktikan dengan tidak adanya seorang pemimpin karena jika ada yang menjadi pemimpin itu sama saja dengan pembunuhan karakter, struktur komunikasi sosial masyarakat Baduy ada tiga yaitu pada masyarakat Baduy dalam Cikeusik lebih difokuskan kepada pengajaran kepada Tuhan yang Maha Esa, padas masyarakat Baduy Dalam Cibeo lebih difokuskan kepada alam, dalan dalam masyarakat Cikatawarna lebih difokuskan kepada pengajaran bagaimana mereka dengan sesama manusia. Dalam kebiasaan masyarakat Baduy jika beberapa orang berjalan tidak boleh beiringan mereka lebih mengutamakan anak kecil dan perempuan yang lebih dahulu berjalan, dapat diasimpulkan bahwa mereka sangat menghargai sesamanya mereka tidak ingin menghalangi perjalanan orang lain, dan memang seperti itu yang saya lihat ketika saya berada dalam wilayah Baduy, saya tidak pernah melihat mereka berjalan beriringan yang lebih kecil selalu diutamakan. Saya begitu terkesima bahwa jangankan untuk hal-hal yang besar hal kecil seperti kebiasaan berjalan tidak beringanpun mereka masih tetap taat. Perlu kalian ketahui pula bahwa hukum terbesar dalam masyarakat Baduy adalah jika seorang pria mengganggu perempuan, jadi untuk para perempuan tidak perlu takut akan diganggu oleh pemuda Baduy karena mereka sangat menghormati para perempuan. Jika kalian melihat ada masyarakat Baduy yang datang ke kota hal itu karena mereka ingin bersilaturahmi dengan orang yang pernah datang ke Baduy Dalam tidak ada niat lain.
           

No comments:

Post a Comment