Pages

Tuesday, January 15, 2013

Kampung Budaya, Sindang Barang


Nama : Vira Mareta
NIM   : 11140110058
Kelas  : E1



Kampung Sindang barang adalah kampung adat budaya yang terletak di daerah bogor, jawa barat. Di kampung budaya ini adalah kampung yang memperkenalkan budaya – budaya jawa barat, atau yang disebut dengan pasundan. Di dalam kampung budaya ini diperkenalkanlah budaya – budaya yang berasal dari sunda. Seperti budaya – budaya sunda, yaitu adanya angklung yang dimainkan oleh ibu – ibu yang berasal dari sunda, kemudian permainan enggrang juga diperkenalkan di kampung budaya ini, namun di dalam kampung budaya ini ada juga perkenalan adat budaya khas dari sunda seperti, tumbuk nandur, yaitu seperti bercocok tanam dan turun ke sawah, lalu adanya permainan enggrang lalu tradisi dengan mengambil ikan di sungai. Kemudian adanya tradisi yang di namakan muleh kampung artinya adalah pulang ke kampung. Di dalam kampung budaya ini juga diperkenalkan alat – alat masak yang dipakai orang – orang sunda pada zaman dahulu.

Kampung budaya Sindang Barang ini, masih asri dan khas. Tempatnya yang sejuk dan banyak batu – batuan dan masih terdapat sawah. Lalu rumah – rumah yang terdapat di sindang barang tersebut juga masih terbuat dari bilik – bilik, atau seperti anyaman yang terbuat dari bambu, baunya pun masih terasa, dari pintu, tembok dan jendelanya pun masih terlihat jelas, seperti rumah adat sunda. Di kampung sindang barang ini, orang – orang yang singgah atau tinggal di sindang barang ini pun memakai baju khas pasundan atau sunda, dan yang laki – laki, memakai kain di atas kepalanya, seperti blankon jika di jawa tengah. Tetapi ketua adat di sindang barang tersebut menjelaskan kalau kain yang dipakainya itu adalah asal mula awal dari terbentuknya blankon yang lebih praktis, dibandingkan dengan blankon kain yang diikat – ikat yang berasal dari sunda modern.

Di kampung sindang barang tersebut, halamannnya luas, dan terdapat banyak sawah. Terkadanag sindang barang ini pun menjadi objek wisata juga oleh para turis, atau pun yang berasal dari luar kota. Perjalanan ke sindang barang ini cukup sulit untuk dicari, tetapi jika ingin ke kampung budaya sindang barang ini, sebaiknya bertanya kepada warga sekitar karena kampung budaya ini sudah cukup terkenal, dan jalannya yang cukup terjal untuk dilalui.



Kampung sindang barang tersebut pun juga terdapat sawah – sawah yang masih asri. Serta jalannan yang berbatuan dan banyak bambu membuat seperti tidak ingin meninggalkan kampung tersebut.
Adapula kolam ikan dan dapur di sekitaran kampung tersebut , di kolam tersebut terdapat ikan emas yang jika banyak turis yang datang , di adakannya permainan untuk meangkap ikan. Letak dapur dan kolam ikan tersebut tidak terlalu jauh, hanya saja dapur yang di dalam rumah tepatnyanya di belakang, dan kolam ikan letaknya di belakang di luar rumah.

Penduduk di kampung ini pun sangat ramah – ramah dan jika bertanya mereka akan menjawab dengan lembut. Namun banyak juga anak – anak kecil yang sedang bermain di kampung tersebut, seperti duduk – duduk di atas pohon dengan santai.
Lingkungan di kampung tersebut seperti desa, tetapi budaya – budaya di kampung tersebut tidak kalah indahnya dengan kampung di kebudayaan lain. Pakaian di kebudayaan tersebut juga tergolong adalah pakaian yang masih digunakan oleh orang tradisional di pasundaan, Jawa Barat. Karena letak kampung ini adalah du Jawa Barat, maka budaya yang kental dan yang terdapat di kampung ini adalah budaya adat sunda.

Kebudayaan yang menjadi kebiasaan mereka adalah bahasa yang mereka gunakan adalah masih bahasa sunda yang kental, dan pakaian yang masih memakai blankon ikat. Blankon ikat adalah blankon yang bentuknya seperti tutup kepala, yang seperti dikatakan oleh wakil dari kepala kampung tersebut adalah balnkon jawam yang awalnya adalah dari jawa barat, kemudian jawa – jawa lainnya mengikuti modelnya tetapi seperti topi.
Tradisi yang terdapat di kampung tersebut adalah beranek ragam , dari mulai permainan , pekerjaan , hingga kekebudayaan sampai ke musik. Seperti permainan enggrang ternyata di buday ini pun juga masih memiliki budaya enggrang, yang tingginya bermacam – macam, tidak jauh berbeda dengan permainan enggrang yang terdapat di betawi, tetapi di kampung budaya ini juga dimainkan dengan seru.
Budaya
 Adapun tradisi menumbuk padi, dengan cara yang paling awal, yaitu dengan memilah – milih butiran beras dan kemudaian di asah dengan tempayan, lalu dimasukan kedalam lobang, dan ditumbuk dengan seperti suatu kayu yang sangat besar, dan ditumbuk secara manual. Sampai beras tersebut siap untuk dimasak.
Lalu , musik yang dikenalkan di kebudayaan pasundan kampung sindang barang ini adalah bangaimana cara memainkan angklung yang benar, dengan menggoyang – goyangkan ke kiri dan kek kanan. Lalu terdengar suaranya, angklung yang dimainkan bukanlah angklung biasa, yang besarnya hampir setengah badan manusia, lalu ada juga yang bermain alat musik yang seperti gendang, yang dimainkan dengan menggunakan angklung tersebut. Lalu biasanya adat ini yang memainkan adalah seorang wanita, dimainkan dengan tarian – tarian traditional dari sunda.

Lalu wanita yang tinggal di kampung ini biasanya, hanya ingin memasak makanan yang telah ada di perkebunannya sendiri. Lalu juga di ajarkan bagaimana bercocok tanammn yang benar, dan dapat dikenalkan sejarah – sejarah yang ada di kampung sindang barang tersebut.
Jika terdapat turis yang menginap atau hanya sekedar ingin mengetahui adat budaya apa yang terdapat di kampung ini pun, juga menyediakan tempat penginapan dengan hrag yang relatif. Turis yang datang dikenakan biaya penginapan dengan harga yang lebih mahal, dibanding dengan yang lokal.

Kepala adat tersebut mengatakan, bahwa di kampun sindang barang ini memilki, bebrapa rumah besar yang masih ada, dan penginapan yang selayaknya. Makanan yang disediakan adalah makanan khas sunda yang sangat kental dengan lalapan, dan sambal – sambalan.
Di kampung sindang barang ini, juga adanya pembajakan sapi. Suasana di kampung tersebut sangat asri, dan mebuat betah orang yang tinggal disana, walaupun jedndela dan lantainya terbuat dari kayu, tetapi nyamuk yang hinggap tidak ada sedikit pun, dan udaranya yang sejuk. Hanya saja jika di malam hari penerangan di kampung tersebut tidak cukup banyak. Tetapi suasana desa yang sangat kental dan dapat bercengkrama dengan warga sekitar.

Pemandangan di pagi hari sangat indah , karena adanya matahari pagi yang begitu terbit langsung terlihat dan sangat indah. Sangat mendukung suasana dan lingkungannya. Air di kampung tersebut sangat dingin , karena masih tergolong cuaca yang sejuk yang terletak di daerah pegunungan tinggi, Bogor.
Bebatuan yang masih asri tampak di daerah kampung sindang barang tersebut. Tempat penginapan yang terdapat di sindang barang tersebut juga tidak terlalu mahal, harganya sekita 300 ribu, untuk lokal, tetapi jika turis harganya sedikit lebih mahal.

Di kampung sindang barang tersbut, rata – rata penduduknya lebih kepada alam, namun di kampung ini rata- rata menyamakan kebudayaannya dengan agama, karena penduduk masih percaya akan mitos – mitos yang ada. Walaupun sudah zaman modern sekarang, penduduk di kampung ini pun sangat mempercayai tentang mitos, walaupun kebanyakan penduduknya yang beraga islam.


Sejak abad 16 Sindang Barang terbakar dan masih tersisa peninggalan, diteruskan  oleh keturunan selanjutnya hingga sekarang. Kampung ni pun juga mempunya peraturan dan prosedur yang berlaku bagi setiap penduduknya. Kepala adat, penangung jawan yang dipnaggil Pak Ukad sendiri menurunkan warisan adatnya ke anaknya, namun begitu adanya kekuatan mistis atau mitos, yang zaman sekarang kebnyakan orang sudah tdak mempercayainya. Namun hal mistis tersebut juga terkadang ada dan tumbuh. Ada 4 unsur di dunia ini, yaitu tanah, air, angin, dan api.  Jika ke 4 unsur itu dapat kena dan kita dapat hancur jika dirusak. Atau kejadian – kejadian alam yang bisa terjadi dengan sendirinya. Seperti kebakaran, tanah longsor, angin puting topan, atau juga tsunami. Namun ada baiknya jikalau kita dapat menjaga alam dengan baik.

Seperti cerita yang di ceritakan pak Ukad, dengan air yang panas bisa menimbulkan energi dengan air yang mendidih bisa memanggil anaknya dengan bertahan napas, bukan memanggil tetapi dengan adanya perasaan yang memanggil, dari tanah yang adanya energi yang tembaga yang berasal dari tanah. Namun panasnya itu yang ditujukan oleh seseorang. Seperti ilmu pernapasan yang bisa dipakai dan bisa berkomunikasi dengan alam lain, dari zaman dahulu.
Seperti pada teori komunikasi antar budaya yang adanya spiritual sebagai cara pandang, yang ada di buku komunikasi lintas budaya oleh Larry A. Samovar
Namun , memanen padi yang besar dan yang kecil itu tidak sembarangan. Apakah adanya air yang ada atau penanaman yang harus menghadap ke mana , istilah yang ada di adat ini. Seperti ada di barat , timur, utara, ataupun selatan.
Secara alam terdapat adanya energi yang dapat menyerap enegrgi di kehidupan, yang bernama pamali. Kebiasaaan kebudayaan yang seperti itu masih berlaku dankekompakan orang adat tersebut yang masih berdekatan.

Di budaya ini tidak sembarangan, biasanya tidak percaya dengan mitos tetapi jika harus percaya maka percaya dengan terpaksa, dan mengikuti arah mata angin.
Kepala adat tersebut mempercayai dan menghargai adanya unsur alam yang dapat terjadi hingga sampai ke yang tidak logis sekalipun, karena unsur alam tersebut sangat penting, dan tidak boleh sembarangan.
Namun , asal usul kampung budaya ini pada tahun 1970 adalah rumah – rumah modern, tetapi acara adat itupun masih ada, yang disebut sedeka segurubumi adalah istilahnya yang melakukan pesta adalah seperti orang keraton, lalu pesta majikan pare yang ada di masyarakat yang mengadakan.
Karena Sindang barang adalah bagian dari pajajaran, karena terdapat istri Prbu Siliwangi, yaitu adalah serentaun majikan pare.

Seperti kata pak ukad sendiri, setiap 8 tahun sekali atau sawindu sekali adalah mengadakan pesta pueragurubumi. Namun setiap setahun sekali adalah serentaungurubumi. Masyarakat di sindang barang sendiri, di bogor ini adalah banyak budaya yang sudah digali di kampung ini.
 Namun, kampung ini memperkenalkan juga berbagai rumah adatnya. Di kampung sindang barang ini pun, terdapat rumah yang berstruktur di zaman pajajaran seperti Imah Gede, yaitu Imah kepala adat atau girang serat adalah penasehat raja yaitu Ki Lengser penasehat raja yang memberi penasehat raja, dan tidak jauh dari rumah si Raja jika ada masalah keluarga.

Namun adanya saung telu, yaitu adalah tempat zaman dahulu hiburan. Ada juga tampian,  saung lesung, leiud, girang serat, yaitu adalah tempat – tempat keraton, lalu tampian pisah dengan rumah.
 Namun adanya bale riungan adalah tempat bersuara, yang biasanya dipakai untuk bersuara. Adanya pasarahan yaitu adalah tempat istirahat atau wisma tamu. Lalu pandengen atau pangiwa adalah tempat istirahat juga. bale tajuk agung adalah tempat – tempat semedi atau musholla yang di pakai di kampung ini.

Budaya yang dipakai di kampung sindang barang ini adalah,  rengkong adalah memasukan padi kedalam leuid dengan bambu sepanjang 2 meter, dengan tali dan dipikul dengan digoyangkan, yang dulu adalah dipakai duntuk ritual, tetapi zaman sekarang dianggap kesenian. Budaya zaman dahulu dengan sangaranget dengan berpakaian dengan hiasan – hiasan dulu yang dipertunjukan.
 Namun budaya di kampung sindang barang ini pun memakai hitam dan putih. Kebudayaan reog di kampung ini pun juga berkembang dengan sejarah yang dari dahulu sudah mengakar di sebelum merdeka memamg sudah ada, dan pernah dipakai ke irian.

Di sana jika bermalam atau menginap, dan sekedar di berikan makanan, yang ternak atau ditanam oleh para penduduk sekitar, dan makannya khas sunda yang sangat enak. Seperti ayam goreng dan lalapan serta tidak lupa  terdapat sambal di dalamnya. Beberapa kegiatan yang terdapat di Sindang Barang ini pun banyak permainan tradisional, dan mempraktikan alat masak yaitu dandang.
Suasana di kampung adat tersbut , khusunya di tempat penginapanya masih terbuat dari kayu – kayu dan bambu – bambu, serta kamar mandi yang terpisah dari kamar. Tetapi masih tradisional. Tetapi , ada juga tempat penginapannya yang ada kamar mandi dalamnya, tentu harganya lebih mahal.

Jendela di tempat penginapan tersebut masih terbuat dari kayu yang bolong – bolong dan di tutupi oleh kain putih dan hanya sehelai, jika larut malam terdengar bunyi serangga, atau seperti tokek. Dan penerangan di dalam tempat penginapan tersebut masih gelap dan hanya sedikit penerangan yang ada di dalamnya, hanya terdapat beberapa bolam lampu yang membuat peneranagannya berkurang.

Lalu , gelas yang disediakan pun masih terbuat dari tanah liat, dan kursinya yang terbuat dari bambu, tetapi bermalam di sini semakin larut tidak ada nyamuk sama sekali, jadi tidak perlu memaki autan.
 Di kampung sindang barang tersebut masih seperti pedesaan dan penduduknya yang ramah membuat para pengunjung betah untuk tinggal di situ berlama – lama, walaupun jalannya yang sangat terjal dan banyak bebatuan dan sangat irit dan hampir tidak ada lampu untuk menrangi jalan yang ada di kawasan adat tersebut.

Lalu, adat yang ada di kampung tersebut diturunkan langsung turun menurun. Budaya – budaya yang ada di kampung adat ini pun juga sangat menarik dan banyak rumah – rumah yang masih kental adatnya dan banyak turis yang ingin berkunjung, seperti kata pak usman, yang menjadi karyawan di organisasi kampung sindang barang tersebut.

Kampung budaya sindang barang ini , adalah kampung adat yang menraik dan harus di kunjungi. Tak lupa saya juga bertanya dengan anak yang sedang bermain di kampung tersebut, tidak pemalu dan membuat saya penasaran untuk datang ke sana lagi.


Thankyou! :)




No comments:

Post a Comment